Ketika mendatangkan Messi dari Barcelona, PSG tampak tertarik pada nama besar si pemain daripada kebutuhan tim. Padahal, PSG sudah mempunyai Kylian Mbappe dan Neymar. Dua pemain ini sudah sebenarnya memberikan dampak kuat untuk tim.
Begitu juga, ketika PSG menampung Sergio Ramos yang pergi dari Real Madrid. Ramos juga diberi tempat dan malahan menjadi salah satu andalan pelatih Christophe Galtier di lini belakang.
Akibat lanjutnya adalah tempat pemain yang mempunyai prospek yang baik untuk tim tersingkir dan tak berkembang. Barangkali PSG merasa sakit hati lantaran Choupo-Moting, salah satu pencetak gol ke gawang PSG dini hari tadi adalah mantan pemain PSG. Moting pindah karena kalah persaingan dan tak mendapat tempat di lini depan PSG.
Dampak lainnya adalah ketidakseimbangan di dalam tim. Ketidakseimbangan itu disebabkan karena gap antara pemain bintang dan talenta-talenta muda yang memiliki prospek yang cerah. Talenta-talenta muda dibiarkan pergi, termasuk Kingsley Coman dan Eric Maxim Choupo-Moting yang menjadi tulang punggung PSG di dua leg saat bermain kontra PSG.
Tersingkirnya PSG musim ini menunjukkan kegagalan proyek tim kaya ini. Hal ini pun membahasakan bahwa PSG sebenarnya membutuhkan pelatih yang bisa memberikan karakter pada permainan tim. Karakter permainan tim itu sekiranya bisa menjadi identitas tim.
Efek lanjutnya, klub harus mengiakan keputusan pelatih. Keleluasaan pada kinerja pelatih harus mendapat tempat, termasuk langkah pelatih mendepak pemain yang tak cocok dengan sistemnya dan juga mencari pemain yang sesuai kebutuhan tim dan bisa memberikan keseimbangan untuk tim.
Galtier yang sudah "makan garam" di Liga Perancis gagal memberikan wajah baru untuk PSG. Pelatih asal Perancis juga terjebak pada sistem sebelumnya yang mana lebih terpaku pemain bintang seperti Messi, Mbappe, dan Neymar di lini tengah. Jadinya, Galtier tak mempunyai pemain yang naik ke permukaan dan memberikan alternatif ketika para pemain bintang gagal bersinar. Â
Pelajaran dari Bayern Muenchen untuk PSG
Secara tradisi, Muenchen memang mempunyai rekam jejak yang mengagumkan di Liga Champions Eropa. Musim ini, Muenchen termasuk tim yang berada pada daftar favorit sebagai juara turnamen.
Kelebihan Muenchen adalah mentalitas tim. Mentalitas tim itu ditopangi oleh sistem kerja klub, dalam mana klub sangat menekankan permainan tim. Karakter Muenchen sebagai klub yang menekankan kesatuan dari permainan tim. Lalu, Muenchen juga sudah mempunyai identitas tersendiri sebagai tim.
Dengan pelatih muda, Julian Nagelsmann, Muenchen memiliki permainan menyerang dan menekan sebagai tim. Tak bertumpu pada satu atau dua pemain. Ketika melakukan serangan, tiap pemain akan disiplin menjaga tempat dan melakukan serangan sebagai tim.