Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Melokalkan "Study Tour", Meringankan Beban Biaya

16 Mei 2024   17:01 Diperbarui: 16 Mei 2024   17:08 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peristiwa kecelakaan lalu lintas yang menimpa sebuah bus yang membawa siswa yang melakukan study tour beberapa hari lalu menghadirkan polemik tentang perlu ataukah tidaknya study tour. 

Tak elak, di balik polemik itu, melansir berita dari Kompas.com (15 Mei 2024) ada  11 daerah yang melarang sekolah-sekolah melakukan study tour ke luar daerah. Beberapa daerah itu termasuk DKI Jakarta dan Jawa Barat.

Pada satu sisi, study tour dibutuhkan untuk membangun dan memperdalam lebih jauh pengetahuan para siswa yang dialami di ruang kelas dan di sekolah. 

Di sini, para siswa tak sekadar belajar tentang sesuatu dari/lewat buku atau di ruang kelas, tetapi akan menjadi lebih menarik jika mereka mempelajarinya secara langsung dan mengaitkannya dengan konteks yang nyata. 

Oleh sebab itu, target study tour adalah untuk memperluas pengetahuan para siswa, yang mana dari ruang kelas/lingkup sekolah ke dunia nyata. Dengan ini, study tour seyogianya bukanlah kegiatan berwisata semata, tetapi aktivitas pembelajaran para siswa. 

Di sisi lain, perlu juga menelaah lebih jauh apakah study tour itu harus ke tempat-tempat jauh seperti harus ke luar kota/daerah atau pun bahkan keluar provinsi.

Hemat saya, kualitas study tour tak diukur oleh ke tempat mana harus pergi melakukan perjalanan belajar, tetapi bergantung pada target yang mau tercapai dari kegiatan tersebut. 

Masalahnya muncul saat study tour itu hanya berkaitan dengan kegiatan pesiar atau jalan-jalan semata, dan dampaknya lainnya saat para siswa sendiri tak memperoleh manfaat apa dari perjalanan yang dibuat tersebut. Jadinya, study tour itu hanya menghabiskan  tenaga. 

Belum lagi efek tuntutan biaya yang harus dipenuhi oleh orangtua untuk membiayai perjalanan anak. Melakukan study tour ke luar daerah dalam jangka beberapa hari bisa membebankan orangtua dari sisi finansial. 

Tak masalah saat orangtua mempunyai kemampuan finansial yang mumpuni. Menjadi cukup menantang saat kemampuan orangtua pas-pasan dan saat yang bersamaan anak yang "merasa" malu dengan teman-temannya jika tak terlibat dalam study tour. 

Untuk itu, ketika study tour hanya membebankan siswa dan orangtua, terlebih khusus dari sisi biaya, hal itu perlu dievaluasi dan dikritisi secara mendalam dan cermat. 

Seyogianya, setiap study tour meringankan setiap pihak dan lebih penting memberikan manfaat, bukan saja demi untuk memenuhi tuntutan tahunan kegiatan persekolahan, tetapi lebih dari itu, para siswa mampu menimba tambahan ilmu dari perjalanan tersebut. 

Oleh sebab itu, hemat saya, study tour tak semata-mata harus berjalan jauh keluar daerah. Saya kira perlu juga melakukan study tour di daerah sendiri. 

Di sini, tak perlu gengsi untuk mempelajari daerah sendiri. Lebih baik kita mengenal baik daerah sendiri, daripada kenal daerah lain, tetapi pengetahuan kita begitu dangkal tentang daerah sendiri.

Melokalkan Study Tour

Para siswa sekiranya diarahkan untuk memanfaatkan pengetahuan yang diperoleh dengan konteks hidupnya sendiri. Para siswa perlu diperkenalkan dengan konteks di mana dia berasal. 

Di sini, model paket study tournya berupa upaya untuk melokalkan pengetahuan para siswa dengan konteks dan realitas di mana dia berada dan berasal.

Caranya bisa bermacam-macam, mulai dari melihat dan mengevaluasi pekerjaan di instansi perkantoran dan pengolahan tempat-tempat wisata yang ada di daerah sendiri. 

Tak masalah ketika para siswa hanya berjalan kaki dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Asalkan, hal itu dibarengi dengan upaya pembelajaran dari guru yang menuntun.  

Tujuannya agar para siswa mengenal dengan baik daerahnya sendiri dan kebudayaan yang dimiliki. 

Tujuan lebih jauhnya adalah mengakarkan konteks hidup harian para siswa. Menjadi lebih mendalam, saat pengetahuan para siswa di ruang kelas dikawinkan dengan apa yang dipelajari dari konteks dari mana mereka berasal, mereka lihat, kunjungi, dan pelajari.

Efek lanjutnya saat si siswa pergi ke tempat lain, paling tidak dia memiliki pengetahuan daerahnya dengan baik. Bahkan, dia bisa menjiwai nilai-nilai dari budaya daerahnya saat pergi ke tempat lain. 

Tentu saja, efek lainnya juga dalam hal biaya yang perlu dikucurkan oleh siswa dan orangtua. Mereka tak terbebankan oleh seberapa besar uang yang perlu dikeluarkan demi melakukan study tour karena jarak dan alokasi waktunya yang singkat. 

Belajar tak semestinya harus pergi ke tempat jauh. Kita bisa belajar dari keseharian hidup kita. Kita pun bisa menerapkan dan mengawinkan pengetahuan di ruang kelas dengan realitas hidup harian kita. 

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun