Menjadi pejabat negara sejatinya menjadi pelayan publik. Melayani rakyat merupakan cara pejabat negara mendapat kepercayaan masyarakat.
Namun, rakyat tak akan memercayai pejabat negara apabila pelayanan dan pengabdian itu sekadar slogan dan kata-kata semata. Terlebih lagi, slogan itu berjalan terbalik, di mana pejabat yang dilayani dan masyarakat yang melayani.
Bukan rahasia lagi jika kultur ini masih sangat lekat di konteks mayarakat kita. Pejabat negara disambut dan dilayani. Seyogianya, pejabatlah mesti menjadi pelayan.
Wajah pelayanan itu bermacam-macam,seperti perlakuan yang sama untuk setiap masyarakat. Penanganan kebutuhan masyarakat dengan cepat dan terorganisir. Perhatian yang peka dan tanggap bagi masyarakat yang sangat membutuhkan.
Selain itu, kepercayaan masyarakat pada pejabat publik juga hadir dalam rupa kesaksian hidup. Kesaksian hidup seorang pejabat tak hanya berada di kantor atau tempat kerja, tetapi juga d keluarga dan lingkungan sosial.
Menjadi lebih elok ketika kesaksian hidup itu dibarengi oleh kehidupan anggota keluarga lainnya. Dengan ini, jabatan tak boleh dimanfaatkan untuk privIlese anggota keluarga semata atau juga jabatan dipakai untuk memperkaya diri dengan cara yang salah.Â
Selain itu, kesaksian hidup pejabat juga nampak dalam kehidupan harian. Salah satunya adalah hidup secara wajar. Hidup sederhana.Â
Hidup Sederhana, Gaya Hidup untuk Kita Semua
Salah satu kesaksian hidup yang bisa diterapkan kita semua adalah hidup sederhana. Hemat saya, hidup sederhana itu berarti hidup sesuai kebutuhan dan seturut pendapatan.
Hidup sesuai kebutuhan berarti seseorang membeli sesuatu berdasarkan pertimbangan apakah dia membutuhkannya ataukah tidak. Jadi, dia tak membeli bukan untuk bergaya, mau pamer, atau sekadar untuk mengoleksi.
Lebih jauh, membeli dan mengadakan barang sesuai dengan kondisi gaji. Tentu saja, setiap orang mempunyai anggaran hidup seturut gaji yang diterima dan dimiliki.