Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Hapus Stigma "Faktor Kebetulan" dan Kelemahan Indonesia yang Bisa Diekspos Australia

28 Januari 2024   07:26 Diperbarui: 28 Januari 2024   07:30 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas Indonesia akan menghadapi Australia dalam babak 16 besar Piala Asia 2023. Foto: Antara/Yusran Uccang via Kompas.com

Kelolosan Timnas Indonesia ke babak 16 besar Piala Asia 2023 memang menjadi kabar baik. Untuk pertama kalinya, Indonesia bisa bermain di babak 16 besar Piala Asia. 

Kelolosan timnas Indonesia terjadi karena Indonesia berhasil menjadi salah satu tim tiga terbaik. Itu pun Indonesia harus menanti hingga laga-laga terakhir kualifikasi grup Piala Asia 2023 dalam memastikan apakah mendapatkan satu tiket ataukah tidak. 

Oleh sebab itu, alih-alih terbenam dalam sukacita yang mendalam atas kelolosan timnas Indonesia ini, timnas Indonesia juga perlu mengevaluasi diri. 

Apakah timnas Indonesia pantas berada di babak 16 besar?

Tak sedikit yang melihat bahwa kelolosan ini terpengaruh oleh faktor kebetulan. Indonesia berhasil lolos karena faktor hasil dari tim-tim yang berada di grup lain. 

Performa Indonesia selama kualifikasi grup tak begitu menonjol. Kalah dari Irak dan Jepang (3-1) menunjukkan bahwa proyek timnas di tangan Shin Tae-yong masih kalah jauh dari negara-negara lain di Asia. Keuntungannya Indonesia menang dari Vietnam (1-0). 

Tentu saja, stigma faktor kebetulan atas kelolosan Indonesia itu, di satu sisi, terlalu naif apabila menimbang perjuangan timnas selama babak kualifikasi. Dari tiga laga, Indonesia kalah dua kali dan satu kali menang.

Di sini, Indonesia tak menjadi bulan-bulanan tim-tim kuat seperti Irak dan Jepang. Malahan, Indonesia berhasil mencuri masing-masing satu gol saat bermain kontra Jepang dan Irak.  

Di sisi lain, kemenangan Indonesia di babak kualifikasi terjadi saat bermain kontra Vietnam yang nota bene salah satu saingan Indonesia di zona Asia Tenggara. Indonesia dan Vietnam sudah saling mengenal sehingga permainan berlangsung ketat dan penuh tensi.

Di hadapan pandangan tentang pantas ataukah tidaknya Indonesia lolos ke babak Indonesia lolos ke babak 16 besar,  Timnas Indonesia sekiranya bisa mengevaluasi diri dan perlu membuktikan diri di babak 16 besar saat bermain kontra Australia. 

Australia terbilang tim kuat untuk konteks Asia. Tim berperingkat ke-25 seturut rangking FIFA ini termasuk tim yang berpeluang untuk meraih juara di Piala Asia 2023. Terang saja, Indonesia tampaknya kesulitan untuk lolos. 

Kendati demikian, Indonesia perlu tampil bebas dan lepas. Dalam mana, Indonesia tak perlu merasa inferior dengan kekuatan sepak bola Australia, tetapi memandang Australia sebagai saingan yang perlu dihadapi. Bagaimana pun, laga akan selalu ditentukan oleh performa di lapangan hijau.

Performa yang meyakinkan di babak 16 besar kontra Australia akan menjadi pernyataan serius bahwa Indonesia lolos karena kualitas tim yang pantas diperhitungkan, dan bukannya karena faktor kebetulan semata. 

Oleh sebab itu, Indonesia perlu belajar dari laga-laga di babak kualifikasi, terlebih khusus kontra Irak dan Jepang, yang mana Indonesia menderita kekalahan dengan skor yang masing-masing 3-1. 

Kelemahan Indonesia

Melawan Irak dan Jepang, Indonesia menunjukkan sisi kelemahan yang dimanfaatkan dengan baik oleh Irak dan Jepang. Terlebih khusus saat bermain dengan Jepang dalam laga terakhir kualifikasi grup yang mana Jepang mempunyai kualitas pemain yang umumnya "makan garam" di liga-liga Eropa. 

Jepang memanfaatkan sisi kelemahan di sisi pertahanan Indonesia. T. Kubo yang berperan sebagai gelandang tengah selalu memberikan umpang-umpan ke sisi sayap, terlebih khusus sisi sayap kiri saat melakukan serangan balik. 

Dari sisi sayap kiri, Jepang melakukan serangan atau juga umpan-umpan yang merumitkan lini belakang Indonesia. 

Selain itu, dari dua laga kontra Irak dan Jepang, Indonesia memilih bermain bertahan dan melakukan serangan balik. Masalahnya, saat metode serangan balik gagal dan bola direbut oleh pemain lawan. 

Formasi lini belakang dan lini tengah terpecah. Makanya, terjadi ruang antara lini tengah dan lini belakang yang dimanfaatkan oleh pemain lawan. 

Belum lagi, bek sayap yang cenderung menumpuk di area 16 sehingga memberikan ruang besar di kedua sisi yang memungkinkan penyerang sayap lawan melakukan tembakan. 

Hal ini bisa dimanfaatkan oleh Australia. Terlebih lagi, dari postur tubuh, para pemain Australia bisa memanfaatkan kelemahan lini belakang Indonesia dengan melakukan umpan-umpan silang. 

Kesolidan lini belakang menjadi salah satu tantangan terbesar Indonesia saat Indonesia melakukan serangan balik. Dalam mana, Indonesia perlu disiplin menjaga tempat sebagaimana saat lawan menguasai bola. 

Indonesia mempunyai misi yang sangat berat saat bermain kontra Australia. Indonesia perlu menghapus stigma negatif atas kelolosannya sebagai kebetulan dengan cara bermain konsisten dan meyakinkan sepanjang laga. 

Salam Bola

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun