Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Spanyol Tembus Semifinal dan Akhir Kisah Tuan Rumah Jerman

6 Juli 2024   03:33 Diperbarui: 6 Juli 2024   06:27 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toni Kroos diapit Lamine Yamal dan Dani Olmo dalam laga perempat final Euro 2024 antara Spanyol vs Jerman di Stuttgart Arena, 5 Juli 2024. (Photo by Fabrice COFFRINI/AFP via Kompas.com

Laga antara Spanyol vs Jerman di MHP Arena, Stuttgart berlangsung intens (6 Juli 2024). Hasilnya, Spanyol menang 2-1 atas Jerman. 

Dengan ini, Spanyol lolos ke semifinal Piala Eropa 2024 dan Jerman yang merupakan tuan rumah tersingkir.

Laga antara kedua tim sudah diprediksi akan berlangsung seru. 16 kartu kuning dan 1 kartu merah yang dikeluarkan oleh Anthony Taylor, wasit yang memipin laga tersebut sudah cukup membahasakan keseruan dan intensitas dari duel kedua tim.

Makanya, tak sedikit yang menilai jika pertemuan kedua tim berasa final "kepagian" lantaran Spanyol dan Jerman adalah tim-tim yang terbilang konsisten selama perhelatan Piala Eropa 2024.

Adalah pemain pengganti, Mikel Merino menjadi pahlawan Spanyol. Tandukannya pada menit ke-119 membuat kubu tuan rumah di stadion Stuttgart bungkam, dan suporter Spanyol bersorak gembira. Gol Merino merupakan gol keduanya selama berseragam "La Roja", julukan Spanyol.

Gol dari pemain yang membela Real Sociedad itu pun memupus peluang laga ditentukan lewat drama adu penalti. 

Seturut statistik, Jerman mempunyai tren positif dalam drama adu penalti di turnamen internasional. Dari enam drama adu penalti yang telah dilakukan di setiap turnamen internasional sejauh ini, Jerman selalu sukses untuk menang.

Menariknya, dari tiga gol yang terjadi dalam laga yang seperti ulangan dari partai final Piala Eropa tahun 2008 itu dilakukan oleh para pemain pengganti. 

Spanyol lebih dulu unggul lewat Dani Olmo pada awal babak kedua. Lalu, Jerman menyamakan kedudukan lewat Florian Wirtz menjelang akhir babak kedua dan sekaligus memaksa laga berlangsung hingga tambahan perpanjangan waktu.

Spanyol turun dengan formasi andalan 4-3-3 dan memainkan skuad regular dan terbaik di Piala Eropa 2024 sejak menit pertama. Tantangan sempat menghantui Spanyol ketika Pedri ditarik keluar pada menit-menit awal (menit ke-8) akibat dilanggar oleh Toni Kroos.

Sama halnya, Jerman menerapkan skema andalannya 4-2-3-1 selama Piala Eropa 2024. Hanya saja, pelatih Jerman Julian Nagelsmann menduetkan Toni Kroos dengan Emery Can di sektor gelandang jangkar.

Duet gelandang jangkar itu terlihat tak begitu efektif. Makanya, pada awal babak kedua, Nagelsmann menggantikan Can dan memasukan R. Andrich, pemain yang sudah terbiasa dengan Kroos di sektor gelandang jangkar sejak babak kualifikasi grup.

Jerman mengandalkan para pemain senior. Terlihat rata-rata usia skuad Jerman sejak menit awal berkisar 29 tahun 272 hari, yang mana itu merupakan rata-rata usia tertua dalam sejarah keterlibatan Jerman di Piala Eropa. Sebaliknya, rata-rata usia pemain Spanyol lebih muda. Hanya berkisar 26 tahun 193 hari.  

Sebenarnya, Jerman lebih banyak menguasai jalannya laga. Tercatat, tim asuhan Nagelsmann itu menguasai 52 persen dengan 23 tembakan ke gawang yang mana 5 tepat sasar ke gawang Tim Matador, julukan Spanyol. 

Sementara itu, Spanyol hanya mencatatkan 18 tembakan ke gawang Jerman, tetapi mempunyai 6 yang tepat sasar ke gawang yang dijaga oleh kiper veteran M. Neuer.

Secara umum, Spanyol lebih berupaya bermain efektif. Efektivitas itu nampak saat bagaimana Spanyol menciptakan peluang dan gol, yang mana tak ragu untuk melakukan umpan silang dan tembakan dari luar kota penalti.  

Terbukti pada babak pertama, Spanyol mencatatkan 8 tembakan ke gawang Jerman dari luar kotak penalti.

Juga, Spanyol memanfaatkan dengan baik kualitas para gelandang dan penyerang sayap dalam urusan mencari peluang dan mencetak gol. Lagi-lagi, L. Yamal menciptakan sejarah setelah memberikan asis untuk gol pertama Spanyol. Yamal pun menjadi pemain termuda pertama yang mencatatkan 3 asis di Piala Eropa.  

Spanyol lolos ke semifinal berkat permainan efektif. Berkat keluar dari zona nyaman yang mana meninggalkan gaya andalan "Tika-Taka", Spanyol lebih bermain efektif dan kemudian efeknya lolos ke semifinal dan menyingkirkan tuan rumah, Jerman.

Gol kemenangan Spanyol menjadi salah satu contoh permainan efektif, yang mana tandukan Merino merupakan satu-satunya bola yang mengarah tepat ke gawang Jerman setelah gol pertama Olmo pada menit ke-51.

Kelolosan Spanyol ke semifinal menguatkan status Spanyol untuk tembus ke final di Berlin pada 14 Juli mendatang. Pun Spanyol berpeluang untuk mengoleksi 4 gelar Piala Eropa melampaui koleksi Jerman dengan 3 trofi.

Sebaliknya, kekalahan dari Spanyol mengakhiri asa Jerman untuk mengangkat trofi Piala Eropa di kediaman sendiri. Kekalahan itu pun memperpanjang tren negatif tim tuan rumah di Piala Eropa.

Sejak Perancis pada tahun 1984, tak ada lagi tuan rumah yang menang di kediamannya sendiri. Lalu, Jerman pun menjadi tuan rumah pertama yang kandas di babak perempat final.

Lebih jauh, kekalahan itu berdampak pada beberapa pemain. Barangkali Piala Eropa 2024 menjadi momen terakhir bagi para pemain senior berkarir bersama Timnas Jerman seperti M. Neur, Emre Can, Thomas Muller, dan tentu saja Toni Kroos yang sudah menyatakan dengan terbuka gantung sepatu setelah Piala Eropa 2024.

Kroos seyogianya mengakhiri karirnya dengan manis apabila Jerman lolos ke semifinal, dan terlebih lagi angkat piala di akhir turnamen. Pemain yang membela Real Madrid itu telah menjadi jantung permainan Jerman selama Piala Eropa 2024.

Namun, malang tak bisa ditolak. Candaan rekan setimnya di Madrid, Joselu sepertinya terbukti, yang mana laga kontra Jerman menjadi momen timnya, Spanyol untuk mempensiunkan Kroos.

Sebelum turnamen, Spanyol tak terlalu difavorikan untuk berlangkah sejauh ini apabila menimbang proses transisi dan komposisi skuad di dalam tim.  

Bahkan, salah satu legenda pemain Jerman, Jehns Lehmann sempat menyindir timnas Spanyol sebagai tim "anak-anak" dan tak berpengalaman. 

Akan tetapi, tak diduga, Spanyol  mampu menepis asumsi keraguan, dan tampil dengan wajah baru selama Piala Eropa 2024.

Sebaliknya, Jerman yang berlaku sebagai tuan rumah langsung "tancap gas" di laga perdana kualifikasi grup kontra Skolandia dengan kemenangan besar 5-1. Tim Panzer seperti memberikan pesan pada para tamu bahwa kediamannya tak "ramah" untuk mereka.

Yang terjadi di partai perempat final sebaliknya. Tuan rumah tunduk pada tamu yang tak begitu dilirik untuk menjadi favorit turnamen.

Itulah salah satu drama klasik di dunia sepak bola, yang mana tuan rumah yang difavoritkan tak selalu menjadi sukses, dan yang tak terlalu difavoritkan malahan perlahan menjadi favorit angkat Piala di Berlin pada 14 Juli mendatang.

Salam Bola

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun