Lebih jauh, Spanyol di tangan de la Fuente lebih fleksibel. Tak lagi mengandalkan permainan Tika-taka semata. Bahkan, Spanyol tak ragu untuk menerapkan permainan serangan balik nan efektif.Â
Terbukti, Spanyol berhasil mencetak 2 gol pada babak kedua di tengah upaya Swiss mencari gol tambahan. Spanyol berhasil memanfaatkan kelengahan lini belakang Swiss dengan menciptakan dua gol tambahan.Â
Spanyol menang dengan 10 orang pemain kontra Swiss dengan metode serangan balik. Proses transisi antara para pemain Spanyol membuat Swiss sulit menutup ruang lantaran cenderung fokus menguasai bola dan mencari gol tambahan.Â
Sebaliknya, Spanyol tampil lebih solid. Di balik kesolidan itu, terbangun rencana untuk membangun serangan balik cepat ke gawang Swiss.Â
Wajah permainan Spanyol memang terlihat berbeda sejak Piala Eropa 2024. Bukan rahasia lagi jika Spanyol identik dengan permainan dari kaki ke kaki atau Tika-taka.Â
Filosofi itu tak hilang sama sekali. Akan tetapi, Spanyol lebih fleksibel dalam menerapkan gaya. Bergantung pada situasi atau pun lawan yang dihadapi.Â
Spanyol tak ragu bermain bertahan ketika menghadapi lawan yang tampil lebih agresif. Namun, permainan bertahan itu bukan berarti menunjukkan kelemahan Spanyol. Sebaliknya, itu merupakan teknik tersendiri lantaran di saat lawan lengah, Spanyol akan melakukan serangan balik.Â
Sebenarnya, Swiss bukanlah korban Spanyol dari gaya permainan Spanyol tersebut. Beberapa tim yang menjadi korban Spanyol dagi gaya permainan serangan balik seperti Kroasia, Jerman, dan Perancis.Â
Tim-tim itu mendominasi jalannya laga daripada Spanyol. Namun, Spanyol berhasil tampil efektif lewat metode permainan cepat dalam melakukan serangan balik.Â
Fleksibilitas taktik Spanyol menjadi salah satu kunci dari kesuksesan sepak bola Spanyol. Itu pun bisa menjadi senjata Spanyol untuk menghadapi turnamen-turnamen besar, seperti Piala Dunia 2026.Â
Salam Bola