Chelsea mengawali musim ini dengan jalan yang pasti lantaran menahan imbang tim kuat Liverpool 1-1. Namun, ketidapastian tiba kala Chelsea tumbang 1-3 dari West Ham di pekan kedua Liga Inggris.
Kemenangan baru tercapai ketika Chelsea menang 3-0 atas tim promosi Luton Town. Namun, noda hitam kembali menimpah tim berjuluk Si Biru ini ketika Chelsea tunduk atas Nottingham Forest 0-1 di Stamford Bridge.
Menilik alur perjalanan Chelsea musim ini boleh dibilang Chelsea berada dalam kondisi tak tentu. Akibat lanjutnya di waktu yang akan datang adalah Chelsea bisa keluar dari arena pacuan untuk bersaing di empat besar lantaran tim-tim mapan seperti Man City, Arsenal, dan Liverpool tampil cukup konsisten di awal musim.
Chelsea sebenarnya tak kekurangan potensi untuk mengejar dan bersaing dengan tim-tim mapan tersebut. Hanya saja, Chelsea membutuhkan formula yang tepat agar meramu skuad yang ada dengan strategi yang terbaik.
Lebih jauh, Pochettino yang pernah melatih Paris Saint Germain (PSG) dengan sekumpulan pemain bintang pastinya sudah memiliki pengalaman dalam mengolah skuad mahal. Pengalaman itu bisa menjadi bekal dalam mengolah timnya saat ini.
Hal yang paling utama dan pertama adalah mengontrol ego dan aspek individualitas pemain bintang di dalam tim. Terlebih lagi, Chelsea didominasi oleh para pemain muda yang berkualitas. Pemain tertua di Chelsea adalah bek tenga, Thiago Silva.Â
Menariknya, setelah Silva adalah Raheem Sterling yang masih berusia 28 tahun. Makanya, skuad Chelsea musim ini masuk kategori yang termuda dengan rata-rata usia 23 tahun.
Selain dari sisi usia yang masih muda, tak menutup kemungkinan juga jika label harga yang disematkan seorang pemain menjadi faktor yang membuat si pemain cenderung menunjukkan sisi individual, tetapi mengabaikan permainan tim.
Untuk itu, sisi ego pemain bintang mesti dikontrol. Label pemain penting dan sulit tersentuh mesti dihindari. Dengan ini, setiap pemain diperlakukan sama. Yang tampil meyakinkan diberi tempat, dan yang belum maksimal, didorong untuk tampil optimal, terlepas status kebintangan yang mereka punyai.
Selain itu, Pochettino perlu jeli melihat karakter setiap pemain. Tujuannya agar strategi bisa diterapkan dengan baik, ritme permainan bisa berjalan lancar, dan si pemain bisa mengeluarkan potensinya.
Persoalan terbesar akan terjadi saat pembelian pemain di bursa transfer bukan sejalan dengan strategi pelatih tetapi lebih karena keinginan pemilik klub semata atau ingin bersaing dengan klub-klub lain di Eropa. Jadinya, pelatih menjadi sulit mengaplikasikan idenya karena karakter pemain tak sejalan dengan apa yang diingingkan.