Pesta Olahraga Nasional (PON) merupakan momentum berharga untuk dunia olahraga di tanah air.Â
Pada tahun 2024 ini, PON berlangsung di dua provinsi, Aceh dan Sumetra Utara.
Empat tahun kemudian, ajang olahraga nasional itu terjadi lagi pada dua provinsi, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Tentu saja, PON yang berlangsung di dua provinsi memiliki beberapa aspek yang menguntungkan.Â
Pada tempat pertama, kedua provinsi bisa bahu membahu membagi tempat untuk menyediahkan fasilitas yang terbaik agar PON bisa berlangsung dengan baik dan lancar.
Jadinya, beban anggaran dan aneka persiapan tak melulu jatuh pada pundak satu provinsi. Dengan itu, dua provinsi perlu berdiskusi dan melihat potensi dari masing-masing provinsi dalam mengakomodasi tiap cabang olahraga yang dipertandingkan di PON.
Kedua, itu juga bisa menjadi tantangan untuk tiap provinsi. Dalam mana, sebagai tuan rumah, kedua provinsi tak hanya saling melengkapi dalam mempersiapakan aneka fasilitas dan akomodasi, tetapi juga bersaing secara sehat untuk memberikan yang terbaik.
Cukup miris ketika salah satu provinsi tak begitu serius dalam persiapan, sementara di provinsi lain menghadirkan persiapan yang mumpuni. Akibatnya pasti ada perbandingan dari para atlet tamu antara kedua provinsi tersebut.
Oleh sebab itu, agar perbandingan yang berkonotasi negatif itu bisa dihindari, kedua provinsi bisa bersaing untuk memberikan yang terbaik.Â
Persaingan itu didasari pada upaya untuk saling belajar dan saling mencontohi hal-hal yang terbaik demi pelayanan bagi para atlet tamu yang berasal dari pelbagai provinsi di tanah air.
Pada tulisan ini, saya coba merenungkan lebih jauh bagaimana PON 2028 bisa berdampak pada NTT.Â