Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kesederhanaan Paus Fransiskus, Cerminan Pertama Saat Berkunjung ke Indonesia

3 September 2024   15:19 Diperbarui: 3 September 2024   15:46 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paus Fransiskus sudah tiba di Indonesia. Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal via Kompas.com

Pemimpin tertinggi Agama Katolik dan sekaligus Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus akhirnya tiba di Indonesia. Dia akan mengawali perjalanan kepausannya di empat negara bermula dari Indonesia (3 September) dan kemudian berakhir di Singapura (12 September 2024).

Setelah berkunjung dan berada di Indonesia dan sebelum ke Singpura, Paus Fransiskus akan berkunjung ke Papua New Nugini dan Timor Leste. 

Kunjungan ke negara-negara Asia dan Oceania menjadi kunjungan yang ke-45 dari paus yang menjadi pemimpin tertinggi Agama Katolik pada tahun 2013 lalu.

Kunjungan ke Indonesia merupakan perjalanan terjauh dari paus asal Argentina tersebut. Paus Fransiskus pun menjadi paus ketiga yang berkunjung ke Indonesia, setelah sebelumnya Paus Paulus VI pada tahun 1970 dan Paus Yohanes Paulus II tahun 1989.

Setelah lebih dari 30-an tahun, akhirnya ada seorang paus yang kembali datang berkunjung ke Indonesia. 

Meminjam kata menteri agama Republik Indonesia, yaqut Cholil Qoumas  yang menilai bahwa kunjungan dan kedatangan Paus Fransiskus di Indonesia adalah blessing (berkat).

Ya, kehadiran Paus Fransiskus menjadi berkat untuk umat Katolik di Indonesia dan untuk Indonesia sebagai sebuah negara.

Tentu saja, setiap paus mempunyai kesan tersendiri dalam setiap lawatan mereka di setiap negara, termasuk ke Indonesia.

Misalnya, salah satu kebiasaan mendiang Paus Yohanes Paulus II setiap kali tiba di tempat baru dan turun dari pesawat adalah mencium tanah di tempat yang dikunjunginya, termasuk di Indonesia tahun 1989. Itu menjadi ekspresi cinta dan respek pada tempat dan orang-orang yang tinggal di situ.

Paus Fransiskus juga langsung memberikan kesan pertama yang cukup mengagumkan. Kesederhanaan hidupnya.

Kesederhanaan Paus Fransikus itu pun terbahasakan lewat pilihan pesawat yang ditumpangi paus dan rombongan, mobil yang dipakai hingga tempat penginapannya selama berada di Indonesia.

Kesederhanaan hidup sebenarnya sudah menjadi bagian dari hidup paus yang bernama asli  Jorge Mario Bergoglio tersebut. Hal itu sebenarnya sudah dihidupinya baik sebelum terpilih menjadi paus sewaktu masih di Argentina hingga kemudian menjadi paus di Vatikan.

Dalam kunjungannya ke Indonesia, Paus Fransiskus tak naik pesawat mewah, tetapi sebaliknya naik pesawat komersil. Padahal, kalau ditimbang, negara Vatikan memiliki aset besar yang bisa memungkinkan negara terkecil di dunia itu untuk menyewah pesawat yang lebih mewah.

Juga, di Indonesia Paus Fransiskus menginginkan agar megendarai mobil yang biasanya dipakai oleh orang-orang Indonesia.  Pilihan pun jatuh pada Kijang Innova karena lebih banyak dipakai oleh warga Indonesia.

Selain itu, Paus Fransiskus menolak untuk menginap di hotel mewah yang mana sudah disiapkan oleh pemerintah, tetapi lebih memilih menginap di kediaman duta besar Vatikan untuk Indonesia.

Kesederhanaan Paus Fransiskus menjadi pesan universal. Pesan paling pertama bermuara tentang cara hidup kita. Kesederhanaan hidup adalah lawan nyata pada konsumerisme. 

Konsumerisme seperti sudah menjadi kanker sosial yang membuat orang memakai banyak barang, tetapi tak memedulikan aspek manfaatnya. 

Mentalitas konsumerisme itu ikut menyumbang ketimpangan sosial dan juga menjadi sebab dari efek rumah kaca.

Juga, pesan kesederhanaan dari Paus Fransiskus mengingatkan tentang arti seorang pemimpin yang sebenarnya. 

Meminjam kata-kata Paus Fransiskus sendiri yang pernah mengatakan bahwa seorang gembala (pemimpin) mesti berbau seperti domba (orang yang dipimpinnya).

Dalam arti, seorang pemimpin perlu hidup sebagaimana orang-orang yang dipimpinnya. Bukannya gaya hidup pemimpin begitu jauh dari realitas orang-orang yang dipimpinnya. Bak langit dan bumi. 

Apalagi ketika seorang pemimpin, seperti di tingkat pemerintahan, yang memanfaatkan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi.

Untuk itu, kesederhanaan paus yang sudah berusia 87 tahun itu menjadi kritik bagi para pemimpin yang lebih suka hidup mewah tetapi rakyat berjuang dengan hidup dan bahkan hidup berkesusahan.

Hidup sederhana Paus Fransiskus menjadi bahasa dan kesan pertama ketika tiba dan berada di Indonesia dalam lawatannya yang dimulai hari ini 3 September 2024. 

Harapannya, banyak aspek dan nilai yang bisa kita  pelajari dari pelbagai kegiatan yang dilakukannya di tanah air hingga 6 September 2024 mendatang.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun