Mohon tunggu...
Dotrie Raga Nata
Dotrie Raga Nata Mohon Tunggu... Mahasiswa - International Realtions Student of Sriwijaya University

Problems will teach you, then you should looking for another problem~

Selanjutnya

Tutup

Politik

Diplomasi Gunboat: Strategi Diplomasi dalam Tatanan Dunia

3 Desember 2021   03:07 Diperbarui: 3 Desember 2021   03:41 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

provoli-ischios-tou-polemikou-nautikou-apisteuta-plana-apo-epichirisiaki-ekpaideusi-vid-pics-61a92e3706310e375a2540d2.jpg
provoli-ischios-tou-polemikou-nautikou-apisteuta-plana-apo-epichirisiaki-ekpaideusi-vid-pics-61a92e3706310e375a2540d2.jpg

Gunboat Diplomacy: Diplomacy Strategy in a New World Order

Mulai dari awal tahun 1980-an, dunia telah mengalami perubahan dalam konsep kemiliteran antar negara atau internasional. Penekanan perubahan pada penggunaan kekuatan dan paksaan militer sebagai sarana untuk mencapai kepentingan nasional dan tujuan negara, telah dianggap sebagai langkah yang kurang tepat bahkan salah karena telah menimbulkan efek yang begitu menyakitkan bagi tatanan dunia seperti kekerasan militer dan konfrontasi militer yang terjadi di Lebanon, Grenada, Falklands, Iran, dan juga konfrontasi militer yang terjadi di Irak. Banyak negara yang telah mendukung pemikiran semacam ini, dan lebih menggunakan operasi kekuatan militer yang lebih terbatas, salah satu negara yang mendukung logika berperang semacam ini yaitu Amerika Serikat.

Diantara berbagai bentuk operasi militer yang terbatas, “Gunboat Diplomacy” yang mengandung demostrasi, ancaman, atau penggunaan armada militer laut yang dikerahkan untuk mencapai tujuan politik dan kepentingan negara dianggap sebagai langkah yang dapat diterima dan kontroversial. Meskipun beberapa pemerintah negara sering memilih dan menggunakan cara diplomasi seperti ini sebagai suatu sarana pengganti atau sebagai kombinasi dalam suatu negosiasi, berbagai sumber terus mengungkapkan skeptisme mengenai legitimasi serta keefektifan diplomasi gunboat ini.

Sebelum masuk pada Diplomasi Gunboat, ada baiknya untuk memahami konsep dasar dari “Diplomasi” itu sendiri. Diplomasi jika dilihat dari kacamata teoritis, merupakan suatu seni bernegosiasi yang dilakukan oleh aktor negara atau perwakilannya untuk mempengaruhi aktor negara lainnya demi tercapainya kepentingan negara. Diplomasi itu sendiri juga hadir dalam beberapa bentuk, seperti Diplomasi Publik, Diplomasi Gunboat, Diplomasi Ekonomi, Digital/Cyber Diplomasi, dan Lainnya. Pada kesempatan kali ini, penulis akan memberikan penjelasan dan pendapat penulis mengenai salah satu bentuk dari diplomasi yaitu Diplomasi Gunboat pada dunia internasional saat ini. 

Istilah “Diplomasi Gunboat”, mulai dikenal ketika bangsa Eropa menggunakan angkatan laut mereka untuk mempengaruhi Negara lawannya dengan cara bermanuver dan menembakkan meriam ke arah pesisir pantai Negara lawannya tersebut pada abad ke-19. Bentuk penggunaan Strategi Diplomasi Gunboat, dapat dilihat ketika kapal-kapal kecil maupun besar muncul diwilayah perairan seperti sungai ataupun laut yang berfungsi sebagai pemberi tanda teritorial. Jika melihat negara Jerman, kapal perang dan bersenjata milik Jerman yang bernama “Panther” dikirim ke pelabuhan Maroko Agadir di Maroko pada tanggal 1 Juli 1911 yang bertugas untuk memberikan pengaruh pada hubungan Anglo, Perancis, dan Jerman pada saat itu. 

Secara konseptual, diplomasi gunboat dapat dikatakan sebagai suatu teori menunjukkan kekuatan armada militer angkatan laut suatu negara. Strategi menunjukkan kekuatan ini adalah, ketika terdapat tindakan fisik yang dilakukan satu atau sekelompok armada militer sebagai suatu hal yang disengaja oleh aktor nasional agar dapat mempengaruhi perilaku aktor lawan diplomasi tanpa terlibat dengan aksi kekerasan yang dapat berkelanjutan. Penyampaian dan unjuk kekuatan militer tersebut mencakup berbagai bentuk kegiatan operasi militer terbatas seperti pergerakan angkatan udara yang dipublikasikan kepada masyarakat, latihan militer di daerah yang dianggap sebagai daerah sensitif, armada angkatan laut yang bermanuver, mobilisasi cadangan militer, serta pengujian misil yang bersifat provokatif. 

Selain digunakan untuk menyampaikan pengaruh dan menunjukkan kekuatan, Diplomasi Gunboat juga digunakan dengan tujuan untuk mempermainkan tekad musuh, menunjukkan kekuatan aliansi, menyampaikan ancaman langsung maupun tidak langsung, mengubah atau mempertahankan perilaku dan tindakan negara lain, menghindari perang, mencapai resolusi ketegangan, meningkatkan moral internal, atau juga mendapatkan umpan balik dari negara-negara lain yang sebenarnya bukan termasuk sasaran diplomasi. 

Aktor pemerintah, biasanya menggunakan angkatan laut yang kecil dan tidak terlalu besar namun tetap dengan tujuan untuk mencapai kepentingan nasional negara tersebut. Penggunaan armada laut dan kapal-kapal yang kecil, cenderung memiliki biaya yang lebih murah dan lebih efektif untuk menyelesaikan suatu permasalahan ataupun mencapai kepentingan nasional. 

Penggunaan kekuatan maritim sebagai alat untuk diplomasi, dapat menyampaikan pesan tersirat kepada negara tujuan diplomasi agar dapat memikirkan kembali terlibatnya dan tindakan yang dilakukan negara tujuan diplomasi tersebut dan juga membuatnya kembali memikirkan kekuatan maritim mereka setelah melihat kekuatan maritim yang digunakan sebagai alat diplomasi. 

Penggunaan Diplomasi Gunboat dengan kekuatan armada laut, dapat memberikan pesan yang tegas kepada lawan diplomasi yang menyampaikan niat serta kehadiran dan bukan untuk bertindak dalam kategori kekerasan militer. Jika sinyal dan pesan tegas yang diberikan oleh penyebaran armada kapal perang maritim tersebut tidak ditindak dilanjuti oleh lawan diplomasi, maka aksi militer yang lebih serius dapat saja terjadi baik itu aksi militer didarat maupun di udara. 

Pengerahan kapal perang oleh armada maritim tersebut merupakan tindakan yang diperbolehkan, dengan tujuan agar pihak asing yang melakukan pelanggaran ataupun melakukan kesalahan dan melewati batas maritim dapat menyadari kesalahannya dan mengetahui konsekuensi yang mungkin saja dapat terjadi jika pelanggaran tersebut tetap dilakukan. Jika penggunaan diplomasi gunboat dengan cara penyebaran kapal perang tersebut direspon dengan tindakan militer yang lebih besar, maka situasi militer akan semakin meningkat dan kemungkinan konflik juga dapat saja terjadi. Demi terhindarnya situasi dan aksi militer yang lebih besar dan mencekam, maka solusi lain pun harus ditemukan dan bukan dibalas dengan aksi militer juga. 

Selain penggunaan kapal-kapal militer kecil dalam diplomasi gunboat, penggunaan kapal-kapal besar (kapal induk) juga dapat dilakukan pada saat diplomasi gunboat. Penggunaan kapal-kapal yang lebih besar dan terdiri dari banyak kapal atau armada kapal pada saat diplomasi, tentu saja memberikan tekanan yang berbeda dan lebih besar. Seperti Amerika yang menggunakan armada kapal besar yang bernama “Great White Fleet” pada awal abad ke-20, menandakan bahwa Amerika berusaha menyampaikan pesan bahwa mereka ingin dianggap sebagai pihak adikuasa di wilayah Timur-tengah. 

Demikian pula dengan China, China menggunakan armada kapalnya di laut Mediterania selama pertengahan abad ke-19 hingga akhir abad ke-19 untuk terlibat dalam operasi anti-pembajakan dan memberikan indikasi yang jelas bahwa China memiliki kepentingan militer dan kepentingan investasi melalui penggunaan armada militer tersebut. 

Terdapat perbedaan pendapat dan pandangan dari beberapa negara mengenai keefektifan strategi diplomasi gunboat ini. Perbedaan pertama yaitu, beberapa orang percaya bahwa era kehadiran nuklir telah menyebabkan peningkatan pemanfaatan dan penggunaan strategi diplomasi ini karena dinilai lebih legal dan dapat diterima serta dapat menyampaikan gerakan koersif sebelum perang secara tersirat namun disisi lain beberapa orang juga percaya bahwa strategi diplomasi gunboat dinilai tidak terlalu efektif karena Soviet saat ini telah setidaknya telah menolak untuk terpengaruh dan terkesan dengan gerakan dan operasi militer yang dilakukan melalui strategi diplomasi gunboat. Perbedaan pendapat yang kedua yaitu, sebagian aktor negara dan masyarakat percaya bahwa untuk menunjukkan kekuatan terletak pada ketegasan dan memberikan sinyal yang paling jelas dan dirasa paling mengancam yang tindakan tersebut mungkin akan benar-benar terjadi ketika konflik terjadi. 

Pada umumnya, strategi diplomasi dengan menggunakan diplomasi gunboat merupakan bentuk unjuk kekuatan yang paling sering digunakan karena melibatkan penggunaan dan pemanfaatan kekuatan ancaman angkatan laut secara terbatas, bijaksana, dapat menimbulkan keuntungan dan mencegah kerugian, serta dapat digunakan pada suatu sengketa yang melibatkan dunia internasional ataupun terhadap sekelompok warga asing didalam wilayah yuridiksi di negara mereka sendiri. 

Pada intinya, pemanfaatan dan penggunaan armada militer angkatan laut secara terbatas merupakan cara yang dianggap sebagai suatu cara yang paling mencerminkan konsep diplomasi gunboat, dengan menyebarkan armada militer angkatan laut dan membawa kepentingan luar negeri negeri. Melalui demonstrasi kekuatan dan niat serta keahlian teknis dalam menggunakan kekuatan maritim, dapat menciptakan lingkungan yang dapat melakukan diskusi, negosiasim dan diplomasi dalam menemukan solusi atas permasalah tertentu yang sedang terjadi tanpa perlu adanya kekerasan militer yang dapat menyebabkan korban jiwa serta kerugian dan hancurnya harta benda. 

Selain itu, penerapan strategi diplomasi gunboat dianggap merupakan strategi diplomasi yang praktis dan selalu lebih siap jika nantinya akan terjadi perang. Gerakan armada militer yang dapat lebih mudah diatur dan diubah dari formasi yang damai hingga formasi yang bersiap untuk berperang, kunjungan rutin, serta pengibaran bendera dapat dilakukan dalam waktu yang singkat dengan menggunakan senjata dalam hal untuk melindungi kepentingan nasional luar negeri dari campur tangan pihak asing. Gerakan tersebut juga dapat diberhentikan dalam waktu yang singkat juga, dan tindakan-tindakan unjuk kekuatan tersebut akan meninggalkan kesan yang cukup lama dalam ingatan pihak asing. 

Dalam beberapa sumber, Taktik Koersif memiliki legitimasi yang dipertanyakan karena teknik ini sering kali terlibat dengan pelanggaran antar setiap hukum nasional, norma-normal mengenai berperilaku, dan efektivitas jangka panjang yang seringkali juga dipertanyakan karena taktik ini sering cepat memudar dan tidak berbekas lama serta dapat merusak reputasi pengguna taktik ini dalam jangka panjang. Hal ini tentu saja berbanding terbalik dengan diplomasi gunboat, yang berfokus pada unjuk kekuatan.  

Teori diplomasi Koersif mencoba untuk mengubah status quo, sementara Diplomasi Gunboat yang bersifat pencegahan mencoba untuk melestarikannya. Diplomasi Koersif dapat terjadi ketika kekuatan armada militer digunakan secara demonstratif, bertahap, dan berusaha menekan lawan untuk memperhitungkan kembali atas tindakan serta langkah yang telah menyebabkan diplomasi Koersif dan kemudian menyetujui setiap solusi yang ditawarkan selama solusi tersebut dapat menghentikan konflik. 

Sedangkan Diplomasi Gunboat, adalah bentuk diplomasi yang dilakukan dengan cara menggunakan kekuatan ancaman armada militer untuk mencegah pihak lawan melakukan sesuatu yang dapat memicu konflik yang lebih parah pada masa yang akan datang jika tindakan tersebut tetap dilanjutkan dan tidak dihentikan atau direvisi dan diperhitungkan kembali. 

Diplomasi Koersif berusaha mendorong dan menekan motivasi lawan dengan cara eksploitasi agar dapat menimbulkan kerusakan, hal ini akan terus berlanjut dan tergantung dari keputusan dan tuntutan lawannya apakah akan mematuhi atau tidak. Diplomasi gunboat, lebih bergantung pada ketakutan secara emosional, penilaian secara rasional mengenai biaya dan manfaat jika konflik tetap berlanjut, serta ketidakpastian dan risiko yang mungkin dapat terjadi. Diplomasi gunboat dapa memasukkan unsur diplomasi koersif dan pencegahan konflik tergantung situasi yang sedang dihadapi, meskipun terkadang disertai dengan komunikasi yang lebih rendah.

 Daftar Pustaka

Alunaza, H. (n.d.). Peran Gunboat Diplomacy dalam Diplomasi Kontemporer. Retrieved from Reviewnesia Web Site: https://reviewnesia.com/peran-gunboat-diplomacy/

Ikande, M. (2017, October 20). Types of Diplomacy in International Relations. Retrieved from Legit Web Site: https://www.legit.ng/1131145-types-diplomacy-international-relations.html

Kennedy, G. (2016). Gunboat Diplomacy. The Encyclopedia of Empire, First Edition, 1-2.

Landler, M. (2011, November 12). A New Era of Gunboat Diplomacy. Retrieved from The New York Times: https://www.nytimes.com/2011/11/13/sunday-review/a-new-era-of-gunboat-diplomacy.html

Mandel, R. (1986). The Effectiveness of Gunboat Diplomacy. International Studies Quarterly, Vol. 30, No. 1, 59-76.

Vu, P. (2020, November 21). China gunboat diplomacy ramifications worry international experts. Retrieved from VN Express: https://e.vnexpress.net/news/news/china-gunboat-diplomacy-ramifications-worry-international-experts-4194995.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun