Harian asal Inggris Daily Mail edisi 16 Oktober 2024 menulis di halaman depan, "A Dark Day For England", sebagai tanggapan atas penentuan Tuchel sebagai pelatih timnas.
Reaksi itu bisa saja dilatari pelbagai sebab. Salah satunya adalah karir Tuchel sebagai pelatih yang sebenarnya belum teruji 100 persen bisa memberikan kesuksesan untuk timnas.
Tuchel bukanlah sosok yang baru untuk konteks sepak bola Inggris. Pernah sukses dengan Chelsea saat meraih trofi Liga Champions Eropa, tetapi kemudian dipecat Chelsea pada era kepemilikan Todd Bohley.
Kendati sukses meraih trofi Liga Champions pada 6 bulan di awal penentuannya, Tuchel kemudian gagal mengangkat performa Chelsea yang multi talenta pada level Liga Inggris.
Dari Chelsea, Tuchel direkrut Bayern Muenchen. Dua musim lebih bersama klub asal Bundesliga Jerman itu tak berakhir mulus lantaran Tuchel gagal menahan laju Bayer Leverkusen yang mengkudeta takhta 11 musim Muenchen sebagai juara Liga Jerman.
Setelah dari Muenchen, nama Tuchel tetap masuk dalam bursa pelatih yang dilirik tim-tim papan atas. Termasuk Manchester United yang kabarnya Tuchel sempat bertemu dengan Sir Jim Ratcliffe. Akan tetapi, Tuchel tak mengiakan pinangan Setan Merah, dan kemudian tak ragu untuk melatih Inggris.
Tentu saja, tugas sebagai pelatih timnas merupakan transisi terbesar dalam karir pelatih sepak bola Tuchel. Ada pergeseran iklim dalam karirnya sebagai pelatih, yang mana dari pelatih sebuah klub menjadi pelatih timnas.
Transisi itu akan menjadi tantangan tersendiri. Antara klub dan timnas pastinya mempunyai sistem kerja yang berbeda.
 Lebih jauh, di klub para pemain dan staf lebih cenderung berada bersama untuk waktu yang relatif lama sehingga ada pengenalan yang baik antara pelatih, staf, dan para pemain.
Di timnas, Tuchel mempunyai keterbatasan waktu untuk membangun skuad. Skuadnya akan bergabung ketika ada laga jedah internasional atau pun menjelang turnamen-turnamen besar.Â
Selebihnya, Tuchel akan mengamati dan mengevalusi performa para pemain lewat kiprah mereka di klub.