Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Meragukan Gibran Jadi Magnet bagi Pemilih Muda

26 Oktober 2023   08:02 Diperbarui: 26 Oktober 2023   09:45 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Foto: Facebook Prabowo Subianto via Kompas.com

Pendaftaran pasangan calon presiden Prabowo Subianto dan calon wakil presiden Gibran Rakabuming Raka dari Koalisi Indonesia Maju ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) melengkapi pasangan calon yang akan berkontestasi pada pemilihan presiden 2024. 

Sebelumnya, sudah dua paslon yang telah mendaftar ke KPU yakni Anies Baswedan yang berpasangan dengan Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo dengan Mahfud MD.

Sebagai paslon terakhir yang mendaftar ke KPU, tentu saja, realitas itu menarik perhatian publik. Terlebih lagi, perkawinan duet Prabawo dan Gibran diwarnai oleh pelbagai drama politik, dan bahkan sebagian pihak menilainya dengan kontroversi. 

Kontroversi itu muncul saat Mahkamah Konstitusi (MK) menggolkan usulan perubahan kriteria umur bagi seseorang yang mau terlibat dalam kontestasi pilpres. Dalam mana, MK memutuskan seseorang di bawah usia 40 tahun bisa terlibat pilpres asalkan pernah atau sementara menjabat kepala daerah lewat pemilu.

Terang saja, Gibran yang berusia 36 tahun dan berstatuskan walikota Solo seperti mendapat karpet merah atas ketuk palu MK. Keputusan MK menjadi kontroversial lantaran status Gibran sebagai anak presiden Joko Widodo dan ketua MK saat ini, Anwar Usman adalah saudara ipar dari presiden Jokowi atau paman sendiri dari Gibran. Oleh sebab itu, relasi keluarga ini dipandang sinis dan secara tak langsung dinilai sebagai faktor yang ikut bermain dalam pengambilan keputusan MK.

Persepsi pada pencawapresan Gibran pun bernuansa sinis. Tak sedikit yang menilai bahwa kelolosannya ke kursi cawapres lebih karena faktor kekuasaan yang sementara dipegang oleh keluarganya daripada semata-mata rekam jejaknya sebagai politikus dan walikota.

Persepsi negatif ini bisa saja kontra produktif dengan slogan yang mau dan lagi didengung-dengungkan Gibran dan kubunya tentang peran kaum muda. Ya, Gibran dipandang sebagai representasi kaum muda yang dinilai bisa duduk dalam lingkaran kekuasaan. 

Pandangan ini, di satu sisi, sangat sepihak dan subyektif. Alasannya karena faktor pencawapresan Gibran yang menghadirkan nada pro dan kontra. 

Bagaimana pun, Gibran naik dan mendampingi Prabowo bukanlah suara mutlak dari kaum muda. Malahan, sebaliknya Gibran seperti dijadikan alat untuk menggaet kaum muda semata daripada magnet yang mewakili kaum muda.

Untuk itu, kontroversi yang mengitari pencawapresan Gibran perlu disikapi secara seksama oleh kubu Prabawo dan Gibran. Menjadi masalah jika realitas itu digoreng-goreng oleh kubu lawan dan kemudian malah menjerumuskan elektabilitas Prabowo-Gibran.

Dengan adanya media sosial saat ini, berita tentang politik dengan pelbagai kontroversinya tersebar begitu rampan. Dan, bukan rahasia lagi jika banyak kaum muda yang hadir di medsos. 

Apabila berita-berita itu tak difilter dengan baik, malah kaum muda memiliki persepsi negatif pada calon tertentu, termasuk paslon yang mempunyai rekam jejak yang negatif dan kontroversi.

Di sisi lain, langkah instan Gibran yang merupakan anak presiden bisa menimbulkan pikiran negatif pada kaum muda. Kaum muda identik dengan masa-masa di mana kerja keras harus menjadi bagian dari mencapai kesuksesan. Ketika kesuksesan dimuluskan oleh faktor keluarga, hal itu tentu saja berseberangan dengan spirit kaum muda.

Oleh sebab itu, jalan Gibran bisa menjadi preseden negatif untuk kaum muda. Efeknya, alih-alih menjadikan Gibran sebagai magnet menarik kaum muda, malah karena rekam jejaknya ke tangga cawapres yang dibumbui oleh kontroversi dan terkesan instan menjadi sebab suara sinis dari kaum muda sendiri.

Barangkali, akan menjadi lebih bernilai kampanye dari paslon Anies-Cak Imin dan Ganjar-Mahfud MD yang bisa menarasikan jalan politik mereka sewaktu berposisi sebagai kaum muda hingga menjadi politikus sukses seperti saat ini. Kisah mereka sewaktu masih muda bisa menjadi pelajaran berharga dari kaum muda saat ini.

Apalagi cerita-cerita mereka itu terbukti lewat jalan politik mereka yang mana hampir semua paslon ini tak terlahir dari lingkaran keluarga politik yang sangat kental sebagaimana Prabowo dan Gibran.

Lebih jauh, keraguan lain pada efek Gibran menarik suara untuk kaum muda adalah proses sampai ke jalur cawapres. Hemat saya, pengambilan keputusan MK terjadi pada momen yang tak tepat, di mana nama Gibran sementara naik daun dalam panggung politik dan kemudian dijadikan cawapres. Mungkin berbeda saat keputusan itu terjadi jauh sebelum Gibran mau masuk kontestasi pilpres.

Apabila proses terjadi lewat jalur sebaliknya, misalnya Gibran didorong oleh kekuatan massa dari akar rumput yang kuat terlebih khusus gerakan kaum muda, maka Gibran bisa menjadi faktor kuat yang bisa menarik kaum muda.

Namun, jalur politik yang ditempuh Gibran sejauh ini menimbulkan diskusi pro dan kontra. Terlebih lagi, di balik diskusi itu, keterkaitan Gibran sebagai anak presiden ikut dibawa. Akibatnya, Gibran pun dipandang sebagai keberlanjutan dari kekuasaan Jokowi. 

Pada tataran pemilih, belum tentu pemilih muda puas dengan kepemimpinan Jokowi. Ketidakpuasan itu pun bermuara pada pengalihan suara untuk tak memilih paslon yang melekat kuat dengan kepemimpinan Jokowi.

Gibran adalah tokoh muda yang cukup sensasional karena dipilih sebagai cawapres. Di tempat pertama,  hal itu menunjukkan keberadaan kaum muda yang tak sekadar penonton dan pengamat di pentas pilpres sebagai pilpres terdahulu.

Namun, di sisi lain, menimbang-nimbang jalan Gibran menjadi cawapres, hal itu malah menimbulkan keraguan bagi kaum muda. Dalam arti, kaum muda membutuhkan sosok yang benar-benar memberikan inspirasi lewat jalan politik yang terlahir berkat kerja keras dan semangat yang kuat, dan bukannya karena dimuluskan oleh kedekatan dengan lingkaran kekuasaan.

Salam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun