Hasil Liga Inggris pekan ke-30 menguatkan persaingan tim-tim pemuncak klasemen. Peta klasemen di puncak belum berubah.Â
Hanya saja, jarak antara Manchester City dengan Arsenal makin tipis. Beda 4 poin, dan Man City masih mempunyai satu laga tabungan.Â
Arsenal "Demam Panggung"?
Unggul dua gol di menit-menit awal, Arsenal kehilangan kontrol di babak kedua. West Ham berhasil mengejar ketertinggalan. Skor berakhir 2-2.Â
Situasi laga kontra West Ham menjadi kejadian kedua dialami oleh Arsenal dalam satu pekan terakhir. Pekan lalu, Arsenal juga gagal mempertahankan keunggulan kala bermain kontra Liverpool. Hasil laga juga berakhir seri.Â
Dua hasil seri dari dua laga terakhir menyebabkan gap dengan Man City makin tipis. Man City sepertinya tak mengendorkan tekanan pada Arsenal. Peluang terbesar adalah pertemuan kedua tim bisa menjadi faktor penentu di puncak klasemen.Â
Terlihat Man City tampil makin percaya diri dari laga ke laga. Kendati bermain di tiga kompetesi yang berbeda, Man City mempunyai komposisi skuad yang sementara berada dalam kondisi terbaik.Â
Salah satu faktor pendukung adalah tak adanya pemain yang cedera dan kedalaman skuad antara pemain inti dan pemain cadangan berimbang. Ketika pemain cadangan dimainkan, kontribusi dan agresitivitas Man City tak menurun. Malahan, Man City tetap tampil pada level terbaik.Â
Misalnya, kala Pelatih Pep Guardiola mengganti Kevin de Bruyne kala bermain kontra Bayern Muenchen di perempat final Liga Champions tengah pekan lalu. Bruyne digantikan oleh Julian Alvarez.Â
Pergantian itu tak menyurutkan permainan Man City. Man City malah bisa mencetak dua gol tambahan ke gawang Muenchen.Â
Kedalaman skuad tersebut yang membuat Man City sulit mengendorkan tekanannya pada Arsenal. Malahan, tekanan makin berat untuk Arsenal.Â
Hasil imbang kontra West Ham menunjukkan ketakstabilan Arsenal. Keunggulan di menit-menit awal tak dimanfaatkan semaksimal mungkin.Â
Penalti di babak pertama dan gol di babak kedua membuat Arsenal harus puas pulang dengan 1 poin. Namun, 1 poin itu tak cukup untuk meringankan beban Arsenal yang sementara diteror oleh Man City.Â
Seyogianya, keunggulan di babak pertama dimanfaatkan sebaik mungkin. Selain itu, B. Saka juga gagal mengkorvesi tendangan penalti yang bisa memberikan kemenangan untuk Arsenal. Hal ini
Arsenal benar-benar berada dalam tekanan. Situasi psikologis bisa ikut terpengaruh. Akibatnya, performa tim tak fokus. Cenderung "demam panggung" di mana bermain mendominasi tetapi tak berhasil mendapatkan poin penuh.Â
Erling Haaland Sulit Dikejar
Entah kata sifat apa yang patut disematkan untuk performa Erling Haaland pada musim pertamanya bersama Man City. Pemain yang dibeli dari Borusio Dortmund ini terus menambah kran golnya. Total 32 gol yang sudah dibuat oleh pemain asal Norwegia ini dan menyamai capaian Moh Salah.Â
Tinggal dua gol lagi, Haaland bisa mencapai rekor dari Alan Shearer dan Andy Cole. Shearer dan Cole sebelumnya mencetak 34 gol dari 42 laga.Â
Bukan tak mungkin, Haaland akan memecah rekor demi rekor hingga menjadi pencetak gol terbanyak dalam satu musim Liga Inggris. Peluang itu makin besar apabila menimbang sisa laga. Tertinggal 6 laga dan Haaland masih berada dalam kondisi terbaik.Â
Terlebih lagi, Haaland ditopangi oleh para pemain berkualitas yang sudah memahami dengan baik gaya permainan dari Haaland.Â
Todd Boehly Makin Terjepit
Sejak mengontrak Frank Lampard sebagai pelatih interim, performa Chelsea tak kunjung membaik. Dari tiga laga dalam kepelatihan Lampard, Chelsea mengalami kekalahan. Dengan ini, keputusan memecat Graham Potter bukan solusi, serentak pemilihan Lampard sebagai pelatih bukanlah jalan keluar.Â
Akhir pekan ini, Chelsea kalah 1-2 dari Brighton. Kekalahan itu membuat Chelsea makin terpuruk. Lampard belum bisa menemukan formula yang tepat untuk meramu skudnya.Â
Dari tiga laga terakhir itu, Lampard tampaknya masih berada level mengutak-atik skuad guna menemukan formula yang tepat. Kontra Brighton, Lampard memainkan R. Sterling sebagai striker tunggal. Sebelumnya, dia mencoba J. Felix dan K. Havertz, tetapi hal itu gagal.Â
Berformasikan 4-2-3-1, Lampard coba melakukan perubahan besar-besar. Lampard memberi tempat pada C. Pulisic, D. Zakaria, C. Gallagher dan M. Mudryk. Keempat pemain ini jarang dimainkan musim ini.Â
Makanya, pilihan Lampard lebih pada uji coba skuad untuk menemukan performa terbaik. Namun, Lampard terbilang tak sadar kalau lawannya adalah Brigton, yang nota bene berstatuskan sebagai salah satu tim kuda hitam di Liga Inggris pada musim ini.Â
Tak ayal, Chelsea kalah di pelbagai sisi. Brigton lebih mendominasi daripada Chelsea.Â
Kekalahan ini memojokan pemilik klub Todd Boehly. Dalam laga itu, suporter tak segan-segan melakukan konfrontasi langsung dengan Boehly.
Artinya keputusan Boehly sebagai pemilik klub sudah tak mendapat simpati suporter. Boehly gagal mengikuti jejak Roman Abramovich yang setiap kali pergantian pelatih selalu memberikan efek positif pada performa tim.Â
Hasil pada musim ini akan menentukan reputasi Boehly. Boleh saja, pengusaha asal Amerika Serikat ini mengucurkan banyak uang untuk membeli pemain mahal. Namun, hal itu belum tentu menyenangkan suporter.Â
Bagaimana pun, suporter menginginkan gelar. Hal itu sudah menjadi hukum yang berlangsung di Chelsea. Ketika tim tak memberikan gelar, manajemen klub bisa drikitk dan juga dicela.Â
Terbukti, Boehly sudah dikritik langsung oleh suporter. Cepat atau lambat, posisinya sebagai pemilik akan tergoncang apabila tak segera memperbaiki situasi di tim.Â
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H