Tulisan ini akan menjadi artikel yang ke-2268 di Kompasiana. Saya bergabung di blog keroyokan ini sejak tahun 2017. Pernah vakum setahun lebih sebelum kembali aktif  pada pertengahan tahun 2019.Â
Apabila merenungkan perjalanan saya menulis di Kompasiana, saya harus akui bahwa banyak hal positif yang telah ditimbah dari menulis dan membaca di Kompasiana. Hal itu baik untuk sisi perkembangan secara pribadi maupun dalam relasi atau jejaring sosial.Â
Salah satu dampak yang saya alami dari kerutinan menulis di Kompasiana adalah soal pembentukan dan penopangan kesehatan mental. Kesehatan mental menjadi salah satu hal hakiki yang perlu dibangun saat ini.Â
Salah satu cara dari pembangunan kesehatan mental itu terjadi lewat ekspresi diri. Beban batin tak boleh dibiarkan dan dikonsumsi secara pribadi lantaran beban batin kadang menjadi salah satu sebab dari masalah mental.Â
Sebaliknya, perlu mencari cara agar beban batin itu terekspresi. Salah satu caranya adalah lewat menulis.Â
Secara umum, saya menulis dan mengulas artikel olahraga, secara khusus bidang sepak bola.Â
Tak jarang juga saya menulis tentang soal-soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari seperti soal politik, sosial-budaya dan pendidikan.Â
Dalam penulisan soal yang berkaitan dengan kehidupan harian, saya menemukan bahwa menulis menjadi instrumen dalam mengekspresikan diri.Â
Kadang kala, situasi sosial membebankan pikiran dan perasaan. Kalau tak diluapkan, hal itu bisa mempengaruhi kesehatan mental.Â
Untuk itu, agar persoalan sosial itu tak menjadi beban batin, menulis menjadi salah satu solusi. Saya memanfaatkan blog Kompasiana sebagai salah satu media dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan tentang tanggapan dan komentar pada apa yang terjadi. Â
Pengungkapan itu membantu diri untuk meluapkan apa yang tersimpan di dalam diri. Â Lewat menulis, beban pikiran dan perasan diringankan dan otak terasah untuk berpikir dan bahkan rasa ditempah untuk berempati dengan situasi pihak lain.Â
Sama halnya dengan menulis tentang sepak bola. Sebagai pecinta sepak bola saya mempunyai klub favorit.Â
Sebelumnya, ketika klub yang difavoritkan menderita kekalahan, perasaan menjadi tidak tenang. Tidak senang. Kecewa dan stres. Bahkan menjadi tersinggung ketika ada teman yang mengejek ketika klub kesayangan kalah. Â
Namun, sejak secara rutin menulis tentang situasi yang terjadi pada klub yang diidolakan itu, perasaan-perasaan negatif itu sepertinya perlahan terkontrol.Â
Alasannya, karena saya tak hanya menyikapi kekalahan itu dari sisi perasaan semata, tetapi juga saya coba menganalisa secara mendalam sebab-sebab dari kekalahan yang terjadi.Â
Analisa itu membantu saya untuk lebih melihat persoalan dari kaca mata yang lebih ilmiah daripada terjebak pada aspek sensitivitas sebagai seorang suporter. Â Â
Sama halnya ketika kecewa dengan performa Timnas Indonesia yang kalah atau pun performanya yang tak sesuai dengan ekspetasi. Sebelumnya, kekecewaan itu cukup mengganggu, atau tepatnya membebankan.Â
Namun, berkat mengulas performa Timnas Indonesia lewat menulis di Kompasiana, saya melihat bahwa situasi itu tak menjadi beban karena saya berupaya menemukan sebab-sebab dari apa yang terjadi. Â
Pendek kata, menulis seperti pendukung kesehatan mental. Lewat menulis kita bisa menuangkan apa yang kita pikirkan dan rasakan.Â
Lebih jauh, kita tak sekadar mengungkapan apa yang kita pikirkan dan rasa dalam bentuk tulisan. Perlu juga melakukan refleksi atas apa yang mengganggu pikiran dan perasaan kita.Â
Tujuannya agar apa yang dituangkan itu tak sekadar ungkapan kekecewaan dan kemarahan semata, tetapi lebih dari itu isi dari tulisan itu mempunyai aspek manfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Â
Oleh sebab itu, perlu berupaya untuk melakukan riset pada topik dan masalah yang mau diulas. Dengan itu, kita bisa melihat sebuah masalah tak hanya dari satu sisi, apalagi sentimen pribadi semata, tetapi dari pelbagai sisi. Riset juga bisa menguatkan ide kita. Â Â
Hemat saya, Kompasiana bukan sekadar blog keroyokan untuk menuangkan isi pikiran dan perasaan. Akan tetapi, Kompasiana bisa menjadi wadah untuk memperkuat dan mendukung kesehatan mental.Â
Apalagi, keuntungan dari Kompasiana adalah terbuka untuk pelbagai tulisan, sejauh tulisan kita tak merugikan pihak lain.Â
Lewat menulis, kita bisa menuangkan apa yang membebankan pikiran dan perasaan kita. Batin kita diringankan. Tulisan kita bisa menguatkan pengetahuan kita, dan bahkan menjadi bahan inspirasi untuk yang lain.Â
16 tahun eksistensi Kompasiana bukanlah waktu yang singkat. Pastinya, sudah banyak individu yang diuntungkan baik lewat menulis maupun membaca pelbagai artikel yang dimuat oleh banyak penulis.Â
Juga, saya yakin banyak pihak yang secara mental terbantukan dengan menulis dan membaca tulisan di media Kompasiana. Termasuk pengalaman pribadi saya yang selalu berupaya konsisten untuk menulis setiap hari agar bisa mendukung kesehatan mental. Â
Selamat ulang tahun Kompasiana!
Salam Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI