Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Gareth Southgate Dikritik dan Timnas Inggris Diejek

26 Juni 2024   21:44 Diperbarui: 27 Juni 2024   07:03 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas Inggris ditahan imbang Slovenia (0-0) di kualifikasi grup C Piala Eropa 2024. Foto: AFP/Javier Soriano via Kompas.com


Tim Nasional Inggris menjadi salah satu tim yang sudah lolos ke babak 16 besar Piala Eropa 2024 di Jerman. Menariknya, Inggris yang lolos sebagai pemuncak klasemen grup C dengan hanya mengoleksi 5 poin.

Inggris mencatat 1 kali menang, 2 kali seri dan hanya mencetak 2 gol dan 1 kali kebobolan. Padahal, kalau ditimbang, grup C bukan masuk kategori grup neraka. 

Terang saja, kendati lolos, "Tiga Singa, julukan Timnas Inggris malah dikritik.

Kritik untuk Inggris

Kalau menimbang skuad yang dibawa Pelatih Gareth Southgate ke Jerman, Inggris boleh dikatakan sebagai salah satu tim yang mempunyai para penyerang yang produktif.

Siapa yang tak kenal dengan Harry Kane, penyerang klub Bundesliga, Bayern Muenchen yang pada musim 2023/24 mencetak 36 gol dalam musim perdananya.

Lalu Kane ditopangi oleh Phil Foden di sisi kanan yang bermain dengan Manchester City dan dinobatkan sebagai pemain terbaik Liga Inggris musim 2023/24. Foden mencetak 19 gol di Liga Inggris musim lalu.

Selain Foden, Bukayo Saka bermain di posisi kiri. Penyerang sayap di Arsenal musim 2023/24 mencetak 16 gol di Liga Inggris. Ditambah lagi dengan Jude Bellingham yang pada musim pertamanya di Real Madrid langsung menjadi top skorer klub dengan koleksi 22 gol.

Di bangku cadangan, Southgate memiliki kedalaman skuad yang cukup mumpuni. Contohnya, Cole Palmer, sensasi Liga Inggris musim lalu, dan juga menjadi top skorer dari klub Chelsea dengan koleksi 23 gol di Liga Inggris.

Namun, Palmer lebih banyak berada di bangku cadangan. Pemain didikan akademi Man City baru dimainkan oleh Southgate sebagai pemain pengganti di menit ke-70 saat bermain kontra Slovenia.

Akan tetapi, di balik koleksi para penyerang yang produktif tersebut, Inggris tampil di bawah standar terbaik. Dari catatan Opta Analyst, Inggris hanya mencatakan 3,4 peluang mencetak gol. Catatan ini adalah salah satu yang terendah dari tim-tim lainnya.

Selain itu, dalam laga kontra Slovenia, Inggris baru menyentuh bola di area pertahanan Slovenia setelah 15 menit jalannya laga. Itu terjadi dari umpan silang Saka yang tak tepat sasar.

Inggris menguasai jalannya laga, namun tak begitu mengancam pertahanan Slovenia. Tercatat lebih dari 74 persen Inggris mendominasi jalannya laga daripada Slovenia.

Tak pelak, kritik pun dilayangkan tak hanya kepada para pemain, tetapi terlebih khusus kepada Gareth Southgate yang berlaku sebagai pelatih.

Beberapa legenda dari Timnas Inggris juga ikut berkomentar. Mantan penyerang Inggris, Alan Shearer seperti terlansir dalam BBC sport. com (26/6/24) menilai bahwa Timnas Inggris seperti tidak memiliki pola dalam permainan, terlebih khusus dalam menyerang dan menciptakan peluang.

Sementara itu, Garry Neville mengomentari bahwa Timnas Inggris tak boleh menyalahgunakan talenta yang mereka miliki.  

Media asal Inggris juga tak luput menyoroti Timnas Inggris. Salah satu suporter Inggris yang kedapatan tertidur di laga antara Inggris vs Slovenia pun menjadi materi dari beberapa media asal Inggris, dan dijadikan juga halaman depan surat kabar. 

Bahkan, dalam laga kontra Slovenia (0-0), Timnas Inggris diejek suporter sendiri. Beberapa suporter tampaknya melempar gelas plastik ke pelatih berusia 53 tahun tersebut.

Reaksi dari suporter itu bisa menandakan tentang ketidakpuasan mereka pada performa Inggris terlebih khusus setelah gagal menundukan Slovenia tim berperingkat ke-57 di rangking FIFA dan berjarak 52 level dengan Inggris di peringkat ke-5.

Menanggapi itu, Southgate dalam edisi wawancara setelah laga kontra Slovenia berkomentar secara kritis. Dia menilai bahwa apa yang dilakukan oleh suporter dalam mengejek permainan timnya hanya menciptakan lingkungan yang tak biasa dan bisa menyebabkan isu untuk para pemainnya. Juga, Southgate menilai bahwa dia tak melihat suporter lain seperti itu saat tim mereka lolos ke babak selanjutnya.

Sebenarnya, kritik untuk Timnas Inggris sudah terjadi sejak laga perdana kontra Serbia, yang mana Inggris hanya menang 1-0 lewat gol Bellingham. Kritik dari media berbasis di Inggris perlahan memuncak saat Inggris ditahan imbang Denmark 1-1 pada laga kedua.

Kapten tim, Harry Kane coba menanggapi kritik tersebut dengan menyatakan bahwa turnamen Piala Eropa 2024 cukup keras. Kane pun menyeruhkan media untuk lebih positif sebelum Inggris bermain kontra Slovenia.

Akan tetapi, kata-kata Kane itu tak terbukti, dan Inggris malah bermain imbang kontra Slovenia. Alih Sontak saja, hasil itu membuat Timnas Inggris makin terpojok dan Southgate terjepit di antara kritik pelbagai pihak.

Salah satu kesalahan juga terletak pada keputusan dan sikap Southgate. Laga perdana sepertinya sudah memberikan pesan bahwa sistem yang diterapkannya tak cocok dengan para pemain.

Memang terlihat mentereng dan menakutkan ketika mempunyai pemain seperti Foden, Saka, Kane dan Bellingham di lini depan. Akan tetapi, keempat pemain itu berasal dari klub yang berbeda, dan mereka dibentuk oleh sistem yang berbeda.

Saka, misalnya, menjadi pemain penting dalam skema permainan Arsenal. Kendati posisinya tak begitu berbeda di Timnas Inggris, namun Saka mempunyai keleluasaan di Arsenal. Bahkan, Saka menjadi sentral permainan Arsenal.

Sama halnya dengan Foden yang mendapatkan peran lebih dalam permainan Guardiola. Foden tak jarang berperan sebagai penyerang lubang atau striker kedua di belakang Haaland.

Menjadi masalah saat kedua pemain bermain dalam sistem yang satu dan sama. Keduanya akan sulit untuk bekerja bersama karena mempunyai karakter yang persis sama. Oleh sebab itu, Southgate perlu berani membangkucadangkan salah satu dari pemain tersebut.

Namun, Southgate tetap menerapkan sistem yang sama. Foden dan Saka dimainkan sebagai penyerang sayap, dan Kane sebagai striker.

Lalu, Bellingham yang dimainkan di belakang Kane, coba digeser ke belakang agar lebih berperan sebagai pengatur serangan dalam skema tiga gelandang. Taktik itu tetap tak berjalan mulus.

Alibi Tak Perlu Southgate

Lebih jauh, Southgate menyikapi kekurangan timnya dengan alibi yang tak perlu. Ketika peran Trent Alexander-Arnold sebagai gelandang jangkar dikritisi di laga kontra Denmark, Southgate malah mencari alasan yang tak perlu.

Dia menilai bahwa timnya tak mempunyai sosok yang sama persis dengan Kavin Philipps, salah satu pemain yang membantu Inggris tembus final Piala Eropa 2020. Philipps tak diikutsertakan lantaran performa yang tak stabil sejak pindah ke Man City hingga dipinjamkan ke West Ham.

Alasan Southgate itu sebenarnya tak perlu. Pasalnya, Southgate dan timnya  yang sudah menyeleksi 26 nama ke Jerman, dan seleksi itu dibuat berdasarkan pertimbangan tertentu, termasuk pertimbangan taktik dan strategi untuk tim.

Untuk itu, Southgate perlu mengubah sistem dengan memanfaatkan para pemain yang tersedia. Terlebih lagi, Southgate mempunyai gelandang seperti Declan Rice, Bellingham dan ikut membawa serta gelandang muda MU, K. Mainoo.

Malahan, Mainno lebih dimainkan sebagai pemain pengganti saat Soutgate menyadari bahwa C. Callagher yang nota bene pengganti Trent Alexander di lini tengah tampil tak begitu meyakinkan saat bermain kontra Slovenia.

Southgate terlihat tak begitu berani mengambil resiko untuk memainkan Mainoo atau pun Palmer sejak menit pertama di tiga laga kualifikasi grup. Dengan itu, akan sulit untuk memainkan duo pemain muda itu di babak 16 besar, yang mana tensi dan persaingannya lebih intens.

Di babak 16 besar, tantangan Timnas Inggris rada sulit. Apalagi jika Inggris bersua kontra tim-tim kuat. Kritik yang dilayangkan untuk Timnas Inggris memang membuat Southgate seperti terjepit. Namun, kritik-kritik bisa menjadi bahan evaluasi untuk laga-laga selanjutnya.

Salam Bola
.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun