Mohon tunggu...
Mangatas SM Manalu
Mangatas SM Manalu Mohon Tunggu... Dokter Spesialis Penyakit Dalam -

Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS Mayapada Lebak Bulus, Jakarta Selatan & Klinik AIC, Kuningan City Mall - Jakarta. Instagram: https://www.instagram.com/mangatasm/ Twitter: https://twitter.com/#!/Komangatas3. Facebook: https://www.facebook.com/mangatasm

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan featured

Cara Menyaring Informasi Hoaks Kesehatan agar Tidak Membahayakan Kita

7 November 2017   13:18 Diperbarui: 19 Januari 2019   17:05 3783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber gambar 1: bangka.tribunnews.com)

Penulis, semakin lama semakin sering, meneriman keluhan pasien yang mendiagnosis dirinya sendiri (menetapkan sendiri apa penyakit yang dideritanya) berdasarkan informasi kesehatan yang tidak jelas sumbernya. Misalnya tentang rasa pusing atau jika berjalan seperti orang mau jatuh (sempoyongan), yang serta-merta disebut penyakit "pengentalan darah" oleh si penderita. Ternyata yang dimaksud dengan "penyakit pengentalan darah" oleh si pasien, yang berdasarkan video di youtube, ialah keadaan dehidrasi, yang otomatis menyebabkan peningkatan kadar hemoglobin (Hb) darah. 

Penyakit pengentalan darah yang sebenarnya (sindrom anti fosfolipid atau sindrom Hughes) ialah keadaan dimana sel-sel darah, khususnya trombosit, saling melekat dengan sangat cepat dan kuat, lalu segera mengendap, sehingga membentuk gumpalan darah yang menghambat aliran darah.    

Banyak juga pasien yang salah menentukan apa penyakitnya, karena si pasien percaya penuh pada tulisan-tulisan di internet, atau mendiagnosis dirinya berdasarkan hasil broadcastWhat's App (WA) dan berbagai sumber media sosial lainnya. Contohnya: Saat datang ke praktik saya, seorang penderita sudah mengatakan: "Dok, saya sakit pengentalan darah!" Kemudian saya bertanya:"Apa gejalanya?". Langsung dijawab:" Saya sering vertigo!. Saya terkesima: "Memangnya setiap vertigo disebabkan oleh pengentalan darah pak?!". Dijawab: "Saya baca di internet dok!". Saya tanya lagi: Nama situsnya apa pak? Yang menulis orang dari profesi kesehatan?!" Si bapak terdiam, dan akhirnya menjawab: "Saya tidak tahu dok!"    

Ada lagi: "Dok, asam lambung saya naik! Saya sudah minum ramuan jahe dan kunyit plus jeruk lemon, tetapi belum membaik". Lalu saya bertanya: "Gejalanya asam lambung naik seperti apa bu?!" Jawabnya: "Ini nyeri di uluhati!". Saya menukas:" Bu, nyeri di uluhati banyak penyebabnya, bisa karena gangguan lambung, jantung, kandung empedu, pankreas, bahkan gangguan jantung juga!. Lalu yang mengajarkan membuat ramuan itu siapa, bu?" Ibu itu menjawab:"Dari broadcast WA dok. Testimoni!"     

Kasus-kasus di atas, hanyalah contoh dari maraknya "info kesehatan" hoaks, yang banyak beredar di dunia maya. Media sosial yang berbasis video maupun foto juga sering berisi informasi hoaks tentang kesehatan. Info hoaks ini bisa sangat berbahaya!

(Sumber gambar 1: bangka.tribunnews.com)
(Sumber gambar 1: bangka.tribunnews.com)
Pertanyaan (retoris) bagi kita ialah:

1) Dapatkah suatu penyakit ditetapkan atau didiagnosis dan diobati, hanya berdasarkan membaca artikel dari internet atau bersumber dari video di internet saja?

2) Apakah mempercayakan pemeliharaan kesehatan pada berita di media sosial tidak terlalu riskan atau berisiko tinggi?

3) Apakah kita mau mempercayakan pemeliharaan kesehatan kita hanya berdasarkan "testimoni" (kesaksian / pengakuan) tentang suatu betapa mujarabnya suatu produk kesehatan / obat dari orang yang tidak jelas dikenal, seperti yang sering disampaikan di berbagai media sosial?

4) Apa kira-kira motivasi dari orang yang menulis artikel kesehatan? Mau berbagi informasi atau...?

5) Apakah secara legal-formal, situs kesehatan yang berisi "info kesehatan" itu bisa dipertanggungjawabkan?

6) Situs Kesehatan mana saja yang bisa dipercaya?

7) Bagaimana cara memilih info kesehatan yang dapat dipercaya?

Jawaban terhadap berbagai pertanyaan tersebut ialah:

1.Diagnosis tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan testimoni atau artikel atau berbagai tulisan di media sosial! Informasi dari internet tidak mungkin menggantikan kunjungan ke dokter, yang akan melakukan prosedur baku kedokteran, yaitu: wawancara kedokteran (anamnesis), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (misalnya rekam listrik jantung (EKG), ultrasonografi (USG), pemeriksaan darah di laboratorium dan lain-lain kepada para pasiennya.

Selain itu, hal yang terpenting ialah interpretasi dan analisis dari semua data kesehatan yang didapatkan pada seorang pasien. Pada suatu penyakit yang sama, gejala dan tandanya dapat berbeda untuk setiap individu, sebaliknya berbagai gejala yang berbeda, dapat berasal dari suatu penyakit yang sama. Oleh sebab itu, tidak bisa dilakukan generalisasi secara sembarangan dalam menegakkan suatu diagnosis penyakit, jika hanya berdasarkan keluhan-keluhan yang sama pada seorang penderita. Harus dilakukan analisis dengan interpretasi dan penalaran medis.

Melakukan diagnosis penyakit  ialah seperti menyatukan kepingan-kepingan mosaik untuk dapat menjadi suatu gambar yang utuh, yang dapat dimengerti, bermakna, dan dapat dilihat oleh banyak orang. Harus ada dasar ilmu kedokteran, keterampilan klinis, penalaran logis, dan pengalaman dari dokter untuk dapat melakukan diagnosis.

2) Jelas bahwa mempercayakan kesehatan, menetapkan penyakit (diagnosis), dan melakukan terapi, jika hanya berdasarkan pada artikel di media sosial, sangat berisiko..

Untuk bisa menganggap suatu artikel kesehatan di media sosial sebagai tulisan yang layak dan aman bagi kesehatan anda, perlu diteliti dulu akan hal-hal berikut ini:

a) Apakah anda tahu siapa yang menulis artikel itu? Anonim atau tidak?!

b) Apa kompetensi penulis dalam bidang kesehatan, terutama dalam hal melakukan diagnosis dan terapi penyakit?!

Kalau penulisnya tidak mempunyai latar belakang pendidikan resmi di bidang kesehatan, maka sebaiknya anda tidak segera mempercayai tulisannya. Lha kalau yang menulis itu adalah orang tanpa latar belakang pendidikan kesehatan; yang hanya mengambil sepotong-sepotong informasi dari berbagai situs kesehatan di internet, kemudian memakainya demi menjual produk yang dijajakannya; bagaimana bisa dipertanggungjawabkan?! Ini akan sangat berpotensi membahayakan kesehatan anda!

Kalau informasi kesehatan itu ditulis oleh seorang yang berkompeten (dokter, ahli gizi, ahli farmasi atau ahli keperawatan, mungkin masih bisa dipercaya, masih bermanfaat.

c) Adakah sumber atau daftar pustaka / daftar bacaan atau referensi tulisan itu?

Sebaiknya suatu info kesehatan, dapat dikonfirmasi sumbernya, jelas ditulis di situs mana, ada tautan (link) situsnya, lebih baik lagi jika sumber datanya berasal dari situs-situs kesehatan yang bisa dipercaya. 

d) Carilah tulisan pembanding dengan topik yang sama, sehingga anda tidak mudah disesatkan dan semakin paham akan topik artikel kesehatan yang anda baca. Tulisan pembanding bisa anda baca di situs-situs yang akan dituliskan dibawah ini.

3) Jangan terlalu mudah percaya pada testimoni orang di dunia maya.

Bisa saja orang yang membuat testimoni itu adalah tokoh rekaan si penulis (fiktif), atau orang yang dibayar, atau bawahan si penulis, untuk menjual suatu produk (:iklan").

Bahkan jika testimoni orang tersebut nyata dan tulus, tanpa motivasi keuntungan pribadi, anda tetap harus mengingat hal mendasar ini: yang cocok untuk orang lain belum tentu cocok untuk anda, dan sebaliknya!

Pengalaman pribadi seseorang tidak bisa diterapkan pada seluruh pasien. Setiap orang bisa berbeda responsnya terhadap terapi yang sama, pada penyakit yang sama.

4) Motivasi orang menulis: banyak sekali info kesehatan yang seolah-olah membahas tentang suatu penyakit, tetapi ujung-ujungnya menawarkan suatu produk ramuan untuk penyakit yang dibahas. Sebenarnya tujuan utamanya menulis ialah berjualan produk, bukan membagikan informasi kesehatan.

5) Soal aspek legal formal tulisan itu: Jika situs kesehatan yang anda baca ialah situs pribadi, tentu aspek legal-forma atau pertanggung-jawaban secara hukum (jika terjadi sesuatu yang buruk akibat mengikuti isi atau artikel maupun konsultasi pada situs tersebut) kurang kuat, jika dibandingkan dengan situs berbadan hukum lengkap dan terdaftar pada instansi yang berwenang atau pada lembaga pemerintah.

6) Situs Kesehatan mana yang yang bisa dipercaya?

Buat saya, situs kesehatan umum berbahasa Inggris yang bisa dipercaya ialah:

*Emedicine-Medscape

*WebMd                                                                           *Mayo Clinic

*BMJ (British Medical Journal)                                    *HealthOnLine

Untuk situs kesehatan berbahasa Indonesia, yang saya ketahui ialah:

*Klikdokter                             *GueSehat                      *Alodokter.com

*Kompas.com Health            *Health.detik.com        *Health - Lifestyle Okezone

*Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

(Sumber gambar 2: detik.com)
(Sumber gambar 2: detik.com)
7) Cara memilih informasi kesehatan dapat dilakukan dengan menggabungkan ke 6 poin yang disebut di atas, yaitu:

a) Harus tetap diingat bahwa membaca informasi atau melakukan konsultasi kesehatan secara daring (on-line) tidak akan bisa menggantikan pemeriksaan kesehatan pada tenaga profesional kesehatan. Informasi kesehatan secara daring sangat diperlukan, tetapi harus tetap "disaring", karena setiap individu dan setiap penyakit memiliki karakter masing-masing. Tidak bisa diseragamkan 100 %.

b) Dalam membaca informasi kesehatan, pastikan: siapa penulisnya, apa kompetensi penulisnya, apakah informasi itu tertulis dengan menyertakan tautan untuk konfirmasi. Usahakan melakukan konfirmasi isi tulisan tersebut ke situs kesehatan yang bisa dipercaya, situs-situs resmi instansi kesehatan atau Universitas.

c) Jangan mempercayakan pengobatan, terapi dan pemeliharaan kesehatan anda hanya berdasarkan testimoni orang. Ingatlah sekali lagi: yang cocok untuk orang belum tentu cocok untuk anda dan sebaliknya!

d) Abaikan informasi kesehatan yang "ujung-ujungnya" berjualan produk obat atau ramuan. Apalagi jika ramuan tersebut merupakan "obat dewa", dimana ramuan tersebut dapat mengobati banyak penyakit bahkan semua penyakit!

Semakin sedikit jenis penyakit yang dapat diatasi oleh suatu obat, semakin spesifik obat itu bekerja dan semakin kuat obat itu, yang berarti semakin besar efektivitasnya (terlepas dari masalah potensi efek samping obat itu). Begitu juga sebaliknya!

e) Silahkan membaca situs kesehatan yang dikelola oleh individu / pribadi (blog) dari orang yang berprofesi sebagai tenaga profesional kesehatan, tetapi harus tetap diusahakan untuk melakukan konfirmasi dan memeriksa kebenarannya, dengan membandingkan isi tulisan itu dengan pembahasan topik yang sama dengan situs kesehatan lainnya, yang dikelola suatu institusi atau badan resmi pemerintah (contoh: situs Kementerian Kesehatan RI), agar aspek legal formalnya terpenuhi.  

f) Berusahalah untuk membaca informasi kesehatan dari situs kesehatan yang bisa dipercaya dan bisa menjawab konsultasi online, yang memiliki tenaga dokter atau tenaga profesional kesehatan lainnya, sebagai pengelola situs tersebut. Carilah tulisan pembanding; jadi bukan hanya mengandalkan satu sumber bacaan saja.

(Sumber gambar 3: http://www.bontangpost.id)
(Sumber gambar 3: http://www.bontangpost.id)
Penutup

Waspadalah! Salah diagnosis, akan mengakibatkan salah terapi, yang bisa mengancam keselamatan kita. Perlu kehati-hatian dalam membaca berbagai info kesehatan yang sangat beragam di dunia maya, karena ternyata banyak info kesehatan yang hoaks dan menyesatkan.

Penulis sangat sering menemukan informasi kesehatan yang hanya berdasarkan copy-pastedan broadcast pesan berantai melalui WA (Whats App), yang dengan mudah dapat dirubah orang iseng atau jahil dan tidak bertanggungjawab.

Dengan mengetahui apakah suatu info kesehatan itu benar atau hoaks, maka disamping anda menjaga kesehatan diri sendiri, anda juga tidak menjadi agen informasi hoaks, dengan menyebarkan info yang berbahaya bagi keselamatan orang lain kepada masyarakat.

Meskipun demikian penulis tidak bermaksud menjauhkan para netizen dari usaha mencari tambahan pengetahuan tentang berbagai penyakit, melalui internet. Penulis hanya mengingatkan akan risiko informasi kesehatan hoaks di internet, di berbagai media sosial dan pesan berantai suatu tulisan yang di copy-pastemelalui pesan WA. Demikian yang bisa penulis sampaikan disini, kiranya bermanfaat. Mohon maaf sebesar-besarnya untuk segala kekurangan tulisan ini. Salam hormat dan tabik!

Daftar bacaan

Hammond C, February 9, 2017. How To Spot Misleading Health News, (daring):, 4 Oktober 2017.

Cohen P, May 29, 2015, How the "chocolate diet" hoax fooled millions,(daring):, 5 Oktober 2017.

Chang L, March 18, 2017,  Emailed Health Warnings: Hoax or Fact?, (daring):, 5 Oktober 2017.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun