Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Langkah Instan PSI untuk Kaesang dan Tantangan Kaderisasi Partai

26 September 2023   18:03 Diperbarui: 27 September 2023   17:19 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kaesang diterima sebagai anggota PSI dan kemudian ditetapkan sebagai ketua umum PSI. Foto: Kompas.com/Fristin Intan Sulistyowati

Dinamika politik di tanah air beberapa hari terakhir diramaikan dengan bergabungnya Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo ke Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Bergabungnya Kaesang ditandai dengan pemberian kartu tanda anggota partai yang dilakukan di kediaman sang ayah di kota Solo pada pekan lalu (23/9/23).

Bergabungnya Kaesang ke PSI agaknya mengejutkan. Menimbang wajah perpolitikan dari elit-elit politik di tanah air yang mana ada keselarasan jalan politik di antara anggota keluarga, pilihan Kaesang cukup berbeda dengan Presiden Jokowi dan saudaranya, walikota Solo, Gibran Rakabuming Raka.

Jokowi dan Gibran merupakan kader dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Bahkan, karir politik dari ayah dan anak ini naik ke kursi kekuasaan berkat sokongan dan dukungan politik dari PDI-P. Boleh dibilang DNA PDI-P melekat dengan karir politik dari keluarga Jokowi.

Oleh sebab itu, langkah berbeda dari Kaesang memberikan warna politik di tanah air dan menghadirkan kejutan. Kejutan itu juga tak berhenti sampai pada titik keanggotaan sah Kaesang dengan PSI. 

Akan tetapi, tiga hari setelah menerima kartu anggota, bertempat di Djakarta Theater, Jakarta Pusat dalam kegiatan Kopi Darat Nasional (Kopdarnas) (25/9/23) Kaesang pun diterapkan sebagai ketua umum PSI menggantikan Giring Ganesha.

Dari kaca mata awam, karir politik Kaesang sampai pada kursi ketum partai cukup instan. Begitu cepat dan tanpa terpikirkan oleh banyak pihak.

Padahal, kalau ditilik, Kaesang belum begitu akrab bersentuhan dengan dunia politik. Bidang yang sesungguhnya digelutinya adalah bisnis. Akhir-akhir ini, Kaesang terjun ke dunia hiburan dengan membuat podcast yang kadang menghadirkan tokoh-tokoh politik seperti Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.

Ketika ditanya tentang peluang masuk dunia politik, Kaesang selalu memberikan jawaban yang tak pasti. 

Keterkaitan Kaesang dengan dunia politik bisa karena faktor popularitas dan dampak kedekatan dengan Jokowi. Pada kesempatan tertentu, ada aspirasi yang mendengungkan agar Kaesang mencalonkan diri sebagai walikota Depok. Namun, aspirasi itu tak mendapat jawaban pasti dari Kaesang.

Untuk saat ini, Kaesang sudah sah masuk dunia politik. Posisinya pun cukup tinggi yakni sebagai ketua umum partai lewat jalan yang cukup instan. Peluang masuk kontestasi politik pun terbuka lebar lantaran Kaesang sudah berada dalam kendaraan politik.

Barangkali untuk PSI kehadiran Kaesang bisa menaikan pamor untuk partai di mata masyarakat. Namun, efek lain dari jalan politik yang diambil oleh PSI dengan menetapkan Kaesang sebagai ketum berjalan terbalik dengan proses kaderisasi di dalam partai.

Kaderisasi biasanya berjalan dalam sebuah proses yang sudah diatur dan ditentukan oleh sebuah organisasi. Agar seorang politikus bisa sampai pada posisi politik dan juga mendapatkan pengakuan politik, dia mesti melalui proses yang telah diatur partai. Tujuan akhirnya agar marwah partai melekat kuat dengan kader.

Dengan kata lain, proses yang makin baik dan lama bisa menempah kader menjadi politikus yang mengerti tentang visi dan misi partai serentak bisa menghidupkan nama partai dalam kontestasi politik.

Menilik langkah PSI dengan menetapkan Kaesang sebagai ketum partai tampaknya melangkahi makna dari kaderisasi dalam partai politik. 

Memang, PSI identik dengan partai kaum muda, namun kaderisasi di antara kaum muda juga perlu agar setiap anggota memahami status keanggotaan dan peran mereka dalam partai.

Untuk itu, sangat sulit dimengerti ketika Kaesang yang baru diterima sebagai anggota partai langsung ditetapkan sebagai ketum. 

Lantas, bagaimana dengan kader partai yang sudah lama berada dalam partai dan berjuang kuat untuk menghidupkan nama partai?

Bukan tak mungkin, ada nada protes karena upaya dan kerja keras mereka sebagai kader partai bertepuk sebelah tangan lantaran partai mengambil langkah instan dalam menentukan pemimpin dari organisasi.

Juga, hal itu melemahkan daya tarik publik pada partai. Termasuk persepsi negatif pada kaderisasi partai lantaran partai malah mengambil langkah instan dalam menetapkan ketum partai.

Boleh saja, dari sisi popularitas Kaesang memberikan efek positif untuk nama partai. Namun, langkah yang diambil partai yang langsung menetapkan Kaesang sebagai ketum partai setelah tiga hari penerimaannya sebagai anggota partai sangat berseberangan dengan makna kaderisasi dalam partai politik.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun