Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kecemasan Carlo Ancelotti dan Optimisme Edin Terzic

30 Mei 2024   17:34 Diperbarui: 31 Mei 2024   08:51 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Carlo Ancelotti, Pelatih Real Madrid. (Foto: Robert Michael/AFP via Kompas.com)

Duel antara klub asal Spanyol, Real Madrid kontra klub Jerman,  Borussio Dortmund pada partai final Liga Champions Eropa 2023/24 di stadion Wembley, London, Inggris seperti menandai akhir dari musim ini (Minggu, 2/5/24).

Dari pandangan prediksi secara umum, Madrid terbilang diunggulkan atas lawannya, Dortmund.  Hal itu bisa ditilik dari performa Madrid hingga partai final sampai rekam jejak Madrid di Liga Champions.

Boleh dikatakan, Los Blancos, julukan Madrid adalah raja Eropa. Tercatat Madrid sudah mencapai 14 gelar Liga Champions Eropa, dan laga pada partai final di Wembley bisa menjadi upaya dan jalan Madrid untuk menggapai gelar yang ke-15. 

Lalu, dalam 10 musim terakhir, Madrid berhasil mendapatkan 6 gelar Liga Champions. Termasuk dua gelar dalam tiga musim terakhir dengan sentuhan tangan dingin pelatih Carlo Ancelotti. 

Oleh sebab itu,  Madrid tampaknya diunggulkan atas Dortmund yang nota bene baru sekali menjadi juara Liga Champions dalam sejarah klub tersebut.

Walau demikian, ibarat ungkapan "bola itu bundar" segala sesuatu bisa terjadi. Prediksi di atas kertas kerap kali berjalan terbalik dengan hasil di atas lapangan hijau. 

Tak pelak, Ancelotti yang sudah "makan garam" di Liga Champions rada cemas menjelang final Liga Champions Eropa. 

"Pertama-tama, ada sukacita berada di final, dan kemudian masalah akan datang dan kecemasan akan datang juga, " ungkap Ancelotti seperti terlansir dalam AP (29/5/24).

Ancelotti memiliki rekam jejak yang cukup kuat dengan trofi Liga Champions. Partai final kontra Dortmund akan menjadi pengalaman ke-8 Ancelotti baik itu sebagai pemain maupun pelatih. 

Dalam pengalamannya sebagai pelatih, Ancelotti sudah berhasil meraih empat trofi Liga Champions, yang mana 2014 dan 2022 dengan Real Madrid dan 2003 dan 2007 dengan AC Milan. 

Karenanya, Ancelotti dipandang sebagai pelatih tersukses untuk konteks Liga Champions. Raihan di Wembley bisa menjadi trofi yang kelima dalam karir kepelatihan dari pelatih berusia 64 tahun tersebut.

Pengalaman itu menjadi salah satu faktor bahwa Madrid sebenarnya memiliki asa besar untuk mengangkat si kuping besar di stadion Wembley. 

Kendati demikian Ancelotti malah menghadapi aura yang berbeda, yang mana segala sesuatu bisa terjadi dan faktor unggulan sebanarny untuk konteks final seperti Liga Champions. 

Apalagi, Madrid melawan Dortmund yang boleh dipandang sebagai underdog daripada tim unggulan. Semangat dan ambisi pastinya lebih kuat menghuni tim asuhan dari pelatih Edin Terzic. 

Pelatih yang "terlahir" sebagai suporter sejati Dortmund ini mempunyai ambisi yang sangat besar untuk mempersembahkan trofi Liga Champions. Terzic adalah fans setia Dortmund. Untuk itu, kelekatannya dengan klub yang berseragama warna hitam dan kuning itu cukup dekat. 

Jelang final kontra Madrid, Terzic mengakui Madrid sebagai klub yang mempunyai catatan sejarah yang meyakinkan di Eropa. Walau begitu, Terzic malah optimis bahwa timnya bisa mengalahkan Madrid di partai final.

"Jika kita bermain melawan Real Madrid 10 kali, itu mungkin lebih regang, tetapi dalam satu laga, dalam 90 menit, atau dalam 120 menit ditambah dengan penalti, kami mampu mengalahkan lawan siapa saja di dunia," ungkap Terzic seperti terlansir dalam UEFA. com (28 Mei 2024).  

Dengan ini, Terzic menyadari bahwa satu laga dalam partai final sangat menentukan. Apa pun bisa terjadi, termasuk mengalahkan tim yang secara historis sangat kuat di Liga Champions Eropa. 

Dua pelatih memiliki perasaan berbeda menjelang final Liga Champions Eropa pada musim ini. Ancelotti yang sudah terbilang "makan garam" partai final terbilang masih ragu dan cemas. 

Sebaliknya, Terzic yang menghadapi pengalaman pertama berada di partai final terlihat optimis bisa mengalahkan Madrid. Optimisme Terzic itu bisa beralasan lantaran sudah terbukti dengan menyingkirkan klub kuat Paris Saint Germain (PSG) di partai semifinal. 

Pendek kata, duel kedua tim akan sangat ditentukan oleh taktik kedua pelatih. Taktik kedua pelatih itu bisa juga dipengaruhi oleh mentalitas kedua pelatih dalam menyikapi partai final yang penuh tensi dan tuntutan. 

Salam Bola 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun