Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ketika Lato-lato Lagi Tren di Filipina dan Sudah Sepi di Indonesia

12 Juni 2023   20:19 Diperbarui: 15 Juni 2023   18:17 1128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lato-lato.(Foto: DW/C Kusumawati via DW Indonesia via Kompas.com)

Beberapa pekan terakhir, saya agak terganggu dengan bunyi lato-lato, "tek tek tek" yang dimainkan oleh beberapa anak seusia sekolah dasar di sekitar tempat saya tinggal. 

Kebetulan, di halaman depan kediaman saya terdapat halaman luas dan itu biasa menjadi tempat bermain dari anak-anak. 

Bunyinya bervariasi. Ada yang cepat dan konstan. Ada pula yang hanya sesaat, dan itu bisa menandakan bahwa pemainnya baru latihan. 

Saat ini, saya sementara tingga di bagian Utara Filipina. Sejauh pengamatan pribadi, permainan lato-lato lagi tren. 

Mulai dari anak-anak hingga kalangan dewasa menggemari permainan yang sempat tren di Indonesia beberapa bulan lalu. 

Saya kira untuk saat ini, permainan lato-lato di Indonesia sudah redup. Gema permainan lato-lato dari Indonesia sudah sepi tak seramai di bulan Januari hingga Februari tahun ini. 

Ketika di Indonesia permainan lato-lato sudah tak menggema seperti dulu, permainan lato-lato sementara tren di Filipina.

Tren itu begitu kentara, selain saya memperhatikan lingkungan sekitar, juga dari apa yang ditunjukan di media sosial. Permainan ini makin rame lantaran pembuat content seperti tak mau ketinggalan kereta untuk merasakan permainan tersebut. 

Ya, permainan ini menjadi tren berkat media sosial. Orang beramai-ramai mempost permainan ini dan ikut memantik ketertarikan dan keingintahuan banyak orang di setiap daerah dan dari pelbagai kalangan. 

Suatu kali saya pernah bertamu di suatu rumah. Tepatnya dua minggu lalu. Saya memerhatikan seorang anak bermain lato-lato dan beberapa anak lain menonton dan memerhatikannya. 

Tiba-tiba, salah seorang anak mendekati ayahnya, yang kebetulan sementara duduk bersama kami. Sambil merengek, dia meminta untuk dibelikan lato-lato. 

Gegara melihat apa yang dipunyai oleh temannya dan juga rasa tertarik yang begitu kuat, anak pun menginginkan permainan yang sama. 

Lalu, pernah juga saya meminjam lato-lato salah satu anak yang kebetulan bermain di halaman depan tempat tinggal saya. Lalu, saya tanyakan asal muasal permainan itu. Tanpa ragu, anak itu menjawab bahwa permainan itu berasal dari Indonesia. 

Walaupun jawabannya tak benar sama sekali, namun saya yakin jawabannya itu bisa terlahir karena media sosial. Demam lato-lato yang sempat menggerogoti Indonesia beberapa bulan yang lalu menyebar cepat ke tempat lain, termasuk ke Filipina. 

Tak heran, anak itu tak ragu menjawab bahwa permainan lato-lato berasal dari Indonesia, walau sebenarnya permainan itu sebenarnya bermula dari Amerika Serikat di tahun 1960-an. 

Sampai saat ini, permainan lato-lato belum mendapat perhatian serius dari pemerintah. Tak seperti di Indonesia dan beberapa negara, yang mana permainan ini dilarang karena ditimbang dari aspek keselamatan. 

Untuk sementara ini, permainan lato-lato diminati oleh banyak pihak. Di beberapa tempat, orang berlomba untuk melihat dan mengukur siapa yang paling lama memainkan lato-lato. 

Fenomena perkembangan permainan lato-lato yang lagi tren di Filipina dan sudah sepih di Indonesia menunjukkan karakter dari perkembangan media saat ini. Gegara media sosial, orang-orang gampang saling mengikuti dan meniru. 

Sama persis sewaktu lagu Ojo Dibandingke yang pernah dinyantikan oleh Farel Prayoga. Lagu itu tren tak hanya di Indonesia, tetapi juga di Filipina. Saya pernah mendapatkan beberapa orang memutar dan mendengarkan lagu tersebut. 

Tentu saja, hal itu terjadi karena media sosial. Kekuatan media sosial bisa menembus batas ruang tertentu, sehingga sulit sekali menemukan batas yang pasti antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. 

Sebagaimana di Indonesia, yang mana permainan lato-lato sudah sepih penggemar, cepat atau lambat juga permainan lato-lato di Filipina akan sepi penggemar. Namanya juga, permainan karena ikut tren semata. Ketika tren itu luntur, permainan itu pun bisa tinggal kenangan. 

Salam 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun