Setelah memecat Julian Nagelsmann dari kursi pelatih pada bulan Maret lalu, klub Bundesliga Bayern Muenchen seperti menghadapi balada yang cukup mencekam. Rupanya, pemecatan Nagelsmann tak memberikan solusi pada klub, tetapi malah menghadirkan petaka.Â
Apabila waktu kembali diundur untuk melihat kiprah Muenchen sebelum memecat Nagelsmann, posisi Muenchen masih relatif aman dan terkontrol. Muenchen sempat terseok-seok di Bundesliga, namun situasi perlahan membaik di mana Muenchen merapat ketat Borusio Dortmund di puncak klasemen.Â
Walau waktu itu berada di posisi kedua klasemen sementara, jarak dengan Dortmund hanya terpaut satu poin. Lalu, Muenchen masih bermain di kompetisi Piala DFB-Pokal dan Liga Champions. Di Liga Champions Eropa, Muenchen terbilang sebagai favorit juara.Â
Akan tetapi, pemecatan Nagelsmann dan diganti dengan Thomas Tuchel seperti berujung petaka. Target meraih treble lenyap hanya dalam jangka waktu dua bulan.Â
Tragedi itu bermula saat Muenchen yang disingkirkan Freiburg pada babak perempat final DFB-Pokal. Setelahnya, Muenchen juga tersingkir di Liga Champions Eropa dari tangan Manchester City.Â
Kondisi yang paling terakhir saat Muenchen ditundukan oleh RB Leipzig dalam lanjutan Bundesliga Jerman pekan ke-33. Akibat dari kekalahan itu, Muenchen pun harus turun dari pemuncak klasemen dan memberikan tempatnya ke Dortmund di puncak klasemen sementara Liga Jerman.Â
Lantas, apa penyebab kemerosotan Muenchen?
Alasan pertama, pergantian pelatih yang cukup mendadak dan mengejutkan.Â
Tuchel, memang, mempunyai reputasi yang cukup kuat dengan tradisi sepak bola Jerman. Akan tetapi, pelatih asal Jerman ini masuk di kala tim sementara berada dalam situasi yang tak stabil.Â
Ketakstabilan itu terjadi karena relasi beberapa pemain dengan Nagelsmann. Relasi itu dinilai sebagai salah satu sebab dari pemecatan Nagelsmann.