Kemenangan Barcelona 4-2 atas Espanyol di Stadion Cornella El-Prat (15/5/23) menandai keberhasilan Barca menjadi juara La Liga Spanyol musim 2022/2023.Â
El Barca menjadi juara setelah berhasil mengumpulkan 85 poin dari 34 laga. Praktisnya, Real Madrid yang berada di peringkat kedua dengan koleksi 71 poin sudah sulit mengejar raihan Barca.
Gap kedua rival terpaut 14 poin dan Liga Spanyol hanya tertinggal 4 laga.Â
Trofi musim ini menjadi yang ke-27 untuk Barca. Terpaut 8 trofi dengan Real Madrid yang sudah mengoleksi 35 trofi La Liga Spanyol.
Kesuksesan Barca menjadi bukti dari jalan perubahan Barca pada musim ini. Setelah paceklik gelar La Liga untuk tiga musim, Barca pada akhirnya mengakhiri puasa tersebut. Terakhir kali Barca menjadi juara di musim 2018-19.
Kunci Kesuksesan dan Pekerjaan Rumah
Keberhasilan Barca di Liga Spanyol pada musim ini tak lepas dari perubahan yang dibuat sejak era kepresidenan Joan Laporta.
Laporta yang menggantikan Josep Maria Bartomeu menghadapi situasi yang cukup rumit dengan kondisi Barca sewaktu terpilih di tahun 2021. Mulai dari kondisi keuangan klub yang tak stabil hingga performa Barca yang menurun drastis.Â
Meski membeli beberapa pemain dengan harga mahal, namun performa Barca tak begitu meyakinkan. Era kegemilangan Barca, baik di Spanyol dan Eropa tampak redup.
Berbekal pengalaman menjadi presiden Barca di era kegemilangan Barca dari tahun 2003 - 2010, mulai dari penentuan pelatih Frank Rikjard hingga Pep Guardiola, kehadiran Laporta memberikan asa baru untuk perubahan Barca.
Laporta memulai eranya dengan menggantikan Ronald Koeman dengan Xavi Hernandez. Hernandez dibekengi oleh transfer pemain yang diinginkannya.
Namun, benturan dari langkah perubahan Barca adalah soal kondisi keuangan untuk membangun skuad terbaik. Akibatnya, Barca mesti menjual aset klub di awal musim ini demi mendapatkan aliran dana.
Setelahnya, langkah itu dibarengi dengan pembelian pemain. Tak tanggung-tanggung di awal musim ini Barca membeli pemain berkualitas seperti Roberto Lewandowski, Jules Kounde, dan Rapinha.
Tak hanya itu, Barca juga mendapatkan secara gratis Christensen dan Marcos Alonso dari Chelsea, Franck Kessie dari AC Milan.
Umumnya, pemain yang didatangkan Barca musim menjadi tumpuan pelatih Xavier Hernandez.
Langkah pembelian Barca sedikitnya membangun kedalaman skuad, walau tak begitu sempurna.
Kelebihannya, performa Barca seimbang di La Liga Spanyol. Permainan tak lagi bergantung pada satu atau dua individu semata karena Xavi mulai menekankan permainan tim dan mempunyai kedalaman skuad yang mumpuni.
Lini belakang Barca termasuk yang tampil solid di Liga Spanyol. Juga, Barca mampu meraih kemenangan tipis kendati tak tampil meyakinkan.
Selain itu, Barca juga diuntungkan dengan kondisi Real Madrid dan Atletico Madrid yang tak tampil konsisten di Liga Spanyol pada musim ini.
Persoalan pertama yang mengitari Barca adalah saat bermain di Eropa. Barca gagal di babak penyisihan Liga Champions dan play off di Piala Eropa musim ini.
Tampaknya persoalan lama Barca Masih melekat kuat di mana sulit bagi Barca saat meladeni permainan tim dengan intensitas tinggi seperti Bayern Muenchen di Liga Champions dan Manchester United di Piala Eropa.
Bahkan, pada leg kedua semifinal Copa del Rey, Barca tunduk dengan cukup menyakitkan 0-4 di Camp Nou dari tangan Real Madrid. Barca tampak tak bisa meladeni tekanan yang diberikan Madrid. Padahal, di leg pertama Barca sudah unggul 1-0.
Untuk itu sistem kerja Xavi belum berada pada level terbaik untuk performa Barca. Menjadi pekerjaan besar bagi Barca untuk menguatkan sistem permainan tim termasuk intensitas permainan tim.
Selain itu, persoalan Barca kala pemain andalan seperti Pedri dan Lewandowski menderita cedera. Sistem kerja Barca juga ikut terpengaruh pada intensitas permainan Barca.
Keberhasilan Barca meraih trofi Liga Spanyol menjadi langkah awal untuk menguatkan mentalitas pemenang Barca untuk berkompetesi, terlebih khusus di Eropa pada musim depan.
Persembahan Terakhir Sergio Busquets
Kapten tim, Sergio Busquets kabarnya mengakhiri masa karirnya di Barca pada musim ini. Pemain asal Spanyol itu mengakhiri karirnya sebagai pemain Barca dengan cara yang cukup bermakna.
Busquets terbilang sebagai legenda Barca. Sejak diorbitkan dari akademi klub La Masia di era pelatih Guardiola pada tahun 2008, Busquets sangat sulit tergantikan sebagai gelandang jangkar Barca.Â
Tercatat sudah lebih dari 400 laga dimainkan oleh Busquets bersama Blaugrana, julukan Barca.
Banyak pemain yang berposisi sama malah tersingkir karena kalah bersaing dengan Busquets. Juga, Barca menjadi sulit mencari pengganti yang sepadan. Pendek kata, Busquets menjadi roh permainan Barca di lini tengah.
Bahkan menjelang akhir karirnya di Barca, Busquets masih menjadi andalan Xavi di lini tengah. Pemain berusia 34 tahun ini masih menjadi bagian penting dari sistem permainan Xavi.
Tantangan untuk Barca adalah mencari pengganti yang sepadan. Besar kemungkinan Frengki de Jong menjadi pengganti Busquets.Â
Beberapa kali Xavi memainkan De Jong di posisi Busquets. Peran tersebut bisa diisi dengan sangat baik oleh pemain asal Belanda tersebut.
Persoalannya kala Barca tak memiliki pelapis yang sepadan apabila De Jong cedera atau absen.
Akibat lanjutnya, Barca bisa saja menghadapi masa-masa sulit dari kepergian Busquets karena tak ada regenerasi yang begitu kuat dan ketergantungan yang cukup lama pada Busquets.
Trofi La Liga Spanyol menjadi persembahan terakhir dari dan untuk Busquets. Dengan itu, Busquets pergi dari Barca dengan status sebagai legenda klub.
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H