Keberhasilan Manchester City meraih trebel pada musim 2022/23 menjadi catatan historis yang sangat mengagumkan. Banyak cacatan sejarah yang tercapai dari pencapaian tim berjuluk The Citizens tersebut.Â
Mulai dari keberhasilan Man City yang pertama kali meraih trofi Liga Champions dalam sejarahnya sebagai sebuah klub. Capaian itu menguatkan reputasi Man City di mata klub-klub Eropa. Bukan rahasia lagi jika kesuksesan Man City selama satu dekada terakhir dipandang sinis lantaran selalu kandas di Eropa.Â
Namun, dengan trofi Liga Champions, ungkapan sinis pun seperti pupus. Man City mendapat pengakuan dari Eropa.
Investasi Man City semenjak diambil alih kepemilikannya oleh pengusaha kaya tak berakhir hampa. Penantian, memang, panjang. Namun, penantian itu berakhir dan seperti memberikan pelajaran bahwa untuk mencapai tingkat kesuksesan, sebuah klub mesti bersabar dalam proses tertentu.Â
Man City bersabar dengan proses yang dibangun oleh Pep Guardiola. Tak tanggung-tanggung, Man City bersabar dengan Guardiola selama 6 musim hingga akhirnya meraih trofi Liga Champions. Â Â
Tak Pelak, bagi Pep Guardiola, raihan trofi Liga Champions menaikan reputasinya sebagai seorang pelatih. Untuk kali pertamanya, Guardiola meraih trofi Liga Champions di luar Barcelona. Juga, Guardiola menjadi pelatih pertama yang meraih treble dengan dua klub yang berbeda.Â
Tampaknya, Man City tak begitu cepat puas dengan prestasi yang diraih musim lalu. Hal itu tampak dari kegetolan Man City mencari pemain di bursa transfer.Â
Setelah kehilangan Ilkay Gundongan yang memilih bergabung dengan Barcelona daripada memperpanjang kontraknya, Man City langsung membeli Mateo Kovacic dari Chelsea. Kovacic akan menguatkan lini tengah Man City sekaligus bisa mengisi lubang yang ditinggalkan oleh Gundogan.Â
Man City beruntung mendapatkan tanda tangan Kovacic. Paling tidak, Kovacic sudah beradaptasi dengan sepak bola Inggris. Performanya bersama Chelsea juga tak terlalu buruk.Â
Bahkan, Kovacic sempat menjadi andalan penting Thomas Tuchel dan Graham Potter di lini tengah. Konsistensinya agak menurun lantaran faktor cedera. Akibatnya, Kovacic jarang dimainkan sewaktu Frank Lampard menjadi pelatih interim Chelsea.Â
Pembelian Kovacic menjadi langkah taktis pertama Guardiola. Guardiola pasti sudah mengenal karakter Kovacic dan siap menjadi salah satu andalan penting pada musim depan. Bukan tak mungkin, Guardiola akan melakukan eksperimen pada Kovacic dengan memainkannya pada posisi yang berbeda.Â
Pada satu sisi, Guardiola tak begitu merasa kehilangan peran dari Gundongan karena tempatnya langsung diisi oleh salah satu gelandang yang hampir mempunyai tipe yang sama.Â
Tak puas dengan Kovacic, Man City sempat bersaing dengan Arsenal memperebutkan Declan Rice dari West Ham. Namun, Man City mengundurkan diri dari perburuan Rice lantaran tak sanggup melampui harga yang ditawarkan oleh Arsenal.Â
Selain itu, Guardiola juga menargetkan salah satu bek muda asal Kroasia, Josko Gvardiol. Gvardiol menjadi salah satu target utama Man City pada musim ini. Gvardiol bisa menjadi salah satu tandem penting Ruben Dias pada musim depan.Â
Kehadiran Gvardiol akan memperkuat lini belakang Man City pada musim depan. Secara umum, Man City memiliki deretan bek yang cukup solid.Â
Hanya Aymeric Laporte yang tampaknya tak mempunyai banyak menit bermain bersama Man City pada musim lalu. Pemain timnas Perancis ini diisukan kuat akan hengkan dari Man City. Â
Selebihnya, Guardiola kerap melakukan rotasi dan melakukan eksperimen pada beknya. Termasuk, eksperimen andalan Guardiola yang memainkan John Stones sebagai gelandang jangkar bayangan.Â
Peran baru Stones pada musim lalu setidaknya membuka peluang untuk Gvardiol di skuad utama. Terlebih lagi jika Laporte dipinang klub lain. Dengan itu, persaingan di lini belakang makin berkurang.Â
Selain itu, Guardiola juga melakukan eksperimen pada Kylian Walker yang bermain sebagai bek tengah daripada berposisikan bek kiri. Peran itu dimainkan dengan baik oleh bek asal Inggris tersebut.Â
Lebih jauh, dari sisi usia yang masih berusia 21 tahun, Gvardiol bisa menjadi bagian dari rencana Man City dalam melakukan peremajaan skuad. Bagaimana pun, rasa lapar klub perlu terjaga dan itu bisa terjadi dengan kehadiran wajah-wajah baru di dalam skuad.Â
Gaya Man City dalam merekrut pemain pasti tak beda jauh dari pilihan Guardiola. Bagaimana pun, pemain yang direkrut mesti cocok dengan sistem kerja asal Spanyol tersebut. Tak heran, performa Man City kerap konsisten karena pemain yang dibeli pada masa Guardiola tampak cocok dengan sistem kerjanya sebagai pelatih. Â
Sejauh ini, Guardiola melakukan langkah yang cukup taktis di bursa transfer. Walau sudah kehilangan Gundongan yang pergi ke Barca, Man City masih mempunyai kesolidan skuad yang cukup mumpuni dengan tambahan Gvardiol.Â
Tambahan Gvardiol ikut menguatkan skuad Man City musim depan. Dengan ini, mentalitas tetap terjaga. Malahan, pemain yang baru bisa memperkuat sistem kerja yang sudah terjadi sejak musim lalu.Â
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H