Hasil laga antara Timnas Indonesia vs Timnas Bahrain pada babak ketiga kualifikasi Piala Dunia Zona Asia Grup C menyisahkan kekecewaan pada wasit pemimpin laga Ahmed Al Kaf.
Wasit asal Oman itu membuat keputusan yang terbilang kontroversial, yang mana merugikan Indonesia dan menguntungkan tuan rumah, Bahrain.
Ahmed Al Kaf tak meniup pluit tanda akhir laga seperti yang telah ditentukan, yakni hanya perpanjangan waktu 6 menit. Malahan, dia sepertinya memperpanjang waktu hingga tiga menit dari waktu yang telah ditetapkan tersebut. Pendek cerita, Bahraian mencetak gol penyama kedudukan pada menit ke-119.
Sumpah serapah dilayangkan dari tanah air. Netizens Indonesia menunjukkan kekuatan lewat mengejek, mencelah, dan mempertanyakan keputusan wasit berkepala plontos tersebut. Gegara Ahmed Al Kaf, Indonesia gagal meraih poin penuh dan gagal naik ke posisi kedua klasemen sementara di Grup C.
Terlihat keputusan Ahmed Al Kaf berpihak pada negara asal dari Presiden Persatuan Sepak Bola Asia atau AFC, Sheikh Salman bin Ibrahim Al Khalifa. Bahkan, AFC dinilai sebagai organisasi yang korup.
Terang saja, media sosial AFC seperti Facebook, Instagram dan X mendapat serangan netizens. Hal yang sama juga terjadi dengan badan sepak bola Bahrain, yang kemudian menutup kolom komentarnya.
Keputusan kontroversial Ahmed Al Kaf juga mengundang komentar media internasional. Seperti terlansir dari media asal Vietnam yang berbahasa Inggris VNEXPRESS. Net (11 Oktober 2024), media internasional ikut menyoroti dan mencelah keputusan wasit Ahmed Al Kaf.
Sebuah artikel di Korea Selatan pada harian "Isplus" menempatkan judul dengan, "Indonesia robbed of a victory." Terjemahannya kira-kira Indonesia dirampok dari kemenangan. Judul itu tak berlebihan lantaran Indonesia seperti dirampok dengan cara yang begitu kasar.
Selain itu, suporter juga mempertanyakan penentuan wasit yang berasal dari Oman, yang nota bene sesama dari Asia Barat dengan Bahrain. Memang, penentuan wasit tak begitu bergantung pada wilayah atau zona. Yang terpenting berasal dari negara yang berbeda.
Namun, menimbang kontroversi yang terjadi, penentuan wasit pun perlu mendapat pertimbangan. Bagaimana pun, aspek budaya bisa saja menjadi salah satu latar belakang hakim lapangan membuat keputusan tertentu.