Mohon tunggu...
Mangatas SM Manalu
Mangatas SM Manalu Mohon Tunggu... Dokter Spesialis Penyakit Dalam -

Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS Mayapada Lebak Bulus, Jakarta Selatan & Klinik AIC, Kuningan City Mall - Jakarta. Instagram: https://www.instagram.com/mangatasm/ Twitter: https://twitter.com/#!/Komangatas3. Facebook: https://www.facebook.com/mangatasm

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Benarkah MSG Menyebabkan Kebodohan?

12 Desember 2017   12:43 Diperbarui: 9 Februari 2018   04:32 12226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: surabaya.tribunnews.com

Saat makan siang di sebuah Warteg, penulis mendengar percakapan 2 orang, yang seorang, katakanlah bernama si DUMB-O dan yang seorang bernama si LEL-E. Si DUMB-O menyatakan betapa hebatnya gerakan 212 yang mampu mengumpulkan 7 juta orang di seputaran Monas dan sekitarnya, serta reuni 212 yang dihadiri satu setengah juta orang di tempat yang sama.

Si LEL-E membantahnya dengan menyatakan bahwa tidak mungkin 7 juta orang, yang berarti lebih dari setengah jumlah penduduk DKI Jakarta dapat ditampung di Monas dan sekitarnya, bahkan si LEL-E juga tidak percaya bahwa satu setengah juta orang bisa berkumpul di lingkungan tersebut dalam satu waktu. Penulis tidak tertarik membahas soal kebenaran data itu. Yang menarik perhatian ialah pernyataan si LEL-E, bahwa si DUMB-O mungkin sering makan mecin (micin, vetsin), sehingga otaknya jadi bodoh, tidak bisa memperkirakan berapa jumlah peserta 212 dengan baik.

Pertanyaannya: Benarkah Konsumsi Mecin menyebabkan otak menjadi bodoh?

Ada banyak sekali kontroversi, pro dan kontra seputar mecin (MSG: Monosodium Glutamate), terutama di komunitas kesehatan alami (naturopati). Zat ini diklaim oleh komunitas di atas menyebabkan asma, sakit kepala, bahkan kerusakan otak.

Di sisi lain, sebagian besar lembaga acuan dunia kesehatan, seperti FDA (Food and Drug Administration) di Amerika Serikat, bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyatakan penambahan MSG pada makanan "umumnya dianggap aman" (GRAS: Generally Recognized as Safe). Federasi Masyarakat Amerika untuk Biologi Eksperimental (FASEB: Federation of American Societies for Experimental Biology), juga menyatakan MSG aman dikonsumsi. Hanya saja FDA menyatakan bahwa berat kandungan MSG harus dicantumkan dalam label makanan. 

(Sumber gambar 1: https://image.slidesharecdn.com/hyunmsgpresentationmay232014-151219002855/95/hyun-msg-presentation-may-23-2014-7-638.jpg?cb=1450484962)
(Sumber gambar 1: https://image.slidesharecdn.com/hyunmsgpresentationmay232014-151219002855/95/hyun-msg-presentation-may-23-2014-7-638.jpg?cb=1450484962)
Artikel ini mengambil tampilan rinci tentang MSG dan efeknya terhadap kesehatan manusia, dengan menelaah argumen kedua pihak yang berseberangan ini.

Mecin atau MSG adalah suatu zat tambahan (aditif) makanan yang biasa digunakan untuk meningkatkan rasa. Zat ini memiliki nomor-e: E621, suatu kode keamanan untuk zat tambahan (food additives) dari European Food Safety Authority (EFSA).

Mecin (MSG) berasal dari asam amino glutamat, yang merupakan salah satu asam amino yang banyak melimpah di alam. Glutamat adalah salah satu dari asam amino non-esensial, yang berarti bahwa tubuh mampu memproduksi sendiri glutamat. Asam amino ini berguna untuk berbagai fungsi dalam tubuh manusia, dan memang glutamat ditemukan pada hampir semua makanan sehari-hari, baik yang alami maupun olahan.

(Sumber gambar 2: https://www.cuencahighlife.com/wp-content/uploads/2017/06/MSG-reference-guide.jpg )
(Sumber gambar 2: https://www.cuencahighlife.com/wp-content/uploads/2017/06/MSG-reference-guide.jpg )
Selain itu zat glutamat sendiri (secara alamiah) memang terdapat dalam tubuh kita.

(Sumber gambar 3: https://msgfacts.com/wp-content/uploads/glutamate-in-our-bodies_diagram.gif)
(Sumber gambar 3: https://msgfacts.com/wp-content/uploads/glutamate-in-our-bodies_diagram.gif)
Sesuai dengan namanya, monosodium glutamat (MSG) adalah produk sodium/garam (Natrium: Na) dan glutamat. Di waktu yang lalu glutamat pada MSG dibuat melalui ekstraksi dan kristalisasi sari rumput laut. Sekarang, MSG dibuat dengan cara fermentasi dari pati (starch, amylum), bit gula, atau sari tetes tebu. Proses fermentasi ini mirip dengan yang digunakan untuk membuat yoghurt, cuka dan minuman anggur. Tak ada perbedaan kimia antara glutamat dalam MSG dan glutamat pada makanan alami.

Namun, glutamat dalam MSG mungkin lebih mudah diakses oleh tubuh, karena tidak terikat dalam molekul protein besar (yang perlu dipecah dulu). 

Monosodium glutamat meningkatkan rasa makanan, melalu rangsang pada reseptor UMAMI yang mengecap cita rasa gurih atau kenyal. Umami adalah rasa pokok yang kelima. Rasa dasar lain yang dapat dikecap oleh manusia ialah asin, asam, pahit dan manis.

Mecin atau MSG populer digunakan pada masakan Asia, dan digunakan untuk hampir semua jenis makanan olahan pabrik di Indonesia

Asupan harian
Asupan harian rata-rata MSG ialah sekitar 0,55-0,58 gram perhari di Amerika Serikat dan Inggris, sedangkan di Jepang dan Korea (ras Asia) sekitar 1,2-1,7 gram perhari, yang mungkin sekali sama dengan di Indonesia. Gejala kelebihan MSG muncul jika orang makan MSG lebih dari 3 gram / kali makan atau setara dengan . 

Batas maksimal menurut FDA ialah 3 gram / hari. Batas toksik (batas nilai "keracunan") otak ialah lebih dari 30 gram / hari

Fungsi (faal) utama glutamat
Glutamat berfungsi sebagai neurotransmiter (penghantar kimiawi arus listrik/sinyal elektrik) di otak. Glutamat ialah neurotransmiter yang bersifat merangsang (stimulasi- eksitasi), yang berarti merangsang atau memacu sel-sel saraf secara teratur untuk mengeluarkan sinyalnya.

Riwayat singkat kontroversi penggunaan MSG
Pada tahun 1969, suatu percobaan dengan menyuntikkan MSG dosis tinggi (50 mg) ke otak tikus yang baru lahir, menyebabkan gangguan saraf yang berbahaya. Penyuntikan dosis itu menyebabkan konsentrasi Glutamat 50 M (mikro molar) di jaringan otak tikus. Sedangkan kadar toksik untuk meracuni otak manusia ialah 30 M, yang setara dengan penyuntikkan  30 mg MSG, secara langsung ke otak. 

Makalah tersebut di atas menyulut ketakutan akan MSG, yang masih ada sampai hari ini.

Bila 30 mg cairan suntikan dikonversikan ke dalam bubuk (MSG padat) pada makanan, jumlahnya sekitar 60 gram MSG setiap hari. Artinya seseorang harus makan lebih dari  4 sendok teh mecin setiapkali makan, untuk mencapai dosis yang menimbulkan efek samping dari MSG (misalnya kenaikan tekanan darah secara bermakna) , di luar efek samping pada otak.

Pada tahun 1996, sebuah buku berjudul Excitotoxins: Taste That Kill diterbitkan oleh ahli bedah saraf Dr. Russell Blaylock. Dalam bukunya, ia berpendapat bahwa sel-sel saraf, termasuk yang ada di otak, bisa hancur oleh efek rangsang (stimulasi) oleh glutamat dari MSG. Dokter Blaylock menyatakan bahwa MSG dapat menjadi "racun" karena memacu sel-sel saraf otak secara berlebihan, sehingga ia menyatakan bahwa MSG ialah toksin/racun pemacu (excitotoxin) sel-sel saraf otak.

Benar bahwa stimulasi otak karena kadar glutamat yang berlebihan di otak bisa membahayakan. Selain itu konsumsi MSG dalam jumlah yang banyak, memang dapat meningkatkan kadar glutamat dalam darah. Dalam satu studi, dengan mengkonsumsi MSG yang besar (lebih dari 10 gram/kali makan) akan meningkatkan kadar glutamat darah sebesar 55,6% dibanding sebelumnya.

Tetapi yang perlu diingat ialah, yang bisa mengganggu sel-sel saraf otak ialah kadar glutamat yang berada di dalam jaringan otak, bukan glutamat di dalam darah.

Ternyata glutamat dalam darah sulit untuk menembus atau melewati sawar darah pembungkus otak (blood brain barrier), jika kadarnya dalam darah kurang dari 15 gram / kilogram berat badan / hari. Pada orang dengan berat badan 60 kilogram, diperlukan 900 gram/hari, atau 180 sendok teh MSG / hari, atau penyuntikan 5 gram setiap menyuntik ke dalam pembuluh darah balik tubuh kita, untuk terjadinya kerusakan otak.

Dengan demikian, konsumsi MSG dalam dosis besar pun, hanya akan meninggikan kadar glutamat dalam darah, tetapi kurang meningkatkan kadarnya dalam otak dan sedikit sekali mempengaruhi sel-sel saraf.

Secara keseluruhan, belum ada bukti yang kuat bahwa MSG bertindak sebagai excitotoxin yang merusak otak, apalagi bila dikonsumsi dalam takaran yang normal (asupan harian normal), seperti dalam realita hidup sehari-hari.

Mengapa orang berpikir MSG berbahaya pada otak?
Karena percobaan terhadap tikus di tahun 1969 tersebut di atas!!! 

Namun perhatikan bahwa percobaan tersebut dilakukan: a) Dengan dosis MSG yang tinggi; b) MSG masuk ke tubuh dengan cara disuntikkan langsung ke otak, bukan dikonsumsi; c) Percobaannya dilakukan pada tikus; bukan manusia; lagipula tikus yang disuntik ialah tikus yang baru lahir (sistem pertahanan tubuhnya belum matang sempurna). 

Sampai sekarang, belum ada penelitian pada manusia yang memiliki jumlah sampel yang besar dan metodologi yang sahih, yang mendukung asumsi kerusakan otak dan jaringan lainnya karena MSG.

(Sumber gambar 4:http://static4.businessinsider.com/image/53fceba0eab8ea3d298b4567-724-1024/undeserved-reputation-monosodium-glutamate-724x1024.png)
(Sumber gambar 4:http://static4.businessinsider.com/image/53fceba0eab8ea3d298b4567-724-1024/undeserved-reputation-monosodium-glutamate-724x1024.png)
Sindrom restoran Cina (Chinese Restaurant Syndrome/CRS)
Ada orang-orang (tidak semua) yang mengalami efek samping setelah mengkonsumsi MSG. Kondisi ini disebut CRS.

Dalam sebuah penelitian, peserta percobaan dibagi 2 kelompok, yang satu kelompok meminum kapsul MSG berisi 3,5 gram MSG murni (bukan MSG dari makanan), dan yang lain minum kapsul plasebo berisi 3,5 gram tepung. Kapsulnya sama persis dan penderita tidak diberi tahu mana yang kapsul MSG dan mana yang plasebo. Didapatkan bahwa reaksi CRS terjadi pada 36,1% penerima kapsul MSG, dibandingkan dengan 24,6% kapsul plasebo. Perbedaan tersebut bermakna (signifikan) secara statistik.

Gejala CRS yang terjadi (baik 1-2 gejala yang muncul maupun semua gejala) ialah:

  • Sakit kepala
  • Flushing (kemerahan pada wajah maupun leher)
  • Berkeringat
  • Rasa tertekan pada wajah atau sesak nafas
  • Mati rasa, kesemutan atau terbakar di wajah, leher dan area lainnya
  • Detak jantung yang terasa kencang dan tidak teratur (jantung berdebar-debar)
  • Sakit dada
  • Mual, bahkan muntah
  • Kelemahan

Keadaan CRS ini menunjukkan adanya sensitivitas yang berlebihan (hipersensitif) terhadap MSG, yang tidak terjadi pada semua orang. Ambang batas dosis yang menyebabkan gejala CRS mungkin sekitar di atas 3 gram dalam satu kali makan.

Namun, perlu diingat bahwa 3 gram adalah dosis yang sangat besar, sekitar 6 kali lipat asupan rata-rata harian di AS dan 2 kali lipat asupan rata-rata harian orang Asia. Perlu juga diperhatikan, karena MSG adalah penyedap rasa, maka biasanya MSG dicampurkan dalam makanan baik itu kering maupun berkuah, sehingga terjadi "pengenceran". Jadi jika saya mencampurkan 3 gram MSG dalam 1 mangkok bakso, maka MSG yang saya konsumsi tidak sampai 3 gram; kecuali jika saya makan dan menghirup seluruh kuah bakso itu, itupun konsentrasi MSG nya berkurang karena kuah.

(Sumber gambar 5:https://image.slidesharecdn.com/foodpoisoning-120213022212-phpapp01/95/food-poisoning-41-728.jpg?cb=1329101316)
(Sumber gambar 5:https://image.slidesharecdn.com/foodpoisoning-120213022212-phpapp01/95/food-poisoning-41-728.jpg?cb=1329101316)
Asma bronkial
MSG juga diklaim menyebabkan serangan sesak nafas (asma) pada individu yang sensitif. Satu studi menemukan bahwa 13 dari 32 orang mengalami serangan asma dosis besar MSG. Namun, studi serupa lainnya, tidak menemukan adanya hubungan antara MSG asupan dan asma. Perlu diingat bahwa dosis yang digunakan dalam penelitian, jauh lebih tinggi dari pada asupan harian rata-rata.

Pemberian MSG menurunkan berat badan?
Mengonsumsi makanan yang mengandung MSG, selain menimbulkan rasa gurih, juga membuat orang lebih cepat merasa kenyang. Hal ini bisa menyebabkan berkurangnya asupan kalori, yang mungkin membantu menurunkan berat badan. Ada beberapa bukti bahwa menambahkan MSG ke makanan dapat meningkatkan rasa kenyang, membantu orang makan lebih sedikit kalori pada saat makan berikutnya.

Dipercaya bahwa rasa umami, yang dipengaruhi oleh MSG, membantu mengatur nafsu makan dengan merangsang reseptor yang ditemukan di lidah dan dinding saluran pencernaan. Ini memicu pelepasan hormon yang menurunkan nafsu makan seperti cholecystokinin dan GLP-1. Namun, pada orang dewasa Vietnam, asupan rata-rata 2,2 gram per hari itu tidak terkait dengan perubahan berat badan.

Pemberian MSG menaikkan berat badan?
Di Cina, peningkatan konsumsi MSG dikaitkan dengan kenaikan berat badan yang besar, dengan rata-rata asupan berkisar antara 0,33-2,2 gram per hari. Beberapa penelitian observasional menghubungkan asupan MSG dengan penambahan berat badan, namun hasilnya lemah dan tidak konsisten, serta jumlah MSG yang diberikan sangat tinggi, diatas dosis-rata-rata harian.

Pemberian MSG meningkatkan tekanan darah
Satu percobaan terkontrol baru-baru ini pada manusia menunjukkan bahwa MSG menaikkan tekanan darah dan meningkatnya frekuensi sakit kepala dan mual. Kadar natrium (sodium) yang ada dalam MSG berpotensi kuat meningkatkan tekanan darah.

(Sumber gambar 6: http://www.thestar.com.my/~/media/online/2017/10/06/02/57/msg2.ashx/?h=611&w=620&la=en)
(Sumber gambar 6: http://www.thestar.com.my/~/media/online/2017/10/06/02/57/msg2.ashx/?h=611&w=620&la=en)
Simpulan dan Penutup
  1. Tidak ada bukti bahwa mecin (MSG) merusak otak dan menyebabkan orang menjadi bodoh dan lambat berpikir alias lemah otak (lemot), meskipun kadar MSG yang dikonsumsinya tinggi, kecuali sangat tinggi sekali (lebih dari 30 sendok teh sekali makan) karena adanya sawar darah otak, yang menghalangi masuknya glutamat, sehingga teori excitotoxin Dr Blylock sudah dipatahkan dalam 10 tahun belakangan ini.

    Jika MSG memang membuat otak menjadi lemah atau bodoh, mengapa bangsa Jepang, Korea, Singapura, dan Cina, yang konsumsi MSG nya tinggi (lebih dari 2 gram) per kali makan, tidak bodoh? Malahan mereka sangat pandai!

    Yang saya khawatirkan ialah, jangan-jangan orang Indonesia memang mengonsumsi MSG jauh lebih tinggi dari bangsa-bangsa Asia lainnya. Kadang kadang saya merasa "ngeri" juga melihat orang makan mie bakso, yang di mie dalam mangkoknya diberi mecin, kuahnya juga mengandung mecin, dan baksonya pun mengandung mecin! Mungkinkah benar kata si LEL-E bahwa si DUMB-O memang terlalu banyak makan mecin, yaitu melebihi 30 sendok teh per harinya?

  2. Mecin bisa menyebabkan Sindrom Restoran Cina (CRS) pada orang yang sensitif dan mengonsumsi mecin dalam jumlah besar sekali makan.

  3. Mecin dapat mencetuskan Asma Bronkial pada konsumsi berlebihan (dosis besar) pada individu yang hipersensitif.

  4. Mecin bisa memicu peningkatan tekanan darah, terutama pada orang yang sudah menderita hipertensi sebelumnya.

  5. Cukup jelas bahwa MSG aman dalam asupan harian yang disarankan. Namun, pemberian MSG dalam jumlah yang sangat tinggi, misalnya 6-30 kali asupan harian rata-rata (apalagi dikonsumsi sekaligus, dalam dosis tunggal) dapat menyebabkan kerusakan.

  6. Boleh pakai mecin atau tidak? Jika secara pribadi anda merasa bereaksi negatif terhadap MSG, ya hindari! Ingat MSG umumnya ditemukan dalam makanan olahan yang tidak berkualitas gizi tinggi, apalagi MSG bisa memacu nafsu makan. Jika Anda sudah makan sesuai dengan diet seimbang, maka asupan MSG anda harus rendah.

  7. Sebagai dokter, saya tidak merekomendasikan untuk memakai MSG karena bisa memicu CRS, Asma dan dan Hipertensi.

Tambahkan saja gula pasir 1 sendok teh dalam makanan, seperti cara memasak almarhumah nenek saya, enak sekali kok! (tentu tidak untuk penderita diabetes).

Salam hormat dan tabik!

Daftar Bacaan

  • Leech J, January 24, 2017. MSG (Monosodium Glutamate): Good or Bad?, (daring): 8 Desember 2017
  • Xiong JS, Branigan D, Li M, November 15, 2009. Deciphering the MSG controversy,Int J Clin Exp Med. 2009; 2(4): 329--336
  • Toxicology Data Net (TOXNET). 5/14/2007. Monosodium Glutamate, (daring):, 9 Desember 2017,
  • US Food and Drug Administration (FDA), November 19, 2012. Questions and Answers on Monosodium glutamate (MSG), (daring):, 10 Desember 2017.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun