Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Situasi Dilematis Erick Thohir dan Konsekuensi Sulit untuk Sepak Bola Indonesia

27 Maret 2023   10:51 Diperbarui: 27 Maret 2023   10:56 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir kala meninjau stadion untuk penyelenggaraan Piala Dunia U-20. Foto: Dok. PSSI via Kompas.com

Piala Dunia U-20 yang akan berlangsung di Indonesia pada 20 Mei  - 11 Junie 2023 bisa menjadi momentum besar dan bermakna. Pada tempat pertama, banyak pemain muda dari 24 negara umumnya penghasil pesepak bola yang akan datang dan berlaga di Indonesia. Beberapa di antaranya bisa saja menjadi bintang masa depan sepak bola dunia. 

Selain itu, pastinya ajang itu juga menjadi kesempatan pencarian bakat bagi klub-klub kaya di Eropa. Mereka akan memanfaatkan turnamen ini sebagai kesempatan untuk mencari bibit-bibit unggul untuk klub. Karenanya, Piala Dunia u-20 ini menjadi pesta besar karena akan mengundang banyak pecinta sepak bola. 

Akan tetapi, perhelatan ini mendapat tantangan yang tak gampang. Gegera keterlibatan tim U-20 asal Israel yang nota bene tak mempunyai hubungan diplomatik dengan Indonesia, jalan piala dunia u-20 mendapat rintangan kuat. Suara penolakan pada kehadiran timnas U-20 Israel datang ke Indonesia menggema di ruang publik. 

Pembatalan pengundian untuk Piala Dunia U-20 yang berlangsung di Bali dibatalkan oleh Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional atau FIFA. Segoyiannya, undian akan terjadi pada Jumat, 31 Maret 2023. Namun, FIFA membatalkan acara pengundian itu. 

Apalagi, Gubernur Bali, I Wayan Koster juga termasuk salah satu tokoh publik yang menolak timnas Israel bermain di Indonesia. Melansir berita dari Kompas.id (26/3/24), anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Arya Mahendra Sinulingga menyatakan bahwa salah satu alasan dari pembatalan undian untuk piala dunia U-20 karena faktor penolakan dari gubernur Bali atas kehadiran timnas Israel U-20 di Bali.   

Situasi ini pun menantang PSSI di bawah kendali ketua umum, Erick Thohir. Thohir yang terpilih sebagai ketum pada bulan Februari lalu sebenarnya mempunyai kesempatan untuk membuktikan kapasitasnya sebagai orang yang tepat duduk sebagai ketum PSSI lewat perhelatan Piala Dunia u-20. 

Akan tetapi, di tengah agenda penolakan atas partisipasi timnas Israel, agenda Piala Dunia U-20 pun seperti berada di ujung tanduk. Pasalnya, agenda pengundian sudah dibatalkan oleh PSSI. Harapannya, pembatalan itu bukanlah awal dari keputuasan FIFA untuk memindahkan tempat berlangsungnya Piala Dunia U-20. 

Masalahnya, jika pembantalan undian itu menjadi awal pembatalan dari Piala Dunia U-20. Tentu saja, ini memberikan konsekuensi besar untuk sepak bola Indonesia, serentak tantangan serius untuk ketum PSSI, Erick Thohir. Penyelenggaraan Piala Dunia U-20 bisa saja dibatalkan. Efek lanjutnya, sepak bola Indonesia pun mendapat imbas negatif di mata FIFA. 

Terlebih lagi, Indonesia-lah yang mengajukan diri menjadi tuan rumah ajang sepak bola ini. Tentu saja, kala Indonesia mengajukan diri, pelbagai aturan mesti diikuti, termasuk upaya menjaga setiap tim yang terlibat dengan baik dan aman. Kenyataannya, ada penolakan besar kehadiran timnas U-20 Israel, yang mana berseberangan dengan niat Indonesia untuk menjadi tuan rumah yang bisa mengakomodir tiap tim yang hadir. 

Untuk itu, PSSI seperti menghadapi situasi dilematis. Pada tempat pertama, PSSI harus patuh pada aturan FIFA, yang mana memberikan kesempatan setiap tim untuk bermain, terlepas koneksi politik. 

Di pihak lain, penolakan dari dalam negeri tak boleh dipandang sebelah mata. Penolakan itu bisa saja dimanfaatkan demi kepentingan golongan dan politik. Terlebih lagi, iklim politik untuk pemilu pada 2024 sementara naik ke permukaan, dan situasi penolakan pada kedatangan timnas Israel bisa saja dimanfaatkan atau dibocengi demi kepentingan politik.

Pemboncengan pada situasi penolakan timnas Israel bisa berefek, tak hanya pada sepak bola, tetapi juga pemerintah. Walau sepak bola mesti bebas dari kepentingan politik, namun kadang hal itu sangat sulit dihindari. Bagaimana pun, PSSI adalah bagian dari pemerintahan, dan perhelatan Piala Dunia U-20 menjadi agenda penting pemerintah. 

Karenanya, reaksi penolakan bisa saja berefek pada kestabilan  di negara. Terlebih jika mereka yang menolak sampai turun ke jalan dan melakukan demonstrasi. Pastinya, kita menginginkan hal ini karena bisa mempengaruhi situasi di tanah air. 

Untuk itu, situasi penolakan timnas Israel dan pembatalan pengundian memberikan kondisi yang dilematis untuk Erick Thohir, antara tetap menerima timnas Israel ataukah menerima konsekuensi sulit dari FIFA. 

Sanksi pastinya menimpa sepak bola Indonesia apabila ajang ini tak terjadi. Bisa saja, bukan saja sepak bola, tetapi ajang olahraga lainnya. Reputasi Indonesia untuk melangsungkan turnamen internasional bisa masuk rapor merah. 

Harapannya, situasi yang membelenggu perhelatan Piala Dunia U-20 menemui titik terang. Piala Dunia U-20 tetap berjalan, situasi di negara Indonesia tetap kondisif, dan kita bisa menunjukkan diri sebagai tuan rumah yang terbaik.

Salam Bola

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun