Tak pelak, Ten Hag mengeluarkan Mount di menit ke-68. Memainkan dua gelandang yang bertipekan sama kadang membuat performa keduanya mandek.
Terkecuali jika Mount diundur ke belakang dan diduetkan dengan Casemiro. Jadi, Mount menjadi penyortir bola dan perannya sebagai gelandang serang diminimalisir. Peran itu diambil alih oleh Bruno Fernandes.
Formasi empat gelandang serang Ten Hag kurang menggigit. MU boleh saja menguasai bola namun intensitas umpan ke lini depan begitu lemah karena para gelandang cenderung menguasai bola.
Lebih jauh, taktik Ten Hag juga kalah intens bila dibandingkan dengan performa Wolves. Tercatat Wolves mencetak 23 tembakan ke gawang MU. Sebaliknya, MU hanya mencatatkan 15 tembakan ke gawang dengan 3 tepat sasar.
Artinya, intensitas permainan Wolves lebih meyakinkan daripada MU. Juga, Hal ini menandakan ketumpulan dari eksperimen Ten Hag. Oleh sebab itu, Ten Hag barangkali perlu kembali pada formasi lama dengan memanfaatkan duo gelandang Casemiro dan Mount.
Keuntungan MU adalah meraih poin penuh walau tak bermain meyakinkan. Performa kontra Wolves pun menjadi evaluasi bagaimana meramu skuad yang dimiliki termasuk melihat formasi yang tepat.
Secara umum, Ten Hag sukses dengan formasi 4-2-3-1. Menjadi akan meyakinkan apabila formasi itu diperkuat dengan memanfaatkan para pemain baru yang dibeli pada bursa transfer.
Salam bolaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H