Mohon tunggu...
Dostry Amisha
Dostry Amisha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Mahasiswa S1 prodi Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Citizen Journalism, Praktik Jurnalistik yang Diminati Masyarakat

18 Desember 2023   18:45 Diperbarui: 18 Desember 2023   20:10 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Transformasi jurnalisme di era digital menghadirkan perubahan dalam cara melakukan dan mengumpulkan berita. Saat ini khalayak atau warga biasa selain jurnalis profesional dapat melakukan praktik jurnalistik. Perkembangan teknologi yang semakin berkembang pesat memudahkan warga biasa melakukan publikasi mengenai sebuah informasi kepada khalayak. Produk jurnalistik yang dihasilkan oleh warga biasa disebut sebagai jurnalisme warga atau citizen journalism. Jurnalisme warga yang semakin berkembang pesat semakin diminati oleh khalayak karena khalayak memiliki peluang untuk mengangkat sebuah isu menjadi topik dalam berita.

Menurut Lasica (dalam Eddyono, 2019, h. 62) jurnalisme warga merupakan bentuk jurnalisme dimana siapa saja yang bukan seorang jurnalis professional menyampaikan informasi untuk kebutuhan jurnalisme arus utama. Informasi yang dipublikasikan dan tidak memperhatikan unsur 5W + 1H namun memenuhi kebutuhan publik merupakan ciri jurnalisme warga. Hampir semua media arus utama membuat kegiatan jurnalisme warga dengan memberikan publik kesempatan. Informasi yang dikemas oleh jurnalisme warga disebarluaskan melalui media sosial maupun blog pribadi. Kehadiran jurnalisme warga turut membantu memudahkan proses kerja ruang redaksi. Konten-konten yang dihasilkan oleh jurnalisme warga yang disebarluaskan di sosial media dapat diambil untuk kemudian ditayangkan di media massa. Hal tersebut membantu anggaran dana perusahaan media untuk memproduksi sebuah berita menjadi lebih rendah. 

Adapun kelebihan dari jurnalisme warga yaitu kecepatan dalam menyampaikan sebuah informasi secara luas (Shanaz, 2021, h. 377). Jurnalisme warga menjadi sosok yang pertama kali mengakses sebuah peristiwa penting seperti kecelakaan, bencana alam, dan fenomena lainnya yang tidak semuanya diliput oleh seorang jurnalis. 

Maka dari itu, media konvensional memanfaatkan hasil reportase dari jurnalisme warga. Penolakan terhadap jurnalisme warga beberapa kali kerap terjadi karena adanya anggapan bahwa jurnalisme warga tidak memiliki kredibilitas. Selain itu jurnalisme warga dianggap tidak mengikuti etika jurnalistik dan berita yang sulit dipertanggungjawabkan karena tidak adanya dukungan perlindungan terhadap pemberi informasi. 

Kehadiran jurnalisme warga dikhawatirkan akan menggeser jurnalisme profesional karena publik dapat meliput berita tanpa adanya mekanisme jurnalisme profesional. Namun seiring berjalannya waktu, jurnalisme warga diterima oleh masyarakat dan didukung pengelolaanya oleh media yang dominan. Perkembangan jurnalisme warga yang difasilitasi oleh media arus utama tidak terlepas dari permasalahan mengenai komodifikasi. Beberapa media yang menjalankan jurnalisme warga diantaranya Kompas.com, Metro TV, dan radio Elshinta (Eddyono, 2019, h. 65). 

Menurut penelitian yang dilakukan Nasrullah (dalam Eddyono, 2019, h. 66) jurnalisme warga saat ini telah dilakukan komodifikasi untuk memperoleh keuntungan. Salah satu media yang melakukan komodifikasi adalah Kompas.com yang menghadirkan blog Kompasiana. Kompasiana akan memberikan keuntungan bagi penulis apabila tulisan yang dipublikasikan menarik akan diterbitkan menjadi sebuah buku dan menghasilkan uang.

Media tersebut menyediakan ruang bagi khalayak untuk melakukan praktik jurnalisme warga dimana khalayak secara tidak langsung memperkenalkan media dominan tersebut. Media arus utama membantu memberikan ruang bagi publik untuk meliput berita, menciptakan media berita itu sendiri, dan menyebarkan informasi sendiri. Pengelolaan praktik jurnalisme warga menunjukkan perbedaan perlakuan dibandingkan dengan jurnalisme professional. Dalam jurnalisme warga seperti kompasiana, artikel yang ditayangkan merupakan tanggung jawab penulis dimana tulisan tidak selalu sejalan dengan sikap redaksi media. Berbeda dengan jurnalisme professional dimana terdapat editor yang merapikan konten sebelum dan sesudah tayang.

Daftar Pustaka : 

Eddyono, A. S., Faruk, H. T., & Irawanto, B. (2019). Jurnalisme Warga: Liyan, Timpang dan Diskriminatif. Profetik: Jurnal Komunikasi, 12(1), 61-73.

Shanaz, N. V. (2021). Pemanfaatan Media Sosial Instagram Dalam Aktivitas Jurnalisme Warga Dan Implikasinya Terhadap Media Konvensional. Jurnal Teknologi Dan Sistem Informasi Bisnis, 3(2), 373-379.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun