Badai cedera menghantui lini belakang Barcelona. Ronaldo Araujo cedera saat membela Uruguay di Copa America 2024. Cedera yang menimpah Araujo itu seperti menjadi tantangan awal dari Pelatih Hansi Flick.
Araujo termasuk salah satu palang pintu andalan Barca dalam dua musim kepelatihan Xavi Hernandez. Hampir bersamaan dengan Flick tiba, Araujo menderita cedera sehingga tak bisa memanfaatkan jasa bek asal Uruguay tersebut.
Tantangan awal ketidakhadiran Araujo itu coba dipecahkan Flick dengan memainkan bek muda, Pau Cubarsi dan Inigo Martinez. Duo bek itu terbilang lintas generasi lantaran Cubarsi masih berusia 17 tahun dan Inigo sudah berada di usia 33 tahun.
Selain itu, Cubarsi dan Martinez lebih dinilai pelapis antara Araujo atau pun Christensen. Namun, cedera membuat Cubarsi dan Martinez harus naik panggung dan menjadi pemain regular sejak Flick datang.
Duet Inigo dan Cubarsi terbilang sukses. Boleh dikatakan keduanya saling melengkapi. Inigo melengkapi Cubarsi dengan pengalaman, dan sebaliknya Cubarsi memberikan energi baru di jantung pertahanan Barca.
Tak elak, kedua bek tersebut terbilang yang paling solid dari yang telah dimainkan oleh Flick sejauh. Kendati Flick coba mengutak-atik lini belakang, namun terlihat duo antara Cubarsi dan Inigo sulit ditandingi dari sisi kesolidan.
Hal itu makin jelas ketika Barca menundukkan Young Boys (5-0) dalam lanjutan kompetesi Liga Champions Eropa. Inigo menjadi salah satu pemain terbaik dalam laga tersebut.
Bahkan, bek berpaspor Spanyol itu dinobatkan sebagai salah satu pemain terbaik pada laga kedua kualifikasi Liga Champions Eropa.
Inigo menjadi bagian penting dalam permainan Flick. Sulit tergantikan dan lebih sebagai pemimpin untuk para pemain muda.
Ya, Inigo seperti unsung hero dari skuad Barca saat ini. Dalam mana, perannya tak begitu kentara terlihat dan diperhatikan. Padahal kalau dilihat secara umum, peran Inigo di lini belakang cukup besar.
Di tengah krisis pemain di lini belakang, Inigo seperti menjadi jawaban dan juga palang pintu yang menutup situasi krisis yang sementara terjadi di lini belakang.
Inigo sebenarnya menjadi salah satu pemain dalam perekrutan di era Xavi Hernandez. Pemain yang mencetak satu gol dan satu asis dalam laga kontra Young Boys itu memiliki kemampuan dalam soal operan dan membangun serangan dari lini belakang.
Hal itu tampak dalam pola permainan Flick. Inigo tak hanya cekatan dalam melakukan umpan-umpan pendek dengan lini tengah, tetapi juga jeli dalam memberikan umpan-umpan panjang ke lini depan.
Selain itu, berbekal pengalamannya, Inigo terlihat menjadi mentor bagi para pemain muda di dalam tim. Catatan kemenangan Barca saat Inigo bermain juga cukup tinggi.Â
Inigo tercatat sebagai pemain yang mencatatkan 22 kemenangan berturut, walaupun dia masih jauh dari rekor dari Andre Iniesta dengan 55 kemenangan berturut.
Lebih jauh, Inigo tak segan jujur dengan kondisi dirinya. Terbukti dalam laga kontra Young Boys, yang mana Inigo memilih untuk diganti lantaran mengalami masalah cedera di bagian punggung. Langkah Inigo itu terlihat sebagai antisipasi agar tak bisa menderita cedera lebih jauh.
Kepemimpinana Inigo menjadi salah satu kunci penting di lini belakang. Terlebih khusus dengan absennya bek seperti Araujo dan Andreas Christensen. Inigo bisa menjadi tandem untuk pemain muda seperti Cubarsi sekaligus mentor.
Inigo menjadi salah satu pemain penting di era Flick. Dia tampil laiknya seorang pahlawan yang tak begitu diperhatikan dan diperbincangkan, tetapi sangat sulit untuk digantikan.
Salam bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H