Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Xavi Hernandez dalam Bayang-bayang Pemecatan

22 Mei 2024   16:57 Diperbarui: 22 Mei 2024   18:57 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Xavi Hernandez, Pelatih Barcelona. Foto: Javier Sariano/AFP via Kompas.com

Situasi dan nasib Pelatih Klub La Liga Barcelona, Xavi Hernandez seperti berada di ujung tanduk. Pasalnya, kabar muncul dari klub asal Catalan itu bahwa Presiden klub, Joan Laporta berniat mengakhiri kontrak dengan pelatih yang merupakan mantan pemain Barca tersebut. 

Ihwal dari niat Laporta bersumber dari komentar Xavi sebelum pra laga Barca kontra Almeria di Liga Spanyol. Dalam komentarnya di konfrensi pers, Xavi menilai bahwa Barca sangat sulit berkompetesi lantaran kondisi krisis keuangan klub yang belum stabil. 

Terang saja, komentar Xavi kabarnya membuat presiden klub berang. Rencana pemecatan pun menyeruak ke permukaan.

Naik Turunnya Nasib Xavi 

Cukup menarik untuk melihat nasib Xavi pada musim ini. Pada bulan Januari lalu pelatih berusia 44 tahun itu sempat menyatakan mengakhiri kontraknya dengan Barca pada 30 Juni mendatang. 

Keputusan itu pun dibarengi dengan spekulasi tentang sosok pelatih yang tepat mengganti tempat Xavi. 

Niat Xavi dilatari oleh kondisi performa permainan tim yang tak stabil. Keputusannya dibuat beberapa hari setelah Barca menelan kekalahan besar dari Villareal 5-3 di Liga Spanyol.

Belum lagi, rentetan hasil buruk yang menimpa Barca seperti tersingkir di Copa del Rey dan kalah di final Piala Super Spanyol dari rival abadi, Real Madrid. Lebih jauh, Barca ketinggalan 10 poin dari Madrid di Liga Spanyol.

Akan tetapi, situasi mulai perlahan berubah. Permainan Barca membaik. Rentetan kemenangan diraih oleh Roberto Lewandowski dan kawan-kawan hingga berhasil mengantarkan Barca ke babak perempat final Liga Champions. 

Tak elak, Xavi pun dirayu untuk putar haluan untuk tetap tinggal di Camp Nou. Benar saja, rayuan klub berbuah hasil, yang mana pada 24 April lalu Xavi sepakat dengan manajemen klub untuk tetap berkomitmen sebagai pelatih Barca. 

Tentu saja, keputusan klub untuk tetap mempertahankan Xavi tak lepas dari proyek yang sementara dibangunnya. 

Di tengah situasi klub dan komposisi skuad yang belum stabil, Xavi mampu melakukan beberapa langkah tepat, seperti mengorbitkan para pemain muda didikan akademi. 

Nama pemain muda seperti L. Yamal naik ke permukaan. Pemain berusia 17 tahun itu mampu bersaing ketat dengan penyerang seperti Rapinha dan Joao Felix. 

Terang saja, berkat performa meyakinkan dengan Barca, Yamal dipanggil masuk ke timnas Spanyol, dan berpeluang untuk turut serta terlibat pada Piala Eropa di Jerman mendatang. 

Salah satu talenta baru yang diorbitkan oleh Xavi adalah bek muda, P. Cubarsi. Cubarsi seperti menjadi tandem kuat bagi R. Araujo di lini belakang. Bahkan, kehadiran Cubarsi bisa menjadi salah satu alternatif apabila Barca mau melepas Araujo dengan harga tinggi. 

Kehebatan Xavi untuk meramu para pemain muda dengan pemain senior menjadi salah satu poin positif. Akan tetapi, di balik langkah itu, beberapa hal yang kerap menjadi kritik pada Xavi ketika terlalu berpaku pada beberapa nama tertentu, walau tampil di bawah performa terbaik. 

Di awal musim, O. Romeu seperti menjadi gelandang jangkar favorit Xavi. Pemain didikan dari La Masia itu tampil tak begitu meyakinkan, tetapi Xavi selalu mempercayakannya untuk menggantikan peran S. Busquets. 

Hingga kemudian, sadar dengan keterbatasan Romeu, Xavi pun mulai mengubah strategi untuk menempatkan pemain lain di posisi gelandang jangkar dan berani untuk membangkucadangkan Romeu. 

Ada sisi positif dan ada pula sisi negatif yang dibangun Xavi sebagai pelatih Barca. Namun, seturut performa Barca pada musim ini dan kondisi keuangan klub yang belum stabil, sebagaimana pandangna Xavi, Barca masih akan sulit bersaing dengan Madrid dan bahkan klub-klub besar dari liga-liga lain di Eropa.

Pada satu sisi, komentar Xavi bisa menunjukkan tantangan yang dihadapinya dalam membangun skuad yang solid. Bila dibandingkan dengan Madrid, jalan Barca sepertinya berjalan ke belakang. 

Pada beberapa musim terakhir, Madrid lebih banyak menginvestasi para pemain muda dan proses transisi di antara lini berjalan lancar. Sebaliknya, Barca yang dilanda krisis keuangan harus mencari pemain bebas kontrak dan umumnya sudah berusia kepala tiga. 

Makanya, kendati Barca mempunyai pemain muda yang berkualitas, Barca juga memiliki kedalaman skuad yang bisa menjadi mentor dan pesaing yang kuat untuk para pemain muda tersebut. 

Xavi berada dalam bayang-bayang pemecatan gegara komentarnya tentang kondisi keuangan klub. Makanya, dengan kondisi seperti itu, siapa pun yang akan kelak akan datang bisa menghadapi hal yang sama. 

Salam Bola

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun