Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Italia Menang Telak Kontra Perancis, Beda Transisi Era Dua Tim

7 September 2024   08:21 Diperbarui: 7 September 2024   12:18 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tim Nasional Perancis mempunyai rekam jejak manis selama berada di tangan pelatih Didier Deschamps. Salah satunya adalah keberhasilan Perancis menjadi juara Piala Dunia 2018 dan juga tembus final Piala Dunia 2022.

Bahkan, di setiap turnamen yang diikuti dalam era Didier Deschamps, Perancis yang multi pemain bertalenta kerap berada di urutan terdepan sebagai favorit pengangkat piala. Termasuk pada Piala Eropa 2024 yang berlangsung pada 14 Juni -14 Juli 2024 di Jerman pada beberapa waktu lalu.

Perancis hampir memenuhi prediksi itu lantaran sampai pada partai semifinal Piala Eropa 2024 sebelum dipulangkan oleh Spanyol, yang kemudian menjadi juara turnamen. 

Akan tetapi, ada salah satu ketimpangan yang terjadi dari performa Perancis di Jerman. Lini depan yang mandek. Hanya cetak tiga gol. Hanya satu gol yang tercipta lewat peluang terbuka selama turnamen. Satu gol lainnya dibuat lewat titik penalti.

Masalah itu rupanya terus berlanjut. Tepatnya, saat Perancis bermain kontra Italia di UEFA Nations League (7/9/24) di kualifikasi grup A2. Tak tanggung-tanggung, tim yang berjuluk "Ayam Jantan" itu harus tunduk dengan skor besar 3-1 dari Italia.

Lebih menyakitkan ketika Perancis kalah di kediamannya sendiri di stadion Parc des Princes, Paris. Itu pun menjadi catatan pertama bagi Italia menang di Paris selama 70 tahun pertemuan kedua negara.

Masalah yang terjadi di Piala Eropa 2024 kembali terjadi. Lini depan Perancis terlihat tak bertaji walau lebih menguasai jalannya laga daripada tamunya Italia. 

Satu gol yang dibuat oleh Perancis seperti penghiburan semata, dan sekaligus catatan yang kurang meyakinkan untuk Perancis. Pasalnya, dari 8 laga yang telah dimainkan oleh Perancis sejauh ini, baru 2 gol yang terjadi lewat peluang terbuka.

Perancis bukannya tanpa pemain berkualitas. Dengan masih mengandalkan Kylian Mbappe, sekiranya Perancis tampil lebih menggigit. Akan tetapi, pemain yang berseragam Real Madrid itu gagal bersinar. A. Griezmann yang bermain di belakang Mbappe juga tak begitu berkontribusi dalam mengatur serangan sekaligus menciptakan peluang untuk Perancis.

Barangkali letak persoalan Perancis pada era yang sudah terbilang lama di tangan Didier Deschamps. Kalau dihitung-hitung, Deschamps sudah melatih Perancis sejak tahun 2012. Sudah lebih dari 10 tahun.

Bagaimana pun, sebuah tim selalu mengalami evolusi lantaran perubahan komposisi skuad yang dimiliki. Tiap pemain memiliki karakter yang berbeda sehingga pelatih juga perlu jelih dalam membaca karakter setiap pemain agar taktik permainannya bisa diterapkan.

Memang, Deschamps berupaya mengupayakan perubahan di sisi skuad. Selain mempertahankan beberapa muka lama, Deschamps juga tak ragu untuk memainkan para pemain baru seperti memainkan Michael Olise dan Manu Kone saat bermain kontra Italia. Kedua pemain itu termasuk debutan di Timnas Perancis.

Langkah itu malah tak berbuah hasil. Perancis yang berhasil mencetak gol di menit-menit awal gagal menghalau efektivitas dan agresivitas Italia yang didominasi oleh para pemain muda.

Ya, Italia sementara berada dalam era baru di bawah kepelatihan Luciano Spalletti. Italia sempat dikritik di Piala Eropa 2024 karena disingkirkan oleh Swiss pada babak 16 besar. Dalam laga itu, Spalletti melakukan perubahan yang mana Italia lebih cenderung bermain menyerang, tetapi meninggalkan filosofi bertahan, "catenacio" ala Italia.

Kendati demikian, turnamen Piala Eropa 2024 menjadi awal perjalanan era baru di bawah Spaletti.  Langkah pertama Spalletti adalah menghapus para pemain yang sudah berusia lebih dari 30 tahun seperti Francesco Acerbi, Jorginho, Stephan El Shaarawy dan Matteo Darmian dari skuad. Lalu, Spalletti lebih memanggil dan mempercayakan para pemain muda. 

Para pemain muda itu mampu menghadapi tekanan, termasuk menyikapi gol cepat Perancis yang terjadi di awal laga. Gol cepat Perancis bermula dari kesalahan bek Giovanni Di Lorenzo yang kehilangan bola dan kemudian dicuri oleh pemain depan Perancis.

Namun, Spalletti menilai bahwa gol cepat itu seperti menjadi titik balik. Seperti terlansir dalam Reuters (7 September 2024), Spalletti menilai bahwa awal laga adalah kunci yang mana para pemain bereaksi cepat dan kemudian membangun keseimbangan tim.

Ya, Spalletti sementara membangun sebuah era bersama Timnas Italia. Era itu diawali dengan mempercayakan para pemain muda dan kemudian para pemain muda itu membentuk sebuah tim yang solid.

Hasil laga kontra Perancis menjadi salah satu bukti bahwa era baru Timnas Italia sementara berjalan dan kemudian bisa kembali berjaya di pentas sepak bola internasional.

Salam Bola

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun