Salah satu wajah yang mencolok dari komposisi skuad Tim Nasional Indonesia dalam dua laga terakhir pada putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia adalah kehadiran para pemain naturalisasi atau pemain diaspora.
Perlahan, para pemain diaspora itu mendominasi kesebelasan Timnas Indonesia. Dampaknya memang tak bisa diragukan.
Penjaga gawang, Maarten Paes yang baru masuk skuad Timnas Garuda beberapa bulan lalu langsung mendapat perhatian pecinta sepak bola tanah air. Dalam dua laga terakhir, Paes menjadi aktor penting raihan poin kontra tim-tim kuat lewat penyelamatan-penyelamatan gemilangnya.
Belum lagi, para bek hasil naturalisasi yang terlihat gigih untuk bertahan, mengejar bola, dan tak ragu berduel dengan pemain lawan. Para pemain Arab Saudi dan Australia dibuat kewalahan dalam menghadapi kekuatan Timnas Indonesia yang didominasi para pemain diaspora saat ini.
Ya, Indonesia bisa berada di babak putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 berkat peran para pemain diaspora. Juga, Indonesia mampu menahan kekuatan Arab Saudi dan Australia dalam dua laga terakhir karena sokongan performa pemain diaspora tersebut.
Pendek kata, para pemain diaspora telah menaikan level permainan Timnas Indonesia. Tantangan berikutnya adalah bagaimana para pemain lokal bisa bersaing dan tembus tim inti skuad Timnas Indonesia.
Untuk saat ini, radanya sulit dan ketat. Untuk itu, kehadiran para pemain diaspora sebenarnya menjadi tantangan bagi sepak bola Indonesia mulai dari proses pembinaan di dalam negeri, pembangunan kompetesi dalam negeri, dan daya saing para pemain lokal agar bisa diseleksi untuk masuk skuad Timnas.
Kehadiran Rizky Ridho di barisan belakang Timnas Indonesia terlebih khusus saat bermain kontra Arab Saudi dan Australia patut mendapatkan acungan jempol.
Pemain berposisi sebagai bek tengah itu tak kalah garang dan gesit dengan para pemain diaspora. Bahkan Ridho mampu mengimbangi fisik dan mentalitas para pemain diaspora dalam meladeni kekuatan dan determinasi serangan Australia.
Ridho yang tampil selama full time saat bermain kontra Australia dan berhasil tampil solid di pertahanan Indonesia. Pemain berusia 22 tahun itu, mau membuat 2 takel dan juga 17 umpan ke lini depan saat bermain kontra Australia.
Performa Ridho menjadi pelajaran berharga bagi para pemain lokal. Dalam mana, tak mustahil untuk menembus skuad utama Timnas Garuda di tengah perekrutan para pemain dispora yang berkualitas dan langsung tembus skuad utama.
Ridho secara umum dibina di dalam negeri. Kiprahnya sebagai pesepak bola sebagian besar terjadi di klub-klub dalam negeri, hingga saat ini bermain bersama Persija Jakarta.
Dengan itu, pesepak bola lokal, selain belajar dari para pemain diaspora, juga perlu belajar dari pemain seperti Ridho yang bisa bersaing dan tampil selevel dengan para pemain diaspora.
Ridho sepertinya menjadi salah satu pemain didikan dalam negeri yang menjadi andalan Pelatih Shin Tae-yong. Terlihat Ridho selalu dimainkan di setiap laga, dan sulit tergantikan.
Dengan performa seperti itu, Ridho menjadi contoh nyata bagaimana pesepak bola Indonesia memiliki harapan berada di skuad utama. Perekrutan pemain diaspora memang memberikan keuntungan untuk sepak bola Indonesia.
Akan tetapi, hal itu tak boleh mengebiri semangat para pemain lokal untuk berkompetIsi dan mengejar impian membela Timnas Indonesia.
Sebaliknya, perlu belajar dari para pemain diaspora bagaimana tampil kompetetif dan juga belajar dari para pemain lokal yang bisa dipercayai oleh STY untuk masuk skuad utama dan bersaing dengan para pemain diaspora.
Salah satu pelajaran lain yang bisa dipetik dari Ridho adalah tampil penuh determinasi dan kerja keras dalam menjaga area lini belakang. Dia mengerahkan seluruh energi sebagaimana yang ditampilkan oleh para pemain diaspora.
Performa seperti itu menjadi kunci dan kelebihan di mana Ridho berhasil mendapatkan tempat di skuad utama. Saat yang bersamaan, performa tersebut menjadi ajakan bagi pesepak bola Indonesia bahwa untuk bisa tembus tim inti, perlu menunjukkan kerja keras dan derterminasi yang tinggi sebagai pesepak bola.
Ridho menjadi contoh nyata bagi pesepak bola di dalam negeri. Ternyata di balik komposisi skuad Timnas yang didominasi oleh para pemain diaspora, masih tetap ada pemain didikan dalam negeri yang bisa tampil pada level terbaik.
Ridho mengeluarkan kelebihannya dengan sepenuh hati saat berseragam timnas. Itu pun menjadi cara bagi pemain bernomor punggung 5 itu mendapat tempat utama di antaran deretan barisan pemain diaspora.Â
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H