Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Alasan Kaum Laki-laki Enggan untuk Menikah

8 November 2024   16:02 Diperbarui: 8 November 2024   16:04 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menikah adalah sebuah pilihan. Paling tidak, pernyataan ini lumrah berlaku pada saat sekarang di mana kebebasan individu ditekankan dan budaya masyarakat tak begitu dikedepankan.

Pada waktu-waktu dulu, menikah adalah keharusan. Ketika memasuki usia tertentu, baik wanita maupun laki-laki akan dituntun untuk menikah. Bahkan, diantaranya "dijodohkan" tanpa pertimbangan apakah perjodohan itu berdasar pada asas cinta atau rasa suka sama suka di antara kedua belah pihak.

Situasi sudah berubah. Tiap individu memiliki kebebasan untuk memilih apakah menikah ataukah tidak.

Bahkan, konteks sosial juga mulai terbuka dalam menerima keputusan tiap individu termasuk dalam urusan pernikahan. Jadinya mulai terbiasa ketika berhadapan ketika ada laki-laki atau pun perempuan yang memilih untuk tidak menikah.

Saya coba melakukan observasi sederhana di balik keputusan laki-laki untuk menunda dan bahkan tak mau menikah sekali. Observasi ini bermula dari konteks di mana saya sementara tinggal di Filipina saat ini.

Ada banyak laki-laki yang tak menikah. Tampak normal walaupun sesesekali diejek dalam tanda kutip. Namun, keputusan mereka itu seperti menjadi bagian tak terpisahkan dari konteks sosial dan cenderung mulai tertuju pada gaya hidup.

Tiga hal yang saya lihat dari alasan mereka tak mau menikah. Alasan-alasan ini sangat subyektif dan tak bisa mewakili keseluruhan dari tiap laki-laki yang tak mau menikah.

 

Pertama, Ketidaksiapan Ekonomi

Konteks sosial kita kerap mengasosiasikan suami atau pun ayah sebagai pemegang dan penopang ekonomi keluarga. Suami atau ayah harus bekerja. Suami atau ayah harus menyediakan kebutuhan rumah tangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun