Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Lunturnya Keangkeran Old Trafford dan Ternodanya Kegemilangan Hojlund

4 Oktober 2023   06:20 Diperbarui: 4 Oktober 2023   10:45 1112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manchester United kalah dari Galatasaray di Liga Champions. Foto: Darren Staples/AFP via Kompas.com

Manchester United (MU) harus mengakui keunggulan tim tamu asal Turki, Galatasaray dalam kualifikasi grup A Liga Champions Eropa 2023/24 (4/10/23). 

Untuk kedua kalinya MU menderita kekalahan di Liga Champions Eropa karena sebelumnya kalah bermain kontra Bayern Muenchen. 

Kekalahan itu seperti menyempitkan peluang MU melaju ke babak 16 besar. Untuk sementara, MU berada di dasar klasemen. Agar bisa lolos ke babak selanjutnya, mau tak mau MU harus menang di setiap laga tersisa.

Kekalahan MU dari Galatasaray diwarnai oleh kartu merah yang diterima oleh gelandang andalan, Casemiro pada menit ke-77. Empat menit setelah kartu merah itu, Galatasaray mencetak gol dan membuat keunggulan 3-2.

Padahal, laga ini menjadi momen yang cukup bermakna untuk Rasmus Hojlund, striker muda yang dibeli MU dari Atalanta di awal musim ini. Pemain yang kadang disandingkan dengan Erling Haaland ini berhasil mencetak dua gol untuk MU ke gawang Galatasaray.

Hojlund tampil cukup mengagumkan dalam laga ini. Hojlund menunjukkan nalurinya sebagai striker yang bisa memanfaatkan kesempatan gawang lawan. 

Gol kedua Hojlund cukup spesial lantaran Hojlund yang mendapatkan bola dari hampir setengah lapangan mampu berduel lari dengan pemain Galatasaray dan kemudian mencetak gol.

 Paling tidak, Hojlund menunjukkan kualitasnya sebagai seorang striker yang bisa menjadi ancaman untuk lawan-lawan MU. 

Performanya kontra Galatasaray menjadi titik awal pembuktian Hojlund bersama MU. Namun, hal itu juga bisa terjadi andaikata Hojlund ditopangi oleh rekan-rekan setim yang pandai memberikan peluang.

Kegemilangan dan produktivitas dari Hojlund tak dibarengi dengan kesolidan di lini belakang. Dua kali MU unggul atas Galatasaray dan dua kali pula Galatasaray mampu mengejar ketertinggalan dari Setan Merah, julukan MU.

Lini belakang MU tampil keropos. Tak bisa bermain tenang dalam meladeni serangan Galatasaray.

Sedihnya, MU kalah di kediaman sendiri. Old Trafford. Apalabila dirunut lagi ke belakang, ini merupakan kekalahan kedua MU yang terjadi berturut-turut di Old Trafford dalam satu pekan terakhir. Pekan lalu, MU tunduk atas tamunya, Crystal Palace dalam pekan ketujuh lanjutan Liga Inggris.

Dan, jika ditotal kekalahan MU di Old Trafford musim ini, tercatat sudah tiga kali kekelahan yang dialami oleh MU di Old Trafford. 

Kekalahan pertama terjadi di tangan Brighton (3-1) dalam kompetesi Liga Inggris. Kekalahan itu mengakhiri rekor 33 kali tak terkalahkan MU saat bermain di Old Trafford.

Rupanya, kekalahan dari Brighton menjadi titik balik MU. Dengan ini, Old Trafford seperti kehilangan keangkerannya. 

Seyogianya ketika bermain di kediaman sendiri, MU tampil lebih meyakinkan daripada di kediaman lawan. Faktor kebanggaan pada rumah sendiri dan kehadiran suporter tuan rumah menjadi beberapa faktor yang membuat permainan di kandang sendiri menjadi lebih meyakinkan.

Hilangnya keangkeran MU tak menunjukkan kondisi Old Trafford, tetapi membahasakan performa MU untuk saat ini. Lagi-lagi, MU berada dalam kondisi yang tak stabil. 

Pasalnya, MU tak hanya gampang kalah di Old Trafford tetapi juga terlihat tak begitu superior saat bertandang ke markas lawan.

Lebih jauh, MU seperti kehilangan statusnya sebagai tim besar. Hal ini ditunjukkan oleh performa MU yang gampang tunduk dari tim-tim medioker. Apalagi ketika bermain tim-tim kuat.

Kondisi MU sementara tak baik-baik. Pelatih MU Erik Ten Hag sepertinya kembali terjebak dalam kondisi yang cukup rumit.

Nyatanya, Ten Hag masih mencari-cari formula yang tepat untuk meramu skuadnya. Meninggalkan pakem andalannya 4-2-3-1, bermain kontra Galatasaray Ten Hag menerapkan formasi 4-3-3. 

Hojlund menjadi penyerang tengah dan diapiti oleh Bruno Fernandes dan Marcus Rahsford.

Lalu, di lini tengah Ten Hag memainkan trio Mason Mount, Casemiro dan gelandang muda, H. Mejbri. Di area pertahanan, Ten Hag tak begitu mengubah formasi para pemainnya.

Perubahan formasi itu ikut mengubah permainan MU. Fernandes tampil tak begitu efektif saat dimainkan sebagai penyerang sayap lantaran tempatnya selalu di belakang striker. Sama halnya juga dengan Rashford yang ditarik keluar pada babak kedua yang tidak tampil baik.

Pergantian formasi di beberapa laga terakhir menunjukkan ketidakkonsisten Ten Hag. Terbukti, utak-atik skuad yang sering dilakukan oleh pelatih asal timnas Belanda ini dalam beberapa laga terakhir.

Lunturnya keangkeran Old Trafford disebabkan oleh performa MU. MU tampil di bawah standar terbaik dan Erik Ten Hag belum menemukan formula yang terbaik untuk skuadnya.

Salam Bola

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun