Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Jacksen Tiago Tanggapi Aksi Rasial Gegara Anaknya, Hugo Samir

2 Oktober 2023   11:52 Diperbarui: 2 Oktober 2023   12:24 7999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hugo Samir, pemain timnas Indonesia. Foto: Tangkapan layar YT Kompas TV via Kompas.com

Laga antara Tim Nasional Indonesia U-24 kontra Tim Nasional Uzbekistan U-24 dari cabang sepak bola Asian Games di Cina menyisahkan beberapa pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Mulai dari performa Indonesia yang tak membaik hingga perlakuan tak senonoh suporter pada salah satu pemain Indonesia.

Indonesia harus mengakui keunggulan Uzbekistan dalam laga yang berlangsung di stadion Shangcheng Sports Centre, Hangzhou, Cina. Secara kualitas, Uzbekistan mempunyai kekuatan yang tak boleh dipandang sebelah mata. 

Selama laga, Uzbekistan tampil mendominasi. Berbekal pertahana solid dan rapat Indonesia hanya kalah 2-0. Sampai saat ini, Uzbekistan berhasil tembus ke partai semifinal cabang sepak bola di Asian Games.

Artinya, Indonesia menghadapi lawan yang cukup kuat untuk konteks Asia. Terlebih lagi, performa Indonesia yang tak meyakinkan, di mana Indonesia yang maju karena berstatuskan sebagai salah satu runner up terbaik walau menderita kekalahan selama babak kualifikasi grup.

Alih-alih bangkit dari keterpurukan, performa Indonesia tak membaik. Kekalahan ketiga pun tak bisa dihindari. Untuk itu, kita perlu mengevaluasi kekalahan Indonesia dari seluruh aspek, termasuk persiapan tim dan mentalitas tim ini dalam menghadapi kompetesi.

Menjadi salah satu pihak atau pun individu pemain sebagai biang kerok kekalahan terasa naif. Apalagi ungkapan kekesalan dan kemarahan itu sampai-sampai berujung pada aksi rasial yang merendahkan para pemain.

Terang saja, aksi rasial yang menimpa Hugo Samir patut disesalkan. Bagaimana pun, tiap permainan mempunyai aturan tersendiri dan aturan dengan segala konsekuensinya semestinya diterima dengan terbuka. 

Selain itu, perlu mengakui kekuatan lawan dan menyadari kelemahan yang dimiliki oleh tim. Kalau tidak ada sikap seperti ini, akan sulit untuk menerima kekalahan atau juga cenderung bersikap negatif saat terjadi sesuatu di lapangan hijau.

Aksi rasial yang menimpa Samir menjadi salah satu contoh di mana suporter hanya memikirkan kemenangan dan mengabaikan adanya kekalahan. Samir, memang, melakukan pelanggaran yang berujung pada kartu merah. Namun, Samir bukanlah menjadi aktor utama dari kekalahan Indonesia. Uzbekistan memang tampil lebih baik dari Indonesia.

Maka dari itu, sangatlah tidak baik dan etis meluapkan kekecewaan dari kekalahan Indonesia dari sikap salah satu pemain. Apalagi, reaksi itu berujung pada hal yang merendahkan si pemain.

Yang cukup mengagumkan adalah reaksi Samir dan juga keluarganya, dalam hal sang ayah, Jacksen Tiago. Mantan pelatih Persipura dan Persebaya ini menyatakan bahwa dia dan keluarganya tak akan membawa oknum yang melakukan aksi rasial ke ranah hukum. 

Menurut pria kelahiran Brasil ini bahwa membawa pihak ke ranah hukum tak serta merta menyelesaikan masalah. Toh, oknum itu akan meminta maaf dan kemudian mendapatkan pamor untuk sementara waktu.

Bagi Thiago, oknum yang melakukan aksi rasial adalah orang-orang yang gagal dab biarkanlah mereka tinggal dalam kegelapan.

Sikap yang sama juga diambil Samir. Pemain berusia 18 tahun itu meminta agar tak melibatkan keluarganya dari apa yang telah dilakukan.

Reaksi dari Thiago dan anaknya patut diapresiasi. Bersikap reaktif apalagi dengan jalan yang negatif pada aksi negatif tak akan selalu menghadirkan dampak yang positif. Malahan, yang terjadi adalah masalah makin panjang.

Lebih jauh, aksi rasial yang dialami Samir patut disesalkan. Itu menunjukkan ketidakdewasaan para suporter kita dalam menyikapi situasi yang terjadi di lapangan.

Di tengah upaya membangun iklim sepak bola yang terbaik, kita pun harus mengevaluasi mentalitas secara umumnya. Kita tak hanya berharap pada pemain untuk tampil baik, tetapi sebagai suporter kita juga mesti tampil sebagai suporter yang supportif dalam menerima kekalahan dan kemenangan di lapangan hijau.

Salam Bola

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun