Hasil seri (2-2) antara Liverpool kontra Manchester United (MU) pada pekan ke-30 dalam lanjutan kompetesi Liga Inggris 2023/24 di Old Trafford (7/4/24) mempengaruhi peta persaingan di puncak klasemen Liga Inggris 2023/24.
Liverpool yang sebelumnya berada di puncak klasemen sementara Liga Inggris harus tergeser ke posisi kedua. Arsenal ambil alih posisi puncak, dan Manchester City yang berada di posisi ketiga menempel dengan ketat.Â
Arsenal dan Liverpool mempunyai koleksi poin yang sama, 71 poin. Gap poin kedua tim ini dengan Man City hanya terpaut 2 poin.Â
Praktisnya, persaingan perebutan juara Liga Inggris musim ini melibatkan tiga tim tersebut.Â
Tertinggal 8 laga yang akan dimainkan di Liga Inggris. Salah satu kunci yang pasti dari klum mana yang akan keluar sebagai juara Liga Inggris musim ini bergantung pada konsistensi dalam meraih poin penuh dari setiap laga tersisa.Â
Tentu saja, di satu sisi, persaingan tiga tim itu memberikan warna tersendiri untuk konteks Liga Inggris. Tak berlebihan jika menyatakan bahwa Liga Inggris merupakan kompetesi yang paling bergengsi di Eropa apabila menimbang persaingan ketat yang sementara berlangsung sejauh ini.Â
Secara umum, masih sangat sulit memprediksi tim mana yang akan keluar sebagai juara. Apa pun bisa terjadi dari delapan laga ke depan, termasuk peluang Man City yang bisa jadi naik ke puncak klasemen sementara Liga Inggris.Â
Di balik persaingan, ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhi setiap tim dalam menjaga posisi dan mewarnai persaingan.Â
Faktor pertama adaah keseimbangan tim. Keseimbangan itu ditunjukan lewat komposisi skuad baik itu pemain utama dan pemain cadangan. Tiga tim mempunyai keseimbangan tim yang persis sama.Â
Hal itu terlihat dari cara setiap tim melakukan rotasi. Para pelatih tak ragu melakukan rotasi pemain, dan rotasi pemain itu tak mengganggu kestabilan tim. Setiap tim tetap meraih poin penuh, dan di saat yang bersamaan tim terus tampil meyakinkan.Â
Hal ini seperti menunjukkan wajah sepak bola di Liga Inggris. Untuk berada pada level puncak sebagaimana  yang ditunjukkan oleh Arsenal,  Liverpool, dan Man City, setiap tim perlu membekali skuadnya dengan keseimbangan yang cukup mumpuni.Â
Keseimbangan itu sebenarnya menjadi penopang yang kuat di tengah ketatnya kompetesi yang terjadi. Untuk itu, ketergantungan pada satu atau dua pemain bukanlah kondisi yang cocok untuk menjaga keseimbangan tim.
Faktor kedua adalah ketatnya dan padatnya jadwal dari kompetesi yang dimainkan oleh tiga tim. Tiga tim yang berada di tiga besar Liga Inggris seperti menghadapi situasi yang persis sama pada bulan April, yakni menghadapi jadwal yang padat dan ketat.Â
Hanya saja Arsenal dan Liverpool yang mungkin mempunyai laga agak sedikit karena sudah tersingkir dari Piala FA, sementara itu Man City masih bermain di semifinal Piala FA.Â
Kendati demikian, ketiga tim masih bermain di kompetesi Eropa. Arsenal dan Man City akan menghadapi laga yang cukup ketat di perempat final Liga Champions. Arsenal akan bermain kontra Bayern Muenchen dan Man City akan menghadapi kekuatan Real Madrid.Â
Apabila kedua tim ini lolos, besar kemungkinan Arsenal dan Man City bisa  bertemu di semifinal Liga Champions.Â
Sebaliknya, Liverpool juga masih bermain di perempat final Piala Liga Eropa. Liverpool terbilang favorit dalam kompetesi ini. Situasi ini membuat Liverpool juga akan menghadapi jadwal yang cukup ketat. Â
Jadwal yang cukup ketat itu tentu saja memberikan efek pada kondisi para pemain, baik dari sisi fisik maupun mentalitas. Tersingkir atau pun kalah pada salah satu kompetesi bisa berujung pada kondisi mental di kompetesi yang lain.Â
Dengan situasi ini, sangat sulit untuk memprediksi dengan jelas tim mana yang akan keluar sebagai juara Liga Inggris pada musim ini.Â
Faktor ketiga di balik persaingan ketat tiga tim di Liga Inggris adalah soal membangun skuad agar tampil kompetetif sepanjang satu musim.Â
Tiga tim yang berada di puncak Liga Inggris tak terbentuk semata-mata karena faktor kebetulan dan instan, tetapi berkat proses dalam pembelian pemain yang tak sedikit.Â
Jurgen Klopp sudah delapan musim di Liverpool dan Pep Guardiola sudah tujuh musim dengan Man City. Secara umum, skuad kedua tim itu terbentuk di era kepelatihan dari kedua pelatih asing itu, dan umumnya kedua pelatih tersebut tak hanya jeli dalam melihat pemain dari didikan akademi, tetapi juga turun ke bursa transfer pemain.Â
Hal yang sama juga dilakukan oleh Mikel Arteta dalam tiga musimnya di Arsenal. Kedalaman skuad Arsenal saat ini terbentuk karena proses pembelian pemain yang dilakukan Arteta selama tiga musim terakhir. Tak elak, skuad Arsenal tampak seimbang dan bisa berkompetesi dengan ketat dengan Liverpool dan Man City.Â
Kiprah tiga tim itu seperti memberikan gambaran bahwa untuk mencapai dan mempertahankan taraf level terbaik, tiap tim membutuhkan proses yang tak gampang. Termasuk, agenda pembelian pemain yang tepat sasar.
Hal itu bisa terbaca dari perjalanan kompetesi Liga Inggris musim ini. Tim seperti Tottenham Hotspur dan Aston Villa sempat masuk tiga besar, tetapi kemudian perlahan melempem karena faktor cedera pemain yang tak dibarengi dengan pelapis yang sepadan.Â
Berbeda dengan tiga tim yang sementara berada di tiga besar Liga Inggris musim ini. Ketiga tim mempunyai skuad yang rata-rata bisa dimanfaatkan untuk setiap kondisi dan kebutuhan. Â
Liverpool dan Man City terbilang sudah matang karena sudah dilatih oleh kedua pelatih yang sudah beberapa musim dengan karakter dan sistem yang sama. Arsenal juga sudah berjalan pada arah yang sama dengan keberadaan Arteta yang memasuki musim ketiganya.Â
Persaingan Arsenal, Liverpool, dan Man City memperebutkan trofi Liga Inggris pada musim ini memberikan nuansa berbeda.Â
Memplintir ungkapan komedian, Komeng dalam salah satu iklan yang dimainkannya, " Liga Inggris makin di depan, yang lain makin ketinggalan" barangkali bisa  membahasakan warna dari peta persaingan Liga Inggris pada musim ini.Â
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H