Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Jangan Sampe Tergiur pada Makanan Enak, tetapi Tanpa Gizi

18 Januari 2025   16:07 Diperbarui: 21 Januari 2025   17:58 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi program Makanan Bergizi Gratis. Foto: Kompas. com/Fitri Rachmawati. S. Sos

Makanan bergizi dan makanan berasa enak adalah dua hal yang sangat berbeda. Belum tentu, makanan berkadar gizi tertentu berasa enak di lidah pemakannya.

Sebaliknya, makanan berasa enak bisa saja bergizi dan juga tak bergizi. Tentu saja, umumnya kita sepakat jika makanan yang kita konsumsi seyogianya bergizi dan enak di lidah.

Pemberian makanan bergizi gratis kepada para siswa di sekolah menjadi salah satu program andalan pemerintahan saat ini di bawah kendali Presiden Prabowo Subianto.

Menariknya, program itu bukan saja buah bibir sewaktu masa-masa kampanye politik jelang pemilihan presiden tahun 2024 lalu, tetapi benar-benar terealisasi dalam konteks nyata.

Presiden Prabowo benar-benar merealisasikan program tersebut dengan dimulai pada bulan Januari tahun 2025 ini. Jadinya, suara-suara sinis yang sempat mengkritik kampanye tentang program makanan bergizi gratis tersebut sedikitnya terbungkam.

Ternyata, kampanye tersebut bukan saja buah bibir yang bertujuan untuk menaikkan elektabilitas, tetapi benar-benar terealisasi sebagai program nyata.

Pada beberapa pekan terakhir ini, kita disuguhkan pelbagai berita mengenai program pemberian makanan bergizi gratis yang terjadi di beberapa daerah di tanah air. Walaupun program pemberian makan bergizi gratis tersebut belum mengenai semua sekolah di tanah air, paling tidak ada pelbagai evaluasi sekaligus harapan untuk program yang sudah dibuat di beberapa sekolah di tanah air.

Salah satu hal yang barangkali perlu dievaluasi mengenai kualitas dari makanan yang disajikan. Jangan sampai makanan yang disajikan tak memenuhi standar gizi. Juga, jangan sampai para siswa hanya menilai dan memilih bahwa makanan yang disajikan itu (harus) berasa enak di lidah atau harus sesuai selera lidah, tetapi pada faktanya kualitas gizinya tak begitu memadai.

Menjadi masalah ketika makanan yang disajikan hanya untuk menyenangkan lidah siswa semata, tetapi nilai gizinya cukup minim. Makanya, tak bisa dibenarkan ketika penyediaan makanan di sekolah bertujuan untuk menyenangkan dan menjawabi kebutuhan rasa, tetapi mengabaikan kualitas.

Perlu menjadi bahan evaluasi ketika makanan yang diberikan hanya untuk memberikan kesan kemewahan dari sisi kuantitatif semata, tetapi makanan tersebut berupa olahan instan tanpa mengikuti standar gizi tertentu. Makanan berjumlah banyak dengan ukuran menu yang besar tak masalah, asalkan apa yang disajikan itu mengandung gizi bagi pemakannya.

Di sini tak boleh terjadi gap antara rasa enak dan kualitas gizi. Untuk itu, kalau mau direnungkan lebih mendalam pemberian makanan gratis dan bergizi membutuhkan evaluasi secara regular dan transparan.

Seturut tema dari rancangan program yang dijalankan, progam itu berupa pemberian makanan bergizi gratis. Jadi tak sekadar gratis. Akan tetapi, kualitas gizinya yang dipertimbangkan secara baik agar program itu tak hanya memuaskan di lidah, tetapi memenuhi aspek kesehatan.

Bagaimana pun, secara tak langsung target dari pemberian makanan bergizi itu untuk melengkapi dan menguatkan kesehatan para siswa. Barangkali ada para siswa di tanah air yang tak memenuhi gizi yang memadai di rumah. Untuk itu, pemberian makanan bergizi gratis di sekolah menjadi salah satu solusi dalam menanggapi kekurangan gizi anak di rumah.

Lebih jauh, pendidikan pemberian makanan bergizi gratis itu perlu diedukasi secara baik kepada para siswa. Di sini, penyelenggara dan pihak sekolah perlu menjelaskan maksud dari pemberian makanan bergizi gratis tersebut kepada para siswa. Dalam mana, tujuannya untuk pencapaian taraf kesehatan fisik, dan bukan saja untuk memenuhi urusan kekenyangan secara fisik.

Pastinya, setiap program, apalagi yang bersifat baru pertama kali dilaksanakan seperti pemberian makanan bergizi gratis tak luput dari kekurangan tertentu. Langkah pertama bisa menjadi bahan evaluasi agar langkah-langkah berikutnya bisa diperhatikan secara lebih baik. Terkhususnya pada kualitas gizi dari setiap makanan yang disajikan.

Pemberian makanan gratis yang dicanangkan oleh pemerintah saat ini seyogianya tak hanya sekadar gratis dan rasanya enak, tetapi lebih mendalam kualitasnya benar-benar bergizi. Tujuannya agar makanan itu bisa berdampak pada kesehatan anak Indonesia secara keseluruhan.

Salam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun