Timnas Spanyol berhasil menjuarai Piala Eropa 2024. Ini merupakan raihan trofi Piala Eropa keempat dari sejarah sepak bola Spanyol.Â
Kesuksesan itu juga menjadikan Spanyol sebagai negara pertama yang mengoleksi empat trofi Piala Eropa.
Keberhasilan Spanyol sebagai kampiun Piala Eropa 2024 tercapai setelah berhasil mengalahkan Timnas Inggris (2-1) di Olympiastadion, Berlin, Jerman (15 Juli 2024).
Spanyol awalnya unggul lewat gol Nico Williams berkat asis dari Lamine Yamal pada menit-menit awal babak kedua. Itu merupakan gol ketiga Williams dan asis keempat Yamal di Piala Eropa 2024.
Kerja sama kedua pemain bintang muda Spanyol itu seperti menggarisbawahi performa sensasional keduanya sepanjang turnamen Piala Eropa 2024.
Inggris mampu menyamai kedudukan lewat Cole Palmer pada menit ke-73. Pemain yang membela Chelsea itu masuk sebagai pemain pengganti dan memberikan efek pada lini depan Inggris.
Spanyol tak panik atas gol Palmer tersebut dan tetap pada pola gaya permainan yang sama. Tenang, teratur, dan kompak sebagai tim. Tak pelak, Spanyol kembali unggul pada menit ke-86 lewat gol M. Oyarzabal.
Seperti prediksi pada umumnya, Spanyol akan menang atas Inggris dan tampil lebih superior daripada Inggris sejak babak pertama. Prediksi itu dibuat setelah menimbang performa kedua tim selama turnamen Piala Eropa 2024 terjadi.
Seturut statistik dari laga Inggris vs Spanyol, Spanyol menguasai jalannya laga dengan 66 persen penguasaan bola.
Penguasaan bola Spanyol dibarengi dengan tembakan ke gawang Inggris 16 kali dan 6 yang tepat sasaran. Sebaliknya, Inggris tak terlalu mengancam gawang Spanyol lantaran hanya mampu menciptakan 4 tembakan ke gawang Spanyol dan 1 yang tepat sasar.
Tim asuhan Pelatih Luis de la Fuente berhasil memainkan game plan-nya dengan sangat meyakinkan. Spanyol mengontrol permainan, tak ragu untuk menyerang dan mengunci dengan baik permainan serangan balik Inggris.
Pola permainan Spanyol membuat Inggris tampak inferior. Padahal, kalau ditilik dari sisi skuad, Inggris sebenarnya bisa mengimbangi Spanyol dan bahkan tampil lebih superior.
Inferioritas Inggris juga dibarengi dengan "ketakutan" Inggris untuk bermain terbuka. Tampaknya, Inggris terlihat sadar dengan kualitas Spanyol yang lebih solid dan kompak sehingga membuat "Tim Tiga Singa" memilih bertahan dan mencari celah melakukan serangan balik.
Kecenderungan Inggris untuk memilih bertahan itu malah menjadi batu sandungan dan membuat Spanyol menguasai jalannya laga. Selain itu, Spanyol juga mampu membuat Inggris tak bisa bergerak banyak saat menguasai bola.Â
Aliran bola anak-anak asuh Gareth Southgate terlihat lambat sehingga gampang terbaca dan direbut oleh para pemain Spanyol.
Harry Kane, Phil Foden, dan Buyako Saka gagal bersinar. Pilihan Southgate menggantikan Kane dengan Ollie Watkins terbilang tepat. Setelah Watkins masuk ke lapangan, Southgate kemudian memasukan C. Palmer menggantikan K. Mainoo.
Kedua pemain ini langsung memberikan energi baru pada permainan Inggris. Lewat skema serangan balik, Cole Palmer yang mencetak asis pertama di kontra Belanda mampu memanfaatkan umpan Jude Bellingham menjadi gol.
Akan tetapi, Inggris tetap menerapkan sistem permainan bertahan dan membiarkan Spanyol untuk menguasai jalannya laga setelah gol penyama kedudukan.
Skema serangan balik memang berhasil dan terbukti lewat gol Cole Palmer. Namun Spanyol terlihat sudah membaca dengan baik cara tersebut.
Tak elak, Spanyol tak mau jatuh pada lubang yang sama dan mengunci dengan baik setiap pergerakan para pemain Inggris. Spanyol memanfaatkan sisi Inggris yang tampak sudah inferior.Â
Alhasil, Spanyol yang tak panik dengan gol penyama kedudukan Inggris kembali tampil mengejutkan. Pemain pengganti Alvaro Morata, Mikel Oyarzabal berhasil menciptakan gol sekaligus gol kemenangan untuk Spanyol.
Lagi-lagi, Spanyol mampu meraih kemenangan berkat peran pemain pengganti. Juga, pergantian pemain tak begitu menurunkan permainan Spanyol lantaran Spanyol lebih bermain sebagai sebuah tim daripada bergantung pada satu individu.
Misalnya, Rodri yang menjadi andalan Spanyol sepanjang turnamen. Pada babak kedua, Rodri terlihat mengalami cedera dan pemain yang membela Manchester City itu digantikan Martin Zubimendi.Â
Pergantian itu tak melunturkan permainan Spanyol. Padahal, Rodri terbilang pemain tak tergantikan dalam pola permainan Spanyol.
Spanyol menjadi juara benua Eropa dengan performa yang superior. Superioritas di partai final seperti kulminasi dari perjalanan dari tim yang berjuluk "La Roja" ini selama turnamen yang berlangsung sebulan ini di Jerman.
Mulai dari babak kualifikasi grup yang nota bene berada di grup neraka hingga mencapai partai final, Spanyol tampil superior atas setiap lawan-lawannya.Â
Bahkan, lawan-lawan Spanyol boleh dikatakan agak lebih berat apabila dibandingkan dengan jalan Inggris.
Rupanya jalan itu yang menempah Spanyol di partai final. Inggris terlihat tak bedanya seperti lawan-lawan lain seperti Jerman yang ditundukan di perempat final dan Perancis yang dikalahkan di semifinal.
Menariknya, Spanyol meraih kemenangan 100 persen sejak babak kualifikasi. Hanya sekali kemenangan tersebut teraih lewat perpanjangan waktu ketika menundukan Jerman. Selebihnya, Spanyol menundukan setiap lawannya dalam 90 menit laga.
Spanyol berhasil menjadi juara Piala Eropa 2024 dengan tampil superior.Â
Superioritas Spanyol tak hanya terjadi di partai final, tetapi menjadi gambaran umum dari performa Tim Matador selama turnamen Piala Eropa 2024 di Jerman.
Congratulations Spanyol!
Spanyol Juara Piala Eropa 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H