Seperti terlansir dalam Kompas id (27/8/24), nama Anies makin kuat sebagai cagub di Jakarta yang akan diusung oleh PDI-P. Bahkan, isu dibenarkan oleh juru bicara Anies, Angga Putra Fidrian yang menyatakan bahwa Anies akan pergi ke kantor DPP PDI-P pada 26 Agustus 2024.
Pernyataan itu benar. Terlebi khusus ada foto yang menunjukkan pertemuan Anies dengan Rano di salah satu ruangan PDI-P.
Akan tetapi, desas-desus itu berbalik arah saat pengumunan para calon tersampaikan. Nama Anies tak muncul. Duet Anies-Rano rupanya batal dan digantikan dengan duet Pramono Anung-Rano Karno.
Namun, desas-desus politik menguat bahwa duet Pramono-Rano juga belum final. Masih ada kemungkinan Anies ditarik.Â
Perubahan yang terjadi saat ini, yang mana nama Anies tak muncul dalam pengumuman seperti situasi di mana Anies ditelikung di menit-menit akhir. Juga, PDI-P mengubah haluan yang berada di luar prediksi banyak pihak.
Perubahan itu membahasakan dinamika politik sekaligus kekuatan dari kedaulatan sebuah partai politik. Bagaimana pun, sikap politik PDI-P menunjukkan bahwa nama besar bukan menjadi jaminan untuk menjadi bagian dari partai politik.
Anies boleh saja memiliki kekuatan politik yang cukup kuat di Jakarta. Akan tetapi, kekuatan politik itu belum tentu searah dengan komitmennya pada PDI-P sebagai partai.
Hal itu yang mungkin menjadi antisipasi PDI-P dalam mengubah dukungan di Jakarta. Daripada terjebak pada masa lalu yang mana ada kadernya yang berubah haluan, PDI-P pun perlu selektif dan bijak mencari calon yang mau diusung.
Paling tidak, PDI-P mencari calon atau kader yang sudah setia pada ideologi partai, dan bukannya sosok yang bergabung dengan karena faktor popular semata dan menggolkan kepentingannya.
Untuk itu, langkah PDI-P mengubah haluan dukungan pada Anies dinilai tepat apabila ditilik dari konsistensi partai dalam mengedepankan kader partai dalam sebuah kontestasi politik.
Salam