Bukan rahasia lagi jika turnamen Liga Champions Eropa bukan saja ajang persaingan antar klub di Eropa, tetapi juga adu gengsi di antara liga-liga Eropa.
Tim-tim yang bertanding tak hanya mewakilkan identitas klub semata, tetapi lebih jauh mewakilkan liga dan sekaligus negara di mana klub-klub itu berkiprah.
Setelah gim kedua kualifikasi Liga Champions Eropa 2024/25 mulai perlahan terlihat peta kekuatan di antara tim yang bertanding.
Dari Serie A Liga Italia yang untuk pertama kalinya mewakilkan lima negara, terlihat hanya AC Milan yang tampak merana. Dua laga dengan dua kekalahan. Hasil yang mengecewakan. Â
Sementara itu, Inter Milan, Juventus, Atalanta, dan Bologna mampu tampil cukup meyakinkan. Inter di laga perdana mampu menahan imbang kekuatan dari Liga Inggris, Manchester City di stadion Etihad.Â
Tak gampang untuk membendung Man City di kediamannya sendiri. Pada laga kedua, Inter menang besar kontra Red Stard Belgrade  (4-0).
Performa Juventus lebih impresif. Dua laga dengan dua kemenangan. Pada laga pertama, tim asuhan Thiago Motta itu menang kontra klub asal Eredevise, Liga Belanda, PSV.
Di laga kedua, tim berjuluk "Nyonya Tua" tampil lebih impresif saat bermain tim asal Bundesliga Jerman, RB Leipzig. Terlihat ide dari Motta mulai tampak dalam permainan Juve yang tampil solid dan terorganisir.
Tak tanggung-tanggung, Leipzig unggul atas Juve dan dua kali Juve membalas keunggulan. Menjadi menarik tatkala Juve yang sudah kehilangan  M. Di Gregorio pada menit ke-59 mampu mencetak dua gol, yang mana satu gol adalah gol kemenangan.
Performa Juve itu seperti memberikan harapan pada suporter Juve tentang peluang Juve bisa bersaing di level Eropa dan serentak membungkam keraguan banyak pihak tentang kualitas Motta dalam mengembalikan Juve ke jajaran klub elit di Eropa.
Mantan tim asuhan Thiago Motta musim lalu, Bologna meraih satu hasil seri dan satu kali menang. Hasil seri Bologna terjadi saat bermain kontra Shakhtar Donestk. Bologna yang tampil dominan tak bisa memanfaatkan laga itu dengan baik.
Pada laga kedua, sebagaimana Milan, Bologna ditundukan oleh Liverpool. Bedanya, Bologna memberikan perlawanan yang cukup ketat ketika bermain kontra Liverpool di Anfield daripada Milan yang ditundukan di San Siro.
Atalanta yang menjadi juara Piala Eropa 2024 dengan mengalahkan invincible team, Bayer Leverkusen meraih hasil serupa dengan Inter. Satu kali seri dan satu kali menang.Â
Menariknya, Atalanta memaksa Arsenal bermain seri tanpa gol pada laga perdana di stadion Gewiss.
Pada laga kedua, Atalanta menggasak Shakhtar Donetsk dengan 3 gol tanpa balas. Kemenangan itu menjadi kemenangan pertama Atalanta di Liga Champions Eropa. Cukup bersejarah untuk tim berjuluk La Dea tersebut.
Ketika tim-tim lain asal Italia meraih hasil positif di Liga Champions musim ini, AC Milan mengalami hasil yang mengecewakan. Pada laga pertama bertempat di San Siro, Liverpool digasak tamunya dari Liga Inggris, Liverpool dengan skor 3-1.
Gegara hasil laga itu, nasib Pelatih Paulo Fonseca menjadi sorotan. Beruntung, beberapa hari setelahnya pada derby sekota kontra Inter pada pekan ke-5 Liga Italia, Milan menang 2-1 dan hasil itu terlihat menjadi penyelamat nasib Fonseca di kursi pelatih.
Di laga kedua, Milan tunduk dari Bayer Leverkusen dengan skor tipis 1-0 di stadion BayArena, Leverkusen, Jerman.Â
Kekalahan Milan kontra Leverkusen itu tak mampu melanjutkan tren positif Milan yang meraih kemenangan pada dua laga terakhir di Serie A Italia.
Dengan performa seperti itu, jalan Milan untuk tembus ke babak 16 besar bisa menjadi rumit. Terkecuali di laga-laga tersisa, Milan mampu mengoleksi poin penuh agar bisa masuk babak play off atau pun tembus secara langsung ke babak 16 besar.
Lebih jauh, performa Milan yang belum meyakinkan di Liga Champions Eropa juga menunjukkan bahwa tim berjuluk Rossoneri itu masih perlu menaikan level permainan tim. Persaingan di level Eropa tentu saja berbeda di level domestik.
Hal itu pun menjadi pekerjaan rumah dari Paulo Fonseca untuk membawa Milan pada jalur yang tepat di level Eropa sebagaimana yang dilakukan oleh tim-tim lain dari Italia.
Bagaimana pun, Milan menjadi wajah sepak bola Italia. Sangatlah menarik ketika Italia yang menjadi satu-satunya negara yang mewakilkan lima negara mampu menunjukkan alasan di balik keterwakilan tersebut.
Masih ada waktu untuk berbenah. Milan pastinya tak mau mengecewakan sepak bola Italia di ranah Eropa.
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H