Debat calon wakil presiden dari tiga pasangan calon untuk pemilihan umum 2024 sudah berlangsung. Sebagaimana debat capres yang telah berlangsung sebelumnya, pelbagai kesan bermunculan dari ruang publik dari hasil debat yang berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, umat (22/12/23) ini.Â
Debat cawapres agaknya berbeda. Letak perbedaan itu terjadi pada sosok Gibran Rakabuming Raka yang berstatuskan sebagai cawapres dari Prabowo Subianto.Â
Gibran, dari sisi usia dan karir politik, kerap disoroti apabila dibandingkan dengan Cak Imin dan Mahfud MD. Belum lagi, langkah politik Gibran ke kursi cawapres yang diwarnai oleh kisruh keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang terjadi menjelang waktu-waktu akhir penepatan deklarasi.Â
Keraguan agak luntur jika menimbang performa Gibran dalam debat politik Putera sulung dari Presiden Joko Widodo ini mampu tampil meyakinkan dan bahkan mengimbangi Cak Imin dan Mahfud MD yang sudah sangat makan garam di dunia politik dan pemereintahan.Â
Kelebihan Gibran adalah dia mengenal persoalan yang tersampaikan dalam debat politik dengan baik. Kelebihan itu tentu saja terjadi lantaran Gibran merupakan putera Jokowi dan pastinya dekat dengan kebijakan yang dibuat oleh ayahnya selama dua periode.Â
Dengan ini, Gibran sebenarnya tak tutup mata melihat dan menganalisi setiap kebijakan yang dilakukan oleh Jokowi selama dua periode dalam pemereintahan. Terang saja, saat Cak Imin dan Mahfud MD menyoroti kebijakan politik yang berkaitan dengan Jokowi, mantan wlikot Solo itu mampu mementalkan argumen dari kedua cawapres dengan sangat meyakinkan.
Misalnya, saat Gibran dimintai memberikan bukti oleh Mahfud MD tentang investor yang sudah masuk untuk mendanai Ibukota Nusantara (IKN). Dengan gaya khas anak muda, Gibran langsung meminta Mahfud  MD untuk mengoogle bahwa sebenarnya sudah ada investor yang sudah mendanai pembangunan IKN.Â
Jawaban Gibran langsung mementalkan jebakan Mahfud MD dan  serentak menunjukkan bahwa Gibran mengenal dengan baik persoalan yang akan diangkat dalam perdebatan cawapres.Â
Sama halnya dengan langkah Gibran meruntuhkan argumen Cak Imin yang menargetkan pembangunan 40 kota baru serupa dengan Jakarta. Argumen itu seperti runtuh saat Gibran secara gamblang mengritik ide Cak Imin dinilai kontraproduktif dengan penolakan kubu mereka pada pembangunan IKN.Â
Secara umum, debat cawapres sesi pertama mampu mengangkat pamor Gibran. Gibran mengenal setiap persoalan yang diangkat.Â
Hal itu tentu terjadi karena faktor latar belakang Gibran yang berada satu garis dengan Jokowi. Boleh dibilang, Prabaowo dan Gibran merupakan representasi jelas dari keberlanjutan dari ide dan kebijakan kerja Jokowi. Sehingga kedua pasangan bernomor urut dua ini mempelajarai dengan baik setiap langkah politik yang telah terbangun di masa kepemimpinan Jokowi.Â
Akibatnya, saat lawan politik mau menyerang paslon nomor urut dua dengan mengambil kebijakan yang telah dibuat masa Jokowi, keduanya, termasuk Gibran mampu menandingi perdebatan dengan baik.Â
Di sini terlihat bahwa agaknya sangat rumit bagi pasangan lain untuk terlalu fokus pada kritik dan evaluasi pada kebijakan yang telah dibuat Jokowi di masa pemerintahan sebelumnya. Bagaimana pun, efek Jokowi dalam pentas politik saat ini sangat kuat dan mempengaruhi pandangan politik masyarakat.Â
Yang sangat perlu dibangun oleh lawan politik dari paslon nomor dua adalah membawa agenda yang terbaru, bahkan kalau boleh berseberangan secara politik dari pemerintahan sebelumnya. Ide baru dan kebijakan baru harus benar-benar terlahir dan bisa memberikan alternatif politik yang cukup baru untuk pemilih.
Memantik dari ide Gibran seperti ide hilirisasi digital. Ide ini memang tak baru sama sekali lantaran sudah tercetus sejak era Jokowi. Namun, dengan menaikan ide ini ke permukaan, Gibran berupaya menekankan tren perkembangan teknologi yang sudah sangat akrab dengan generasi muda saat ini.Â
Gibran tampil cukup meyakinkan dalam debat cawapres. Hal itu terjadi lantaran dia mengenal setiap persoalan yang berkaitan  dengan dua periode pemerintahan ayahnya.Â
Di lain pihak, Cak Imin dan Mahfud MD agaknya terpenjara pada konsep untuk melihat kelemahan dari kebijakan-kebijakan yang tercetus sebelumnya sampai-sampai mengabaikan pencetusan ide-ide tandingan yang baru dan lebih baik dari yang sudah terbangun.Â
Salam Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H