Hidup minimalis menjadi salah satu pilihan hidup yang mulai tren saat ini. Karena karakternya soal pilihan, seyogiannya itu dilakukan atas dasar kesadaran pribadi dan bebas. Akibatnya, tak perlu tekanan, jauh dari kontrol, dan sekiranya bebas kepentingan.
Awal tahun 2023 lalu, saya coba menjalani gaya hidup minimalis. Pilihan ini sebenarnya berdasar pada pilihan dan panggilan hidup yang sementara saya jalani saat ini. Saya melihat bahwa pilihan hidup minimalis hampir persis sama dengan gaya hidup sederhana yang menjadi bagian dari pilihan hidup saya.
Lalu, saya mulai melihat dan mencerna setiap tulisan dan video yang berkaitan dengan gaya hidup minimalis. Juga, saya coba menghidupinya perlahan-lahan mulai dari keberadaan kamar tidur saya.
Saya pun sampai pada kesimpulan kecil bahwa hidup minimalis sangat menekankan sikap hidup dalam menilai manfaat dari setiap barang yang kita miliki. Â
Kesimpulan itu menjadi salah satu premis saya dalam menjalani hidup minimalis. Saya mulai mengecek barang-barang di kamar tidur saya. Ketika ada barang yang sudah lama tak terpakai dan tak dimanfaatkan, saya pun memberikannya kepada orang lain.
Tak jarang terjadi juga bahwa saya mengumpulkan barang-barang yang tak bermanfaat sama sekali. Ketika membuka salah satu kabinet lemari, saya menemukan bahwa selama ini saya mengumpulkan box bungkusan dari alat-alat elektronik.
Barangkali karena faktor harga dan brand dari barang elektronik yang saya beli, makanya saya juga cenderung untuk tidak membuang bungkusannya. Padahal, gaya hidup itu malah membuat saya mengumpulkan banyak barang tetapi tak memberikan manfaat sama sekali.
Oleh sebab itu, saya mulai melihat barang-barang yang tak bermanfaat sama sekali dan barang yang tak pernah atau jarang terpakai. Setelah dari kamar tidur, saya coba melihat dan memperhatikan isi lemari.
Ternyata, ada begitu banyak baju yang sudah terkumpul, dan tak sedikit merupakan hadiah orang saat hari raya atau pun saat ulang tahun. Persoalannya, banyak baju yang tak terpakai. Alasannya, karena beda selera atau juga ukuran yang diberikan tak sesuai dengan ukuran tubuh saya. Akibatnya, baju-baju itu cenderung menumpuk saja di lemari pakaian.
Perlahan-lahan saya memilah baju yang tak terpakai sama sekali. Beberapa di antaranya diberikan kepada teman. Beberapa di antaranya disumbangkan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Setelah setahun menerapkan gaya hidup minimalis, saya pun menemukan beberapa efek positif.
Pertama, pikiran makin terfokus.
Sebelum menerapkan gaya hidup minimalis, kerap kali pikiran terganggu oleh tawaran belanja online. Gegara promosi yang meyakinkan, kadang saya tergiur dan tak pikir panjang membeli barang yang ditawarkan. Masalahnya, ketika barang yang datang tak sesuai dengan promosi dan kualitasnya di bawah standar terbaik. Akibatnya, barang itu disia-disiakan dan sekadar tertumpuk di kamar. Â
Namun, ketika menerapkan gaya hidup minimalis, pikiran lebih fokus pada aspek manfaat dari setiap barang yang mau dibeli dan dipunyai. Tak lagi sekadar mencari barang atau pun membeli barang.
Bahkan, saya mempunyai banyak pertimbangan setiap kali membeli barang tertentu. Selalu pertanyaan ini muncul di benak saya sebelum membeli sebuah barang: apakah barang itu bermanfaat ataukah tidak?
Ketika barang itu tak memberikan banyak manfaat, ada kecenderungan untuk kontrol diri dan lebih fokus pada hal-hal yang bermanfaat. Ya, gegara menerapkan gaya hidup minimalis, pikiran makin terkontrol pada hal-hal yang bermanfaat.
Kedua, Makin Hemat
Secara tak langsung, gaya hidup minimalis juga membangun sikap hemat. Yang sebelumnya saya cenderung asal beli dan konsumsi, saat ini saya makin kontrol diri. Efek lebih lanjutnya, hal ini makin membuat saya berhemat secara finansial.
Uang saku yang diterima setiap bulan bisa disimpan dalam jumlah yang lebih banyak daripada sebelum saya menerapkan gaya hidup minimalis. Bahkan, hanya 10 persen dari uang saku yang terpakai, dan selebihnya ditabung. Dengan ini, uang tak sekadar terpakai untuk membeli barang-barang yang hanya terpakai sesaat.
Gaya hidup minimalis bisa mengontrol kecenderungan untuk membeli dan mengonsumsi barang. Kita bisa mengontrol gaya hidup berfoya-foya, dan pada saat yang sama kita berhemat dan kemudian bisa menabung pendapatan bulanan kita.
Ketiga, Makin Dermawan
Efek lain dari gaya hidup minimalis adalah membangun gaya hidup berhemat. Karena tidak mau mengumpulkan barang, maka saya memutuskan untuk segera memberikan barang yang jarang terpakai ke orang lain.
Ketika ada yang memberikan hadiah dan hadiahnya bisa dimanfaatkan, saya memakainya. Akan tetapi, saya juga mencari cara untuk memberikan barang lain yang mempunyai fungsi yang persis sama dengan barang tersebut.Â
Prinsipnya, ketika barang baru masuk dan terpakai, perlu memikirkan barang lain yang mempunyai manfaat yang sama untuk diberikan kepada orang lain.
Tahun lalu, beberapa baju saya yang masih terpakai diberikan kepada mereka yang tinggal di penjara. Setelah melihat itu, saya menjadi sadar bahwa ternyata saya mengumpulkan banyak barang tak begitu terpakai, dan pada saat yang sama saya juga bisa membangun sikap dermawan kepada yang lebih membutuhkan.
Makanya, saat mendapatkan barang dan tak akan terpakai, saya mencari cara untuk memberikan barang itu kepada orang lain. Tujuannya agar barang itu tak tersimpan begitu saja di kamar, tetapi malah dimanfaatkan oleh orang yang lebih membutuhkannya.
Gaya hidup minimalis ikut membentuk sikap dermawan dalam memberi. Kita tak takut dalam memberi karena kita melihat bahwa setiap barang dari sisi manfaat untuk kehidupan kita setiap hari.
Setelah setahun menerapkan gaya hidup minimalis, saya menemukan beberapa manfaat positif yang terkira. Selain saya makin leluasa menggunakan barang-barang yang saya miliki, saya juga menemukan kesadaran baru dari setiap barang yang saya punyai.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H