Film merupakan produk komunikasi karena terdapat pesan yang ingin disampaikan terhadap khalayak melalui medium yang beragam. Menurut Astuti (2022, h.5) film merupakan gambar bergerak yang membentuk sebuah alur cerita.Â
Film terdiri dari gambar yang bergerak baik menggunakan suara maupun tanpa suara (Astuti, 2022, h.5). Pada tahun 1900, Belanda pertama kali memperkenalkan film di Indonesia. Film tersebut awalnya sebagai hiburan yang  hanya ditujukan bagi orang eropa dan priyayi (elit pribumi).Â
NV Java Film Company merupakan Perusahaan film pertama milik Belanda yang berdiri pada tahun 1926 di Bandung. Di Indonesia, bioskop pertama kali didirikan oleh para pedagang Tionghoa pada tahun 1910 di Batavia atau sekarang disebut Jakarta (Astuti, 2022, h.7).Â
Film pertama yang ditayangkan adalah film dokumenter berceritakan perjalanan Raja dan Ratu Belanda di Den Haag (Alfathoni, 2020, h.4). Pemutaran film tersebut menjadi awal berdirinya The Rojal Bioscope, gedung bioskop pertama di Indonesia.
Film pertama Indonesia lahir pada tahun 1926 berjudul Lutung Kasarung ketika Indonesia masih bernama Hindia Belanda. Film Lutung Kasarung merupakan film bisu pertama yang dibuat oleh L. Hueveldop dan G. Kruger.Â
Pada tanggal 30 Maret 1950, Darah dan Doa atau The Long March Of Siliwangi hadir sebagai film pertama Indonesia tanpa campur tangan belanda yang disutradarai oleh Usmar Ismail (Muhlisiun, 2016, h.237). Hari produksi film Darah dan Doa diperingati sebagai Hari Film Nasional dan Usmar Ismail sebagai Bapak Perfilman Indonesia.Â
Kala itu peredaran film nasional masih sedikit, perfilman nasional hanya mampu memproduksi dua hingga tiga film dalam setahun. Perfilman Indonesia semakin mengalami kemunduran yang diakibatkan adanya G 30S PKI serta hadirnya DVD, VCD, dan televisi yang berkembang pesat. Perkembangan film nasional tidak lepas dari pengaruh kebijakan pemerintahan pada saat itu. Perfilman nasional mulai bangkit pada tahun 2000 hingga sekarang. Â Â
Film Ada Apa Dengan Cinta atau dikenal AADC karya Rudi Soedjarwo yang dirilis pada tahun 2002 menjadi penanda bangkitnya film nasional. Hadirnya film AADC secara tidak langsung mendukung naiknya perfilman nasional dimana para remaja saat itu untuk datang berbondong ke bioskop.Â
Film Ada Apa Dengan Cinta memenangkan berbagai penghargaan dan ditayangkan hingga mancanegara. Film Ada Apa Dengan Cinta menjadi Film terlaris dan fenomenal sejak dirilis bahkan hingga saat ini. Â
Film Ada Apa Dengan Cinta dibintangi oleh Nicholas Saputra yang berperan sebagai Rangga dan Dian Sastrowardoyo berperan sebagai Cinta berhasil meraih jutaan penonton.Â
Film Ada Apa Dengan Cinta menceritakan kisah persahabatan seorang gadis SMA dan geng karibnya yang populer dan siswa laki-laki yang gemar menyendiri. Kisah mereka dimulai ketika permusuhan antara Cinta dan Rangga berubah ketika keduanya saling jatuh hati.Â
Film Ada Apa Dengan Cinta bukan hanya mengisahkan percintaan, namun juga persahabatan, keluarga, dan kehidupan anak SMA. Film yang mengusung tema kehidupan ABG dan kisah romansa remaja saat itu berhasil mengubah tren anak muda diera tahun 2000-an.
Empat belas tahun setelah dirilis, Ada Apa Dengan Cinta menghadirkan sekuel berjudul Ada Apa Dengan Cinta 2 yang tayang pada tahun 2016. Ada Apa Dengan Cinta 2 menceritakan kisah pertemuan antara Rangga dan Cinta setelah berpisah selama empat belas tahun.Â
Ada Apa Dengan Cinta 2 dinantikan oleh penonton untuk mengetahui bagaimana kelanjutan kisah Rangga dan Cinta yang masih diperankan oleh pemeran yang sama. Keberhasilan film Ada Apa Dengan Cinta hingga saat ini menjadi film kilas balik kehidupan tahun 2000-an.
Daftar Pustaka
Alfathoni, M. A. M., & Manesah, D. (2020). Pengantar Teori Film. Deepublish.Â
Astuti, V. (2022). Buku Ajar Filmologi Kajian Film. UNY Press.
Muhlisiun, A. (2016). Film "Darah dan Do'a" sebagai Wacana Film Nasional Indonesia. Panggung, 26(3), 298238.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H