Hari ini umat Kristen Katolik di seluruh dunia merayakan Minggu Palma. Perayaan Minggu Palma ibarat gerbang masuk pekan suci dan perayaan paskah.
Dalam Perayaan Minggu Palma, umat Kristen Katolik akan merenungi peristiwa di mana Tuhan Yesus masuk kota Yerusalem. Sembari naik keledai, Tuhan Yesus dielu-elukan bak seorang raja di gerbang kota Yerusalem.
Untuk konteks kitab suci, keledai menyimbolkan kesederhanaan. Tuhan Yesus memilih keledai sebagai tunggangannya untuk menunjukkan jati diri-Nya sebagai pemimpin yang tak dibentuk karena harta dan materi.
Di sini, Tuhan Yesus menekankan bahwa menjadi pemimpin tak bergantung pada barang yang dikenakan, tetapi sikap dan perlakuan kita kepada sesama.
Peristiwa sukacita penyambutan Tuhan Yesus masuk Yerusalam berubah drastis tiga hari setelahnya. Tuhan Yesus yang dielu-elukan saat masuk kota Yerusalem malah dituduh seperti penjahat. Pendek kisah, Tuhan Yesus disiksa dan mati di kayu salib.Â
Perubahan sikap itu bisa menunjukkan kecenderungan tingkah laku manusia. Tidak ada komitmen yang kuat dalam mengikuti Tuhan, dan pada saat yang sama tidak konsisten menunjukkan jati diri yang benar.
Signifikansi dari Minggu Palma
Minggu Palma sebenarnya menjadi momentum untuk merenungkan jati diri kita sebagai pengikut Tuhan. Siapakah kita sebagai pengikut Tuhan?
Apakah kita adalah pengikut yang benar dan setia? Ataukah, kita adalah pengikut yang penuh kepalsuan?
Pengikut yang benar adalah sosok yang setia untuk mengikuti jalan Tuhan tanpa bergantung pada situasi. Baik senang maupun susah, seorang pengikut Tuhan akan selalu mengikuti jalan Tuhan.Â