Kekalahan Timnas Indonesia U23 dari Timnas Irak U23 (2-1) di stadion Abdulla bin Khalifa, Doha, Qatar menyisahkan pelbagai kesan dan nuansa.Â
Salah satu nuansa yang menyeruak ke ruang publik adalah rasa bangga lantaran Garuda Muda bisa tembus partai semifinal dengan mengalahkan tim-tim kuat.Â
Kekalahan perebutan tempat ketiga menutup salah satu pintu untuk Timnas Indonesia U23 pergi ke Olimpiade yang akan berlangsung di Paris, Perancis nantinya.Â
Tertinggal satu peluang yang bisa direkrut  Timnas Indonesia untuk bisa melaju ke Olimpiade lewat jalur play off kontra tim asal Benua Afrika, Guinea.
Walau demikian, catatan kritis dan hingar bingar celaan terlebih khusus dari Netizens juga menghiasi perjalanan Garuda Muda di Piala AFC U23.Â
Salah satu yang paling masif terjadi di antara pecinta sepak bola adalah kritik dan celaan pada kepemimpinan wasit Nasrullo Kabirov dalam laga Indonesia kontra Qatar yang dipandang merugikan timnas Indonesia.
Yang paling pertama terjadi dalam laga perdana saat Indonesia bermain kontra tuan rumah, Qatar.Â
Saat itu, Indonesia kalah 2-0. Dalam laga itu, Indonesia mendapat dua kartu merah dari wasit Kabirov. Dua kartu merah itu dinilai tak pantas dan merugikan permainan Indonesia. Tak elak, netizens Indonesia langsung menyerang media sosial wasit tersebut.Â
Yang paling santer terjadi tatkala Indonesia dikalahkan oleh Irak (2-1). Kali ini bukan wasit yang menjadi serangan kritik dan celaan netizens tetapi performa salah satu pemain andalan pelatih Shin Tae-yong, Marselino Ferdinan.
Seperti terlansir dari CNN Indonesia (3/5/34), nama pemain yang membela klub divisi II di Belgia itu menjadi trending di Twitter. Namanya naik daun di kalangan Netizens lantaran performa yang menurut sebagian besar pengritiknya dinilai terlalu egois.Â
Ya, dalam beberapa kesempatan Ferdinan cenderung bermain sendiri dan lebih memilih untuk menembak bola ke arah gawang Irak walaupun ada pemain yang posisinya lebih baik.
Bahkan, ada pula yang menilai bahwa keegoisan dari pemain yang mengoleksi dua gol dalam turnamen Piala Asia U23 itu merusak sistem permainan Indonesia. Â
Kritik dan celaan yang dilontarkan pada Marselino bukanlah wajah baru dalam dunia sepak bola.Â
Boleh dibilang, Marselino tidaklah sendirian. Sudah banyak pelatih dan pemaih terkenal yang dikritik dan dicelah superter atau netizens lantaran performa mereka di lapangan hijau.Â
Pada sisi tertentu, celaan dan kritikan yang dilontarkan dari luar lapangan seperti dari kubu suporter atau pun netizens bisa menjadi bahan referensi bagi tim dan klub untuk menilai performa dari si pemain.Â
Hal itu bisa menjadi acuan bahwa ada yang salah dari performa si pemain, dan karenanya perlu diperbaiki.Â
Selanjutnya, tanpa menafikan aspek perjuangan dan pergobanan si pemain, kritik itu bisa menjadi motor untuk mengevaluasi diri secara positif.Â
Bagaimana pun, kritik dari luar lapangan sangat sulit dihindari, dan karenanya sebagai pemain profesional, kritik dan celaan itu harus dihadapi dan disikapi dengan mentalitas yang kuat. Pendeknya, celaan suporter bisa menjadi ujian mental untuk si pemain.Â
Para pemain Timnas Indonesia U23 sudah memberikan yang terbaik untuk Indonesia. Nama Indonesia naik ke permukaan. Sepak bola pun kembali menjadi buah bibir di kalangan rakyat Indonesia.Â
Kendati demikian, ruang kritik dan celaan perlu diperhatikan dan kalau boleh disikapi secara positif kalau nilainya bermanfaat untuk tim.Â
Kritik dan celaan itu bisa menjadi bahan evaluasi untuk menjadi lebih baik pada waktu mendatang.
Salam BolaÂ
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H