Liga Italia musim 2024/25 di Stadion San Siro, Milan (30/10/24) menjadi salah satu kisah sukses Napoli pada musim ini.Â
Kemenangan Napoli vs AC Milan (2-0) pada pekan ke-10 lanjutan Serie ABerkat kemenangan itu, Napoli mantap di puncak klasemen sementara Liga Italia dengan koleksi 25 poin yang peroleh lewat 8 kali menang, 1 kali seri, dan 1 kali kalah. Napoli juga unggul 4 poin dari Inter Milan di tempat kedua.
Napoli yang mengakhiri musim lalu dengan posisi akhir di tempat ke-10, 41 poin di bawah Inter yang menjadi juara Liga Italia, melakukan pembenahan musim ini. Pembenahan itu dimulai dengan pemilihan dan perekrutan Antonio Conte sebagai pelatih.
Conte bukanlah wajah baru di sepak bola Italia. Boleh dikatakan jika Conte adalah pelatih yang memiliki reputasi yang kuat dan disegani untuk konteks sepak bola Italia berkat pencapaiannya yang mana 3 kali meraih Scudetto dengan Juventus dan 1 kali dengan Inter.Â
Juga, Conte pernah meraih 1 trofi Liga Inggris bersama Chelsea.
Pemilik Napoli Aurelio De Laurentiis mengambil langkah berani dengan merekrut Conte yang lagi tanpa pekerjaan sebagai pelatih. Bukan rahasia lagi jika Conte bukanlah pelatih yang gampang dikontrak.
Biasanya, pelatih asal Italia memberikan persyaratan di balik kontraknya sebagai pelatih. Salah satunya adalah kesediaan klub untuk mengucurkan dana dalam membeli pemain. Tak di balik perekrutan itu, klub mengucurkan 100 juta euro untuk membeli pemain baru.
Proses pembaharuan Napoli mulai dari Conte. Conte yang sudah "makan garam" di Liga Italia melihat dan mengevaluasi titik-titik lemah yang membuat Napoli langsung terperosok setelah meraih Scudetto dua musim lalu.
Conte mencari beberapa pemain yang cocok dengan sistem kerjanya. Remelu Lukaku ditarik. Lukaku pernah menjadi anak asuh Conte di Inter.
Lalu, Conte berhasil mendapatkan Scott McTominay yang posisinya di Manchester United tak begitu stabil. McTominay tak begitu menjadi pilihan utama dalam permainan Erik Ten Hag. Selain McTominay, Conte juga membeli Billy Gilmour untuk memperkuat lini tengah Napoli.
Tiga pemain itu menjadi bagian terpenting dari kebangkitan Napoli sejauh ini. McTominay yang sepertinya "dibuang" oleh MU menunjukkan performa impresif di tangan Conte. Bahkan, pemain asal Skolandia itu menjadi titik sentral permainan Conte di lini tengah.
Memanfaatkan daya jelajah dan energi McTominay, Conte bisa mengubah formasi seturut tuntutan laga. McTominay bisa berperan sebagai gelandang bertahan, pun sebagai gelandang serang yang bisa membantu Lukaku.
Tak elak, suporter Napoli pun mengubah nama McTominay dengan "McTottally" lantaran kiprahnya di lapangan yang bergerak di mana bola berada.
Selain itu, Conte juga melihat bahwa titik lemah Napoli pada musim lalu terletak pada sektor pertahanan. Makanya, Conte merekrut Alessandro Buongiorno yang dinilai sebagai salah satu bek terbaik di Serie A.
Berduet dengan Amir Rahmani di sektor pertahanan, Buongiorno langsung menjawabi masalah lini belakang musim lalu. Pada musim lalu, Napoli kebobolan 48 gol dan 27 gol terjadi di Stadion Diego Armando Maradona. Keroposnya lini belakang tak lepas dari kepergian dari Kim Min-jae, salah satu bek yang cukup berperan di era Luciano Spalletti sewaktu meraih Scudetto.
Dari 10 laga yang telah dimainkan, Napoli baru 5 kali kebobolan. Jumlah itu yang paling sedikit di antara tim-tim lain di Liga Italia.
Selain berbelanja pemain, Conte juga menguatkan kembali mentalitas Napoli. Tentu saja, pengalamannya di masa lalu tak bisa dipisahkan dalam membangun performa Napoli. Conte menerapkan gaya kepelatihannya di Juventus yang mana para pemain diminta untuk tampil profesional dan penuh dedikasi.
"Apa yang saya dapat janjikan adalah keseriusan, sebuah kata yang sering kali dianggap enteng. Keseriusan dalam memberikan segalanya untuk Napoli, dalam menyalurkan budaya kerja saya dan mentalitas saya," ungkap Conte seperti terlansir dalam BBC Sport.com (29 October 2024).
Ya, kata-kata Conte itu bukan isapan jempol. Sudah terbukti di mana saja dia berkiprah sebagai pelatih Juventus, yang mana dia tak ragu untuk memberikan penekanan pada pemain agar menunjukkan mentalitas sebagai pemenang dan bermain penuh intens dan pasion.Â
Bahkan, Conte juga tak ragu untuk mengkonfrontasi rekan sesama pelatih kalau memang hal itu berkaitan dengan tim.
Salah satu kelebihan Conte adalah kepribadian yang kuat dan tegas. Mentalitas itu yang ditransferkan kepada anak-anak asuhnya di Napoli. Di balik itu, Conte juga membangun Napoli sebagai unit yang bertarung untuk kepentingan tim sepanjang laga.
Lebih jauh, Conte menerapkan strategi dan sistem yang bertujuan untuk meraih kemenangan. Barangkali lebih pada sistem pragmatis. Yang terpenting meraih kemenangan daripada menekankan permainan atraktif.
Makanya, seleksi skuad Conte dalam 10 laga terakhir sangat bergantung pada tuntutan laga. Makanya, ketika ada jurnalis yang bertanya mengapa Conte tak memainkan David Neres dan Kvicha Kvarastkhelia pada waktu yang bersamaan, Conte menjawab bahwa yang dibutuhkan timnya bukanlah hiburan, tetapi meraih kemenangan.
Neres dan Kvarastkehelia terbilang sebagai pemain kreatif dalam skuad Napoli. Pergerakan mereka dan kontrol bola kerap mengundang decak kagum. Namun, Conte lebih menekanankan pada sistem untuk mencapai kemenangan daripada mengeksplorasi kemampuan pemain secara individual.
Sama halnya dengan McTominnay yang harus tunduk pada sistem Conte. McTominnay tak hanya berpaku pada satu posisi, tetapi sebisa mungkin untuk beradaptasi mulai dari gelandang bertahan dan gelandang serang. Sistem itu rupanya cocok dengan karakter McTominnay yang gagal dimanfaatkan oleh para pelatih di MU.
Hingga pekan ke-10 Liga Italia, Napoli sementara berada di puncak klasemen. Hal itu seperti membahasakan bahwa Conte sudah membangun Napoli pada jalur yang tepat.
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H