Jadon Sancho pernah masuk dalam kategori pemain muda terbaik di Eropa. Kategori itu diberikan tatkala Sancho masih berseragam Borussia Dortmund empat tahun lalu.Â
Sontak saja, klub-klub papan atas di daratan Eropa berupaya mendapatkan tanda tangan dari pemain asal Inggris tersebut.
Manchester United (MU) menjadi pemenang dalam perburuan Sancho dengan membelinya 73 juta pounds pada tahun 2020. MU yang kala itu lagi terseok-seok membutuhkan sosok penyelamat. Sancho pun dipandang sebagai salah satu pemain yang bisa mengembalikan era kejayaan MU.
Ternyata, ekspetasi itu terlalu tinggi. Sancho gagal bersinar dengan MU. Ditambah lagi dengan masalah cedera yang membuat pemain berusia 24 tahun itu kerap tak turun lapangan.
Belum lagi, cekcok dengan pelatih seperti dengan Pelatih Erik Ten Hag pada musim lalu. Konflik itu berujung pada peluang Sancho untuk bermain dengan MU seperti dibekukan.Â
Dalam 83 laga bersama MU, Sancho  hanya mencetak 12 gol dan 6 asis. Jumlah itu sangat berbanding terbalik saat Sancho masih di Dortmund, yang mana pada musim pertamanya dia berhasil mengemas 12 gol dan 14 asis dan kemudian di musim kedua dengan 17 gol dan 16 asis.
Ya, walau pelatih MU berganti sejak Ole Gunnar Solksjaer, Ralf Rangnick, hingga Ten Hag, performa Sancho hampir tetap persis sama.Â
Ten Hag sempat mengupayakan untuk mengembalikan kualitas Sancho. Bahkan, pelatih asal Belanda memberikan porsi latihan khusus untuk Sancho.
Rupanya, upaya itu sia-sia. MU sepertinya bukan tempat yang tepat untuk pemain yang biasanya beroperasi di sisi sayap kanan tersebut. Tak elak, pada bulan Januari lalu, Sancho dipinjamkan ke Dortmund.
Masa peminjaman itu seperti menjadi momen kebangkitan Sancho. Sancho ikut membantu Dortmund tembus hingga partai final Liga Champions Eropa 2024. Sayangnya, Dortmund harus tunduk 0-2 dari raksasa Liga Champions, Real Madrid di partai final yang berlangsung di stadion Wembley, Inggris.
Kendati demikian, nama Sancho naik daun. Ten Hag menginginkannya untuk kembali ke MU.
Keinginan Ten Hag itu sepertinya setengah hati lantaran Sancho terlihat tak begitu menjadi bagian penting dari proyeknya untuk musim ketiga berkarir sebagai pelatih.Â
Terbukti, ketika MU bertemu Manchester City pada laga Community Shield, Sancho hanya dimainkan sebagai pemain pengganti.
Menariknya, di tengah niat Ten Hag untuk mempertahankan Sancho, malah dia masuk dalam bursa transfer pemain. Juventus dan Chelsea menjadi dua klub yang begitu ingin mendapatkan servis dari Sancho.
Akhirnya, sebelum bursa transfer pemain 2024 tutup, balada Sancho pun sampai pada kata akhir. Sancho menuju Stamford Bridge sebagai pemain pinjaman.
Pilihan Sancho pada Chelsea rada aneh. Chelsea sudah mempunyai segudang pemain bertalenta.
Sancho akan menghadapi persaingan yang begitu ketat. Terlebih lagi, Chelsea juga mendapatkan Joao Felix dari Atletico Madrid yang karakter bermainnya persis sama dengan Sancho. Ditambah lagi, Chelsea juga membeli Pedro Neto yang beroperasi di sektor sayap.
Belum lagi, langkah keluar dari Raheem Sterling yang belum mendapatkan titik terang. Padahal, pintu bursa transfer pemain kian dekat menutup.
Namun, kalau memilih Juve, Sancho mempunyai persaingan yang tak begitu ketat lantaran umumnya skuad Juve terdiri dari wajah-wajah baru. Juga, pastinya pelatih Juve, Thiago Motta memiliki pendasaran kuat agar bisa mendapatkan Sancho.Â
Bukan rahasia lagi kalau Motta terbilang pelatih yang selektif dalam urusan pemain. Dengan itu, memilih Sancho bisa memiliki pertimbangan tersendiri dari pelatih muda asal Italia tersebut.
Masuknya Sancho ke Chelsea menambah barisan para pemain berkualitas di Stamford Bridge. Persaingan akan ketat.Â
Akan tetapi, Sancho bisa menghadapi kesulitan yang persis sama terjadi di MU, yang mana jam bermain relatif minim.
Kendati demikian, berada di Chelsea bisa menjadi momentum untuk membuktikan diri. Bukan tak mungkin, pelatih Enzo Maresca memiliki formula yang tepat untuk mengeluarkan kemampuan terbaik Sancho.
Lebih jauh, performa yang meyakinkan menjadi kunci Sancho menjadi pilihan utama di Chelsea. Bukan tak mungkin, hal itu juga menjadi langkah Chelsea untuk mempermanenkannya apabila tampil pada level terbaik sebagaimana yang telah ditunjukannya sewaktu di Dortmund. Â
Apalagi Sancho masih berusia 24 tahun, dan dia masih memiliki banyak hal untuk dibuktikan. Barangkali, bermain di iklim yang baru bisa membantu Sancho untuk membuktikan diri di Liga Inggris.
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H