Pada musim 2024/25 ini, performa Barcelona  di La Liga Spanyol cukup menyakinkan. Dari tujuh laga yang telah dimainkan, tim asuhan Pelatih Hansi Flick itu berhasil meraih rekor kemenangan sempurna.Â
Satu-satunya tim yang sejauh ini mampu meraih poin penuh dari setiap laga yang dimainkan.Â
Kemenangan sempurna itu dibaluti oleh catatan gol yang cukup mengagumkan. Tercatat Barca sudah menciptakan 22 gol dan kemasukan 6 gol.
Kemenangan kontra Getafe pada pekan ke-7 dalam lanjutan Liga Spanyol musim  2024/25 dini hari tadi WIB di stadion Olimpic Lluis Companys (25/9/24) menambah catatan belum terkalahkan Barca pada musim ini.
Akan tetapi, kemenangan tipis itu berasa lain. Barca yang sudah mulai perlahan terbiasa mencetak banyak gol di La Liga Spanyol seperti merasa tak biasa dengan kemenangan itu.
Barangkali sudah mulai terbiasa dengan kemenangan mencetak gol lebih dari dua. Akhirnya, ketika bermain di depan pendukungnya sendiri dan melawan tim yang berperingkat ke-19 di klasemen sementara Liga Spanyol, kemenangan tipis itu berasa tak biasa, dan bahkan lebih cenderung mencemaskan.
Bila dibandingkan, kemenangan besar Barca musim ini kontra tim-tim yang terbilang solid untuk konteks di Liga Spanyol, seperti Girona (4-1) dan Villareal (5-1).
Keran gol Barca yang sejauh ini bersandarkan pada Robert Lewandowski, Rapinha, dan Lamine Yamal seolah berhenti di depan kesolidan permainan Getafe. Tak heran, situasi itu menghadirkan rasa yang tak seperti biasanya.
Efek lanjutnya berujung pada evaluasi tim. Secara umum, Barca mendominasi jalannya laga. Hampir 80 persen dengan 15 tembakan ke gawang dan 4 yang tepat sasar. Hanya satu gol yang tercipta.
Pada tempat pertama, evaluasi Flick sangatlah tepat. Pelatih asal Jerman itu menilai bahwa permainan timnya terlihat lambat. Tak agresif sebagaimana biasanya.Â
Makanya, Getafe gampang sekali menutup ruang pergerakan permainan Barca karena pergerakan Barca yang tak cepat.
Berbeda ketika Barca menundukan Villareal pekan lalu di kandangnya.Â
Dalam laga tersebut, Barca berhasil memanfaatkan setiap peluang dan juga permainan cepat di antara pemain Barca mampu menciptakan lima gol ke gawang Villareal.
Tentu saja, evaluasi Flick itu menjadi salah satu poin penting untuk performa Barca. Juga, evaluasi itu bisa mengungkapkan sisi lemah yang dimiliki oleh tim.
Lebih jauh, keberhasilan Getafe tak menjadi lumbung gol Barca juga menandakan bahwa tim lain bisa saja menerapkan taktik defensif untuk bermain dengan Barca. Taktik itu selain menghambat laju permainan Barca tetapi juga bisa menciptakan keuntungan untuk mencetak gol.
Apalagi, pada menit-menit akhir Getafe berani bermain terbuka dan membuat Barca tertekan. Bek kiri Barca, Jule kounde mengakui bahwa timnya sempat menderita pada menit-menit akhir. Kounde juga menilai bahwa hal itu terbilang normal di tengah tim hanya unggul 1-0 saja. Â
Ya, era Barca saat ini perlu belajar dari era Pep Guardiola. Pada era kepelatihan Guardiola, performa Barca cukup superior dengan permainan dari kaki ke kaki untuk beberapa musim. Â
Akan tetapi, era itu mulai mendapatkan tantangan ketika lawan menemukan metode yang tepat untuk menghambatnya. Salah satunya adalah bermain bertahan atau meminjam gaya Jose Mourinho yakni sistem parkis bus.
Sistem bertahan ketat itu dibarengi dengan pola serangan balik. Tak pelak, Barca beberapa kali kalah di laga-laga penting karena permainan bertahan lawan.
Hal yang sama juga perlu menjadi bahan evaluasi dari pola permainan Flick. Apalagi musim kompetesi masih terbilang dini, dan segala sesuatu bisa terjadi. Termasuk metode tepat tim-tim lawan dalam meruntuhkan permainan Barca.
Untuk itu, kemenangan tipis kontra Getafe menjadi keuntungan bagi Barca dalam mengevaluasi permainan tim. Ada titik lemah dari permainan tim yang perlu dibenahi di waktu yang akan datang.
Salam Bola
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H