Manchester United (MU) ditahan imbang (1-1) oleh Fenerbahce di stadion Sukru Saracoglu, Turki (25/10/24) pada matchday ketiga Liga Eropa musim 2024/25. Laga itu cukup menarik lantaran Fenerbahce diasuh oleh Jose Mourinho yang pernah melatih MU. Dalam laga ini, Mou diganjar kartu merah.
Performa MU di Liga Eropa kurang meyakinkan. Dari tiga laga yang telah dimainkan, tim asuhan Pelatih Erik Ten Hag itu baru mengumpulkan 3 poin dari tiga hasil imbang. Pada laga perdana, MU ditahan imbang tim asal Belanda (1-1) Twente di Old Trafford dan kemudian di laga kedua diimbangi oleh Porto (3-3).
Terang saja, performa MU itu lebih berwajah medioker. Tim yang biasa-biasa saja, dan barangkali tak berlebihan jika menyatakan bahwa MU bukanlah salah satu favorit kuat di turnamen Liga Eropa pada musim ini.
Coba bandingkan dengan Tottenham Hotspur, tim seasal dari Liga Inggris. Tim asuhan Pelatih Ange Postecoglou itu sementara berada di posisi kedua klasemen sementara Liga Eropa dari hasil 3 kali menang dari 3 laga. Sementara MU berada jauh di posisi ke-21.
Persoalan MU di level domestik sepertinya menular ke Liga Eropa. Ketika di Liga Inggris, MU belum menemukan performa yang stabil, hal yang sama juga terjadi di Eropa. MU pun tampil seperti tim yang terlihat enggan untuk bersaing menjadi salah satu favorit dalam turnamen level kedua antar klub di Eropa tersebut.
Artinya, performa itu tak lepas dari sistem yang terbangun dalam tim. Pasalnya, ada kesinambungan antara ketidakstabilan di level domestik dengan di level Eropa. Sistem itu, salah satunya, bisa saja dengan penerapan taktik pelatih dan juga manajemennya dalam mengatur kualitas pemainnya.
Memang, terlalu dini untuk menilai jika MU sulit lolos ke fase berikutnya. Pasalnya masih ada 5 laga tersisa yang menentukan jalan MU lolos ataukah tidak ke babak 16 besar. Untuk sampai pada target itu, mau tak mau "Setan Merah" perlu membenahi performanya.
Pembenahan performa tak gampang lantaran di level Liga Inggris, MU sendiri masih sulit menemukan formula yang tepat untuk menjaga konsistensi meraih poin penuh. Apabila meraih kemenangan pada salah satu laga, pada laga berikutnya MU antara berada pada hasil imbang atau pun kalah.
Pendek kata, MU seperti kehilangan rasa bagaimana mencapai kemenangan lebih dari tiga sampai empat laga berturut-turut.
Pelatih Ten Hag selalu disoroti. Akan tetapi, manajemen MU belum sampai pada kata akhir untuk menentukan nasib dari pelatih asal Belanda tersebut. Terlebih lagi, seperti selalu ada celah di mana Ten Hag berada pada posisi aman.