Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Korban Pasar dan "Keistimewaan" pada YouTuber Asing

27 September 2024   09:30 Diperbarui: 27 September 2024   14:46 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah saya membaca meme tentang Paris Saint Germain (PSG). Ketika pemain bintang seperti Lionel Messi, Neymar dan Kylian Mbappe pindah, jumlah pengikut dari halaman media sosial dari klub yang bermarkas di Paris itu ikut turun.

Tak elak, tulis meme itu bahwa agar jumlah pengikut PSG bisa naik, coba PSG merekrut salah satu pemain asal Indonesia. Pastinya, netizens Indonesia bisa beramai-ramai untuk memfollow media sosial PSG.

Meme itu rada benar. Kadangkala jumlah pengikut bisa naik bergantung pada nilai ketertarikan yang berada pada media sosial tersebut.

Misalnya, Cristiano Ronaldo yang pindah ke Al-Nassr. Ronaldo memberikan dampak pada klub asal Arab Saudi tersebut. Jumlah pengikutnya naik drastis.

Perilaku yang sama terjadi antara relasi YouTuber asing dengan pelaku dunia digital di Indonesia. Jumlah pengguna media sosial Indonesia cukup tinggi.

Jumlah pasar yang cukup tinggi itu dibarengi dengan psikologi pasar yang gampang terpengaruh dan terjebak dengan romantisme latar belakang seperti budaya, agama, dan kesukaan tertentu.

Misalnya, kita sangat senang ketika salah seorang dari luar negeri getol membicarakan budaya Indonesia di kontennya. Sikap kita yang cenderung "mengagungkan" orang asing tentu saja membuka peluang bagi konten itu mendapatkan perhatian.

Sangat berbeda ketika konten yang sama dibuat oleh orang asli Indonesia. Umumnya, kita merasa biasa-biasa saja. Jumlah penontonnya bisa sedikit. Terkecuali kalau konten itu dibuat oleh mereka yang sudah mendapat nama di dunia digital Indonesia.

Oleh sebab itu, hemat saya, begitu banyak konten kreator asing masuk Indonesia tak lebih karena peluang pasar bisnis dan juga nilai popularitas yang bisa diperoleh.

Di sini, pada satu sisi, Indonesia bisa dikenal apabila isi kontennya menyangkut nilai-nilai keindonesiaan dan bukannya tentang kepribadian si konten kreator atau pun tak hanya memboncengi latar belakang Indonesia demi kepentingan konten kreator.

Pada sisi lain, Indonesia sebenarnya korban pasar dunia digital. Seperti yang saya sampaikan di atas bahwa mentaltias kita pada melihat "keistimewaan" pada orang asing menjadi salah satu peluang pasar bagi konten kreator dari luar negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun