Bagi sebagian orang di Filipina, rumah untuk kaum lanjut usia biasa disebut dengan rumah pensiun atau retirement house. Artinya, rumah itu dikhususkan untuk mereka yang sudah tak aktif lantaran faktor usia lanjut.
Retirement house biasanya juga menjadi wajah yang biasa untuk orang-orang yang terikat hidup selibat atau hidup religius seperti kaum rohaniwan atau pun biarawan/wati Katolik.
Sistemnya sudah jelas dan terstruktur. Bahkan, itu sudah menjadi bagian dari program tetap dan pasti dari kehidupan religius. Ketika seseorang memasuki usia tertentu atau pun tak mampu secara fisik, yang bersangkutan didorong dan dianjurkan untuk masuk rumah pensiun.
Sejauh pengamatan pribadi, rumah pensiun itu mempunyai sistem kerja yang teratur. Ada jam untuk tidur, olahraga, doa, dan bahkan kerja tangan bagi mereka yang masih bisa. Aturan itu berlaku harian.
Lalu, pihak rumah juga menyediakan perawat dan kerap kali ada dokter yang datang berkunjung dan mengecek kaum lansia yang tinggal dan berada di rumah pensiun tersebut.Â
Pendek kata, mereka berada di rumah pensiun bukannya tanpa sistem kerja yang jelas, tetapi sudah memiliki aturan yang bisa mendukung mereka di masa-masa tua. Â
Kesulitan Masuk Rumah Pensiun
Walau demikian, tak gampang untuk menerima kenyataan mau masuk dan berada di rumah pensiun. Sebagaimana pandangan umum, seperti untuk konteks Indonesia dan Asia pada umumnya, berada di rumah lansia atau pun rumah pensiun seperti berada di tempat pengasingan.
Tak sedikit juga kesan yang menyatakan bahwa berada di rumah pensiun seperti terbuang lantaran sudah dinilai tak produktif. Pandangan seperti ini menjadi beban bagi mereka yang lansia sehingga berada di rumah pensiun bukannya memberikan kelegaan dan penghiburan, tetapi menghadirkan beban batin tersendiri.
Padahal, sejatinya rumah pensiun itu dimaksudkan sebagai tempat perawatan. Bagaimana pun, karena faktor usia yang sudah lanjut, seseorang perlu mendapatkan perawatan khusus yang mungkin tak bisa diberikan oleh keluarga sendiri.